Sadranews-Acara peringatan Maulid Nabi saw bertema “Aktualisasi Akhlak Rasulullah saw Untuk Persatuan Umat di Era Modern” dengan narasumber Ammar Fauzi, Ph.D dan Gus Makmun Rasyid, M.Ud kembali digelar di aula Al Mustafa STFI Sadra Jakarta, Jumat (15/11). Acara yang dimulai sejak pukul 09:00 tersebut dihadiri Dr. Hossein Mottaghi, sejumlah dosen, karyawan dan mahasiswa STFI Sadra.
Pada Kesempatan ini, Ketua STFI Sadra Dr. Kholid Al Walid dalam sambutannya mengingatkan bahwa Nabi saw adalah pribadi agung yang tidak hanya mencintai umatnya bahkan mencintai seluruh alam semesta. Beliau mempunyai kedudukan yang tinggi di sisi Allah swt. Hal ini terbukti dalam Al Quran bahwa Allah hanya memanggil beliau dengan berbagai gelarnya, sementara kepada para Nabi selain beliau Allah memanggil dengan menyebutkan nama mereka. Oleh karena itu, kecintaan kepada beliau merupakan keimanan. “Acara ini adalah bentuk ekspresi kecintaan kita kepada Nabi saw. Semakin banyak kita bershalawat kepada beliau, semakin dekat beliau dengan kita,” tegasnya.
Sementara itu Ammar Fauzi, Ph.D sebagai pembicara pertama menjelaskan keutamaan Nabi saw sebagai sosok yang berhati lembut, pengasih dan tidak gampang marah atas beragam hinaan dan gangguan orang-orang kafir. Dalam Al Quran disebutkan bahwa Nabi saw nyaris menghancurkan dirinya karena begitu memikirkan kondisi umatnya yang tidak beriman. Dikisahkan dalam sejarah bahwa tatkala Nabi saw berlindung di bawah pohon kurma dari gangguang penduduk kota Thaif, malaikat datang dan menawarkan diri untuk menghancurkan mereka dengan dua gunung, beliau melarangnya lantaran mereka tidak mengetahui. Meskipun putus asa, beliau tidak marah dan tidak mendoakan mereka supaya ditimpa bencana. Inilah kasih sayang Nabi saw kepada umatnya, bahkan kepada umat yang telah membangkang terhadap dakwahnya sekalipun.
“Pelajaran dari Maulid Nabi saw adalah kita harus mencontoh beliau untuk memberi kemungkinan tidak tahu kepada orang yang melakukan kebodohan, kemudian mendoakannya supaya mendapatkan hidayah. Bukan langsung dimarahi apalagi dilaknat. Sebab, kemarahan ketika dibalas dengan kemarahan tidak akan menghasilkan kasih sayang. Sebagai umat Islam jangan sampai kita melakukan hal hal yang tanpa disadari, tidak mencerminkan wajah suci dan lembut Nabi saw. Musuh kita adalah kebodohan. Untuk menghadapinya kita harus meningkatkan pengetahuan dan kesadaran,” ungkapnya.
Sebagai pembicara kedua, Gus Makmun Rasyid, M.Ud menekankan tiga aspek penting yang saling berkaitan antara satu sama lain yaitu keteladanan Nabi saw, rasa takut dan hanya berharap kepada Allah, serta mendekatkan diri kepada Allah swt. Untuk meneladani Nabi saw, kita semua harus memperhatikan dan mengamalkan Masuliyatul Ilmi, atau pertanggung jawaban ilmu, dan ilmu tanpanya menjadi tidak bermakna lantaran ilmu adalah sesuatu sedangkan Masuliyatul Ilmi adalah sesuatu yang lain. Masuliyatul Ilmi tidak bisa diperoleh meskipun dengan gelar tertinggi akademik. Ia hanya bisa didapat dengan takut, berharap dan mendekatkan diri kepada Allah swt. Nabi saw tidak membutuhkan shalawat kita tapi kita butuh untuk bershalawat kepada beliau agar mendapatkan keberkahan dari Allah swt. Saat proses pembuatan Piagam Madinah, Nabi saw mengajarkan tiga aspek penting, kebaikan, kebenaran dan keindahan. Tiga hal penting ini harus kita contoh dari beliau dan kita aplikasikan dalam kehidupan pribadi dan sosial kita. Sebab, tanpa mengamalkan tiga aspek tersebut kita akan terjerumus dalam kondisi terpuruk sebagaimana yang dikatakan Muhammad Abduh bahwa Islam tertutupi oleh muslimin sendiri. Artinya ketidakmampuan muslimin dalam menyajikan kebaikan, kebenaran dan keindahan Islam kepada masyarakat menjadikan Islam tidak dikenali sebagaimana hakikatnya sehingga ditinggalkan.
Peringatan Maulid ini selain mengajarkan ilmu pengetahuan juga mengajarkan Ilmu kehidupan kepada kita. Ilmu yang diperoleh mahasiswa di kampus adalah ilmu pengetahuan sedangkan ilmu yang didapatkan di asrama adalah ilmu kehidupan. Ini pun belum cukup karena intelektualitas dan kapasitas harus diuji di tengah masyarakat. Tiga aspek kebaikan, kebenaran dan keindahan akan menghindarkan kaum muslimin dari konflik-konflik sesama. Dalam hadis tentang terpecahnya muslimin menjadi 73 golongan dan hanya satu yang selamat, yang dimaksud kelompok yang selamat ialah mereka yang mampu meneladani Nabi saw dengan mengedepankan tiga aspek penting tersebut, bukan nama kelompok tertentu. Sebab, golongan-golongan muslimin muncul setelah wafatnya Nabi saw. “Janganlah kita reaktif terhadap persoalan-persoalan apalagi kita tidak mengetahui apa duduk perkaranya, sebab bisa jadi persoalan itu sengaja diciptakan pihak-pihak yang menghedaki perpecahan umat atau orang berilmu yang tidak bertanggung jawab terhadap ilmunya. Karena banyak orang mengaku mencintai Nabi saw dan banyak bershalawat kepada beliau tapi justru perilakunya bertentangan dengan ajaran beliau. Semoga kita semua mendapatkan syafaat beliau,” paparnya.
Acara ini turut dimeriahkan dengan pemberian hadiah kepada para mahasiswa pemenang beragam perlombaan yang diselenggrakan beberapa hari sebelumnya dalam rangka untuk menyemarakkan acara Maulid Nabi saw.