Sadranews – Dalam kajian ketiga Hikmah Ramadhan di masjid Al Mustafa, Dr. Mohammad Javad Asadi memaparkan betapa banyak nikmat Allah swt telah diberikan kepada kita. Nikmat Allah yang tak terhitung itu patut kita syukuri. Bila menghitung nikmat Allah swt saja kita tidak mampu, bagaimana bisa mensyukurinya?.
“Sejak bangun tidur di waktu subuh kita sudah banyak merasakan nikmat Allah swt. Dengan kondisi sehat kita bisa mendengar suara azan subuh, sementara betapa banyak orang-orang yang tidak bisa mendengarnya. Kita bisa bebas menggunakan air untuk berwudhu`sementara di tempat lain orang-orang melakukan tayamum. Kita bisa leluasa melakukan gerakan salat dengan berdiri, sementara betapa banyak orang-orang yang tidak mampu berdiri bahkan melakukan salat dengan terbaring di tempat tidur karena sakit. Inilah nikmat-nikmat yang patut disyukuri,” tegasnya di hadapan dosen, karyawan dan mahasiswa.
Lebih lanjut beliau menerangkan sebagaimana iman dan ilmu, puasa juga memiliki gradasi. Tak dapat dipungkiri bahwa iman manusia bertingkat apalagi iman Nabi saw jauh berbeda dengan iman kita. Begitu pula terkait ilmu banyak tingkatan-tingkatannya. Ada orang ahli bidang Tafsir, Nahwu, Aqidah, Filsafat dan lainnya. Ada juga orang yang ahli di berbagai bidang sehingga diberi gelar profesor. Namun demikian dengan segudang ilmu yang dimiliki tetap saja sang profesor itu tidak mengetahui hal-hal yang akan datang.
Sementara itu, dalam tingkatan puasa banyak dijumpai bahwa meskipun orang berpuasa tapi tetap saja melakukan ghibah, berbohong dan perbuatan dosa lainnya. Untuk itu, tingkat puasanya hanya sebatas menahan derita lapar dan dahaga saja. Tingkatan puasa berikutnya, selain menahan lapar dan dahaga, kita harus menjaga lisan agar selalu membicarakan kebaikan dan pikiran agar selalu tertuju pada ibadah dan mengingat Allah swt.