Ngopi Bareng Filosof 2, Simbolisme Agama, Bersama Romo Frans Magnis Suseno, Kyai Gus Misrawi, Dr Kholid, dan Dimoderatori Dr Cipta Bakti Gama
Sadranews (23/11). Segala puji bagi Allah berkat doa dan dukungan berbagai pihak Program “Ngopi Bareng Filosof” STFI Sadra kembali digelar untuk kedua kalinya. Tema yang diangkat pada kesempatan ini yaitu “Simbolisme Agama”. Adapun yang menjadi pembicara adalah Romo Frans Magnis Suseno, Kyai Gus Misrawi, Dr. Kholid, dan dimoderatori Dr. Cipta Bakti Gama.
Dengan “Ngopi Bareng Filosof” panitia berharap mampu membangun persepsi positif, mewacanakan bahwa, anggapan bahwa filsafat selama ini dianggap sulit, susah dan tidak membumi itu tidak tepat, dengan momen ini, Panitia berusaha mengangkat tema-tema yang sedang hangat diperbincangkan, dan mengajak untuk sama-sama mendiskusikan hal tersebut sehingga tidak hanya fokus pada hal-hal yang tidak prinsipal saja. Program ini hadir dengan harapan bisa menciptakan sebuah pola pikir dewasa, penuh kasih sayang dan toleransi yang tinggi dibawah panji-panji Ketuhanan yang Maha Esa, maupun sila pancasila yang lain.
Selanjutnya, acara dilanjutkan dengan mendengarkan uraian dari masing-masing pemateri, pemateri pertama adalah Romo Frans Magnis Suseno, beliau secara simple namun berisi menjelaskan kenyataan bahwa Indonesia terutama ketika dia datang pertama kalinya, yaitu pada tahun 1961 merasakan bahwa Indonesia dengan keragaman agama dan simbol-simbol tetap menjadi Negara yang bisa saling menghargai dan menghormati pemeluk agama yang lain. Dia bahkan merasa tidak pernah diganggu karena dia beragama kristen, termasuk dizaman -milenial ini. Ketika beberapa orang sudah tertipu hoaks dll sehingga mengkafirkan dan memfitnah pihak-pihak yang tidak sependapat. Beberapa kali ditolong oleh orang pribumi membuat beliau memiliki kesan mendalam.
Gus Mis sebagai pembicara kedua, berpendapat bahwa untuk melawan simbol maka harus digunakan simbol juga. Hal ini beliau sampaikan setelah melihat adanya kepentingan beberapa orang tertentu untuk memainkan simbol, terutama simbol agama demi mencapai target pribadi dan politik. Pada kesempatan yang baik trsbut, beliau menekankan dan mengajak agar para pemikir, termasuk mahasiswa STFI Sadra ikut terjun ke masyarakat, mewarnai media sosial dengan pemikiran yang lebih “waras”, pemikiran toleran, dan pemikiran mendewasakan. Hal ini bisa dilakukan dalam bentuk tulisan ataupun status di jejaring media sosial.
Dr Kholid, mengajak hadirin untuk bijak dalam melihat simbol, simbol adalah media yang bisa mengantarkan kita pada suatu makna tertentu, makna asli yang dituju. Jadi tidak perlu terlalu mengagungkan simbol sehingga melupakan makna sebenarnya dari simbol tersebut.
- Published in Artikel
STFI Sadra Resmi Menggelar Program Perdana “Ngopi Bareng Filosof”
Sadranews (05/11). Alhamdulillah, berkat doa dan dukungan semua pihak akhirnya Program Perdana “Ngopi Bareng Filosof” STFI Sadra resmi digelar. Tema yang diangkat pada kesempatan perdana yaitu “Filsafat Gempa: Bencana Alam dan Bencana Manusia.” Adapun yang menjadi pembicara Haidar Bagir, Abdul Aziz Abbasy, Shadiq dan moderator Ammar Fauzi Heryadi.
Dalam sambutannya, Ketua STFI Sadra, Kholid Al-Walid mengungkapkan bahwa latar belakang diselenggarakannya acara “Ngopi Bareng Filosof” adalah adanya anggapan bahwa filsafat yang ada selama ini dianggap sulit, susah dan tidak membumi, sehingga melalui momen ini, kita berusaha untuk mencoba mengangkat tema-tema yang sekarang sedang hangat diperbincangkan, dan mengajak untuk sama-sama mendiskusikan hal tersebut sehingga tidak hanya fokus pada hal-hal yang cetek saja. Dan hadirnya program ini, dengan harapan dapat merubah pola pikir yang cetek.”
Selain alasan diatas, beliau juga menjelaskan bahwa program ini dihadirkan sebagai sebuah upaya pengembangan diri dalam menghadapi fenomena-fenomena bencana alam. “Sekarang orang-orang banyak berbicara hal-hal yang sangat kecil, persoalan-persoalan yang kadang-kadang membuat kita menjadi tidak berkembang dan tidak berfikir substansial, oleh karenanya kami mengajak untuk keluar dari hal-hal yang hanya menghabiskan energi tapi tidak mengembangkan pemikiran dan diri kita dalam menghadapi fenomena-fenomena yang sedang hangat terjadi menimpa kita dan keluarga kita.” Tambahnya.
Selanjutnya, acara dilanjutkan dengan menghadirkan seorang pakar gempa dari UI, yang bernama Shadiq. Beliau menjelaskan tentang beragam sebab dan hal yang memungkinkan terjadinya gempa dan tsunami. Sementara itu, menyikapi masalah dengan penuh positif akan membawa manusia pada kesempurnaan, ucap Abbacy. “Bagi orang mukmin yang percaya pada Allah SWT dan menghadapinya dengan sabar, menerima dengan cinta dengan menolong yang lain dan membangun solidaritas, itu semua akan menimbulkan kesempurnaan, sehingga penilaian musibah yang awalnya disebut azab menjadi rahmat”. Kesempurnaan yang diungkapkannya juga berhubungkan dengan penelitian saintifik tentang sempurnanya alam akibat gempa. “Secara ilmiah gempa itu akan mengembalikan bumi kepada keadaaan yang lebih sempurna dan stabil supaya lingkungan mencapai keadaan yang lebih baik dan sempurna.” tambahya.
Di sisi lain Haidar Bagir sebagai pembicara kedua mengatakan bahwa fenomena alam tersebut menggambarkan kasih sayang Tuhan dengan menganalogikannya seperti hubungan Ibu yang memberi obat kepada bayi. “Kalau orang mengatakan bahwa ada bencana itu berarti Tuhan tidak Maha Pengasih, sama saja dengan mengatakan Orang Tua yang memegang erat bayi lalu memasukan cairan pahit itu sebagai tidak punya rasa kasih, padahal justru melakukannya itu sebagai bentuk rasa kasih” kata Bagir. Pada akhirnya sesuai interpretasi tersebut, fenomena alam tak lain merupakan sebuah proses penyempurnaan manusia baik lahir dan batin, juga sekaligus bukti kuat kasih sayang Tuhan pada umat manusia.
Selain adanya diskusi yang santai dan cair dengan dimoderatori Ammar Fauzi, acara ini juga diselingi dengan penampilan musisi muda Mas Hendra dengan menampilkan lagu-lagu Islami populer yang menggugah suasana para peserta. Pada sisi lain, acara perdana “Ngopi Bareng Filosof” pun mendapatkan sambutan dan antusiasme yang luar biasa dari para peserta, hal ini terlihat dengan hadirnya para peserta dari beragam lembaga, komunitas, profesi, dan latar belakang. Insya Allah, kegiatan ini akan berkelanjutan setiap sebulan sekali pada minggu ketiga.
- Published in Artikel
- 1
- 2