STFI Sadra. Dosen STFI Bapak Musa Kazim Al Habsyi, MA yang juga merupakan Penerjemah Buku Taoisme – Sufisme menjadi pembicara dalam Bedah buku “Tasawuf Rasional dan Wahdat al-Wujud Ibn Arabi” dalam Pemikiran Toshihiku Izutsu & Tradisi Filsafat Islam pada hari Rabu 02/03 di UIN Sunan Kalijaga Jogjakarta. Seminar ini adalah bagian dari usaha akademis untuk meningkatkan perhatian pada Tradisi Filsafat Islam. Acara ini terselenggara atas kerjasama antara UIN Sunan Kalijaga, Pon-Pes Madrasah Muttahari Jogjakarta dan Penerbit Mizan.
Dalam presentasinya Musa Kazim menyampaikan beberapa hal terkait hubungan antara manusia, wahyu dan akal. Beliau menyampaikan bahwa Agama di barat telah mengalami beberapa kali distorsi, baik secara teks maupun makna. Bahasa wahyu adalah bahasa yang melampaui daya imajinasi manusia, dan pesan wahyu bukan hanya tentang fakta, tapi hakikat di balik fakta selain itu, bahasa Al-quran adalah bahasa yang suci, jadi untuk memahaminya, kita juga harus suci, caranya adalah dengan melakukan penyucian jiwa.
Beliau menambahkan bahwa, Pemahaman kita terhadap bahasa Al-quran berbeda-beda tergantung tingkat kesucian dan persepsi kita. Manusia yang paling suci atau paling sempurna disebut insan kamil. Jalan insan kamil tidak pernah tertutup bagi siapa saja, semakin kita bergerak maju, semakin kita dekat dengan peluang itu. Insan kamil adalah ciptaan yang dapat menampung rahmat Allah, dan rahmat Allah yang tertinggi ditampung oleh Nabi Muhammad SAW (Penampung yang bisa menampung semua dimensi dan mampu membagikannya sesuai dengan kemampuan-kemampuan masing-masing wadah yang menerima.