Rumus Manusia Nusantara dalam Tasawuf Dr. Ammar Fauzi Kepala Departemen Sekolah Tinggi Filsafat Islam – STFI Sadra (Presentasi di Konfrensi Internasional Filsafat Nusantara di Universitas Gajah Mada Jogjakarta 10-11 November)

 

Bahasa merupakan warisan beradaban yang menyimpan dan menampilkan kekayaan pengetahuan dan pengalaman hidup dalam lingkup tertentu. Berbicara tentang filsafat nusantara dalam menggali local wisdom dan nilai-nilai warisan peradaban dan budaya asli pribumi Indonesia, suka atau tidak, akan berkaitan langsung atau tak langsung dengan bahasa, entah secara substansial ataukah instrumental, dan “nusantara” sebagai nomenklatur negeri Indonesia dapat berperan sebagai salah satu lorong menempuh rekam jejak sejarah bangsanya.
Dari sudut tinjau semantik pragmatis, nusantara menampilkan banyak makna. Yang menonjol di antaranya terkait dengan aspek kesejarahan. Muatan kaya historis Nusantara mampu menyambungkan sejarah modern dan kontemporer Indonesia dengan masa lampaunya. Nusantara seolah menjadi aksis kesaksian sejarah atas keterbukaan akomodatif bangsa ini terhadap kehadiran berbagai budaya dan tradisi asing yang hingga kini masih bertahan dalam kenyataan dokumen, monumen dan pola hidup masyarakat. Memang tak dapat dipungkiri berlangsungnya perdebatan seputar identitas tradisi yang pertama dominan dalam sejarah dan budaya Indonesia.
Dalam perkembangan mutakhir, para pakar sejarah Indonesia, disengaja atau tidak, telah membuka peluang dan hipotesis bagi generasi penelitian sekarang untuk memilih, misalnya, antara tradisi Hindu ataukah Islam. Kalaupun perdebatan ini kian menguat, tajam atau malah cenderung merancukan, fakta ini tidak mengurangi, kalau bukan malah meneguhkan, nilai muatan kesejarahan nusantara. Alih-alih terlibat di dalamnya, nusantara sesungguhnya mengakomidasi dua tradisi: Hindu dan Islam, secara seimbang dan netral. Justru perdebatan itu tidak akan berarti apa-apa bila fakta kehadiran dan ketahanan dua tradisi ini diabaikan; siapa pun yang menggali sejarah nusantara hingga ke akar Hindu atau Islam, suka atau tidak, akan mempostulatkan pengakuan atas kedua-keduanya sebagai fakta yang tak terdebatkan.
Dari khazanah kenusantaraan Hindu dan Islam, segera memori manusia Indonesia mudah tergugah dengan dua gelar paling primitif dan dini sejak awal proses dasar pendidikan dan pencerdasan bangsa, yaitu guru dan murid, dua kata bernuansa mistis dan kesufian yang, pertama, berasal dari mistisisme Hindu yang menanamkan kedamaian jiwa yang abadi dan, kedua, dari tasawuf Islam yang kokoh di atas doktrin cinta pada Tuhan dan sayang pada makhluk, kendati kekayaan makna ini kini sudah tereduksi dan diperlakukan tidak selayaknya dalam pendidikan formal Indonesia seperti yang tampak dari definisi guru dalam UU No. 14 tahun 2005.
Bertolak dari operasi semantik pragmatis, upaya menggali makna-makna di balik kata-kata dan tutur kata Bahasa Indonesia juga dapat membuka peluang lebih lebar untuk membongkar nilai jati dan inti muatan peradaban serta kebudayaan Nusantara dari sudut pandang tasawuf Islam melalui katakunci murid. Dengan lensa tasawuf Islam, empat kata dan makna akan ditelaah dengan pendekatan tadi, yakni C4: cipta, citra, cinta dan cita/cita-cita.
Rumus ini menyederhanakan manusia Nusantara sebagai agen yang hidup dengan daya cipta, yakni kemampuan pikiran untuk mengadakan sesuatu yang baru—kreativitas, dalam membangun citra dan pencitraan hakiki untuk mencapai cita dan cita-cita berdasarkan cinta dengan konsisten menjadi murid (berkehendak kuat). C4 merupakan anasir yang bukan hanya mengisi lapisan kesadaran dan spirit murid, tetapi juga menjadi bagian dari basis-basis yang melandasi upaya pemecahan perbagai masalah fundamental bangsa dan dunia. Dalam tasawuf Islam, C4 terkayakan dalam kapsul ‘fitrah’ yang membentuk identitas esensi individu dan sosial manusia

PROGRAM STUDI

PRODI FILSAFAT

menghasilkan sarjana filosof muda yang memiliki pemahaman luas dan keahlian di bidang filsafat Islam, serta mampu memberikan kontribusi terhadap berbagai persoalan pemikiran Filsafat dan Islam pada masyarakat, baik di tingkat nasional maupun internasional

ALQURAN DAN TAFSIR

menghasilkan para sarjana yang memiliki keahlian dalam bidang Ilmu Al-Quran dan Tafsir, mampu melakukan penelitian fenomena sosial dan keagamaan dan mencari alternatif pemecahanan masalahnya berbasiskan pada Ilmu Al- Quran dan Tafsir.

Jalan. Lebak bulus II no.2 Cilandak Barat, Jakarta Selatan 12430. Call: 021-29446460 Fax: 021-29235438 info@sadra.ac.id

About us

Sekolah Tinggi Filsafat Islam di Indonesia yang fokus pada pengkajian filsafat Islam & Ilmu Alqur’an – Tafsir. Sistem pembelajaran di dasarkan pada perpaduan antara nilai-nilai tekstual (alqur’an & Assunah) dengan pendekatan rasional yang bersumber dari khazanah ilmiah Islam klasik & kontemporer.

diggi.id
STAI SADRA
diggi.id
TUTUP