SADRASADRA

  • BERANDA
  • PROFIL
    • Sejarah
    • Visi, Misi dan Tujuan
    • Dosen Pengajar
  • Akademik
    • Program Studi
      • Prodi Filsafat Islam (S1)
      • Prodi Al-Quran dan Tafsir (S1)
      • Program Magister Filsafat Islam (S2)
        • Filsafat Al-Qur’an
        • Filsafat Islam
        • Filsafat Politik
        • Tasawuf
        • Filsafat Pendidikan
        • Filsafat Jiwa
  • Penelitian
  • Kemahasiswaan
  • Galeri

Bedah Buku Karya Dr. Haidar Bagir, Epistemologi Tasawuf : Sebuah Pengantar

Kamis, 03 Agustus 2017 by staf

Sadra-news, 02/08 “Pengalaman spritual memiliki peluang untuk dapat difahami secara filosofis dan rasional”, kira-kira demikianlah konsep dasar pemikiran Dr. Haidar Bagir mengenai Tasawuf yang beliau tuangkan dalam buku Epistemologi Taswuf : Sebuah Pengantar yang kali ini dibeda di Kampus Sekolah Tinggi Filsafat Islam (STFI) Sadra. Acara bedah buku ini diselenggarakan tepatnya di Auditorium Al Mustafa STFI Sadra . Hadir pula dalam Acara ini Dr. Kholid Al Walid sebagai penanggap.

Dr. Haidar menyatakan bahwa banyak yang beranggapan bahwa pengalaman spiritual bukanlah pristiwa yang dapat diverifikasikan kebenarannya atas dasar bahwa segala sesuatu yang dapat diverifikasi mestilah sesuatuyang bersifat objektif. Hal ini bersebrangan dengan karakter dari pengalaman spiritual yang tentunya bersifat subjektif. Konsep Epistemologi Islam yang diuraikan oleh Medi Hairi Yazdi dan terutama Mulla Sadra menjelaskan tentang adanya salah satu fakultas pengetahuan yang bisa menjembatani antara pengetahuan objektif dan pengetahuan subjektif yakni yang dikenal dengan konsep Al- Ilmu Al- Huduri (Pengetahuan Presentual) oleh karena itu buku yang ditulisnya ini dimulai dengan penjelasan mengenai mistisisme secara umum dan hubungannya dengan objek kajian filsafat yakni al-wujud (realitas) dan di bagian akhir berusaha mendekatkan topik mistisme ini dengan konsep ilmu Huduri i

Menanggapi uraian dari penulis, Dr. Kholid menyatakan bahwa buku ini dapat dikategorikan cukup berat karena diambil dari desertasi Doktoral Dr. Haidar. Karya ini mnyatakan bahwa pengalaman ruhani sulit untuk diverifikasi dan pada saat yang sama filsafat menjadi neraca rasional untuk mengujiny secara objektif. Jembatan dari kedua sudut pandang ini adalah Ilmu Al Huduri (Pengetahuan perensensial) yang merupakan pengetahuan yang didapat melalui upaya spiritual. Ini menjelaskan tentang dua tahapan dari pengetahuan manusia bahwa pada satu sisi memahami adalah proses pengalaman dan mengetahui adalah proses rasional.

Hadir dalam Seminar Bedah buku ini para Mahasiswa, Dosen, Staf, Para Akademisi dan masyarakat Umum. Para peserta menunjukan antusiasmenya dalam sesi diskusi melalui tanya jawab. Acara ini ditutup pada pukul 12.00 Wib.

Read more
  • Published in Agenda
No Comments

DOWNLOAD FORMULIR PENDAFTARAN ASRAMA

Jumat, 21 Juli 2017 by staf

Klik di bawah ini untuk Download Formulir :

Formulir Pendaftaran asrama STFI Sadra

Read more
  • Published in Agenda
No Comments

BEDAH BUKU EPISTEMOLOGI TASAWUF KARYA Dr. Haidar Bagir

Rabu, 19 Juli 2017 by staf

Bedah Buku : Epistemologi Tasawuf  (Karya Dr. Haidar Bagir)

 

Membaca Tasawuf Secara Filosofis

Modernisme memberikan dampak yang luar biasa hampir ke seluruh tradisi keilmuan. Tak terkecuali tradisi keilmuan yang berkembang di kalangan Islam. Dengan justifikasi bahwa sebuah ilmu dianggapilmiahjika bisa dijelaskan secara rasional, maka apapun yang dianggap irrasional tidak bisa diterima. Dan, mistisisme menjadi satu-satunya tradisi keilmuan Islam yang mendapat serangan hebat ini. Sebab, ada tudingan bahwa pengetahuan mistis tidak bisa dijelaskan secara logis. Ia terlalu abstrak. Benarkah demikian?

Haidar Bagir dalam bukunya Epistemologi Tasawuf menjelaskan bahwa asumsi itu tidakbenar. Dengan menggunakan pendekatan filsafat hikmah yang dikembangkan oleh Mulla Sadra, pengetahuan mistis bisa dijelaskan secara filosofis-rasional sehingga bisa menjadi sumber pengetahuan yang ilmiah. Bahkan, dalam tradisi filsafat Mulla Sadra inilah rasionalitas mendapatkan tempat yang istimewa dan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari tasawuf. Padahal keduanya sering dianggaptak pernah sejalan.

Buku ini terbagi menjadi tiga bagian. Pada bagian pertama, penulis menyoroti tentang kemunculan mistisisme yang justru semakin menjamur di era modern sekarang ini. Sebuah fenomena yang paradoks. Sebab, agama atau bentuk spiritual apapun diduga akan semakin tidak memiliki tempat di era modern. Dalam fase inilah, sampai kapanpun, manusia akan selalu merindukan perasaan-perasaan intim yang hanya bisa didapatkan dalam praktek-praktek keagamaan maupun spiritual.

Pada bagian kedua, Haidar Bagir menjelaskan tentang filsafat hikmah dan filsafat-filsafat mistis yang memengaruhinya. Filsafat Hikmah (Al-Hikmah Al-Muta’aliyah) adalah suatu aliran filsafat Islam hasil sintesis dari beberapa aliran pemikiran yang mendahuluinya meliputi ilmu kalam (Teologi Dialektik), filsafat peripatetik (Masysya’iyah) dan terutama teori wahdah al-wujud Ibn Arabi dalam irfan dan filsafat iluminasi (Isyraqiyyah) Suhrawardi.

 

Pada bagian terakhir, penulis menjelaskan tentang pengetahuan presensial dan kaitannyadengan pengetahuan mistis. Di dalam epistemologi Islam, dikenal istilah al-ilm al-hushuli(acquired knowledge atau pengetahuan capaian) dan al-ilm al-hudhuri (knowledge by presence atau pengetahuan kehadiran). Yang pertama mengacu kepada pengetahuan yang dihasilkan dariproses representasi. Dalam hal ini, objek pengetahuan yang berada di luar melalui proses representasi atau abstraksi diterima oleh akal sehingga akal tahu akan objek tersebut. Sedangkandalam pengetahuan kehadiran, tanpa ada proses representasi. Jadi, sebuah objek pengetahuanhadir dalam diri seorang “subjek” (yang mengetahui) sehingga terjadi kesatuan eksistensialsubjek-objek dalam proses mengetahui.

Pengetahuan mistis, menurut Mulla Sadra, termasuk dalam jenis pengetahuan presensial.Sebab, ia tidak memerlukan perantara berupa konsep-konsep mental. Jenis pengetahuan iniseperti ketika kita sedang merasa cemas atau sakit, kita bisa menyadarinya secara langsung tanpa lantaran forma atau konsep mental apapun. Oleh sebab itu, pengetahuan ini bukanpengetahuan yang biasa dikenal oleh para teolog maupun filosof. Pengetahuan ini serupa denganpengetahuan Tuhan tentang segala sesuatu yakni bersifat kehadiran.

Itulah epistemologi tasawuf dengan pendekatan filosofis yang dilakukan oleh Mulla Sadra. Menurut Haidar Bagir, meskipun idenya hasil sintesa dari semua aliran pemikiran dalam Islam, tetap saja hasilnya genuine dan brilian. Buku ini sangat bermanfaat bagi para peminat studi filsafat khususnya yang ingin mengenal ilm hudhuri. Mengingat karya semacamnya dalam Bahasa Indonesia sangat jarang. Dan karena alasan itu juga penulis mengaku merasa perlu untuk menerbitkan buku ini yang awalnya merupakan karya disertasi. Namun, buku ini penuh dengan istilah dan diksi yang cukup rumit. Makin penasaran? Selamat membaca. ( Sumber : Muhammad Faiq )

Read more
  • Published in Agenda
No Comments
  • 1
  • 2
  • 3
  • 4
  • 5

PROGRAM STUDI

QUICK LINKS

PRODI FILSAFAT

menghasilkan sarjana filosof muda yang memiliki pemahaman luas dan keahlian di bidang filsafat Islam, serta mampu memberikan kontribusi terhadap berbagai persoalan pemikiran Filsafat dan Islam pada masyarakat, baik di tingkat nasional maupun internasional

ALQURAN DAN TAFSIR

menghasilkan para sarjana yang memiliki keahlian dalam bidang Ilmu Al-Quran dan Tafsir, mampu melakukan penelitian fenomena sosial dan keagamaan dan mencari alternatif pemecahanan masalahnya berbasiskan pada Ilmu Al- Quran dan Tafsir.

Tags

darussalam gontor Info & Berita mahasiswa Pretium uninda Vivamus

icas.ac.id © 2015 All rights reserved.

TOP