14 belas abad telah berlalu, bukanlah waktu yang singkat untuk perjalanan sebuah model idiologi-idiolaogi humanistik yang ditawarkan baik hasil dari pemikiran manusia maupun dari dogma atau wahyu Tuhan. Dari pergolakan panjang ini, sejarah manusia tercipta dengan berbagai karakteristiknya. Akan tetapi jika mata tertuju pada satu model idiologi Islam, betapa nampak kharismatik tak sebanding atau bahkan tak tertandingi oleh selainnya, demikian ini bukannya berlebihan karena Islam memiliki beberapa keistimewaan khas salah satunya adalah kerena wujud Muhammad saw.
Muhammad saw manusia luar biasa dan sempurna, sebagai proyek besar Allah diatas muka bumi menjadi khalifah-Nya yang memanifestasikan ketuhanan dengan segala sifatnya, rahmat bagi sekalian alam dan teladan bagi ummat manusia khususnya yang mukmin yang  tidak lengang oleh ruang dan waktu untuk mereka menjadikannya sebagai idola. Kalau eksistensi manusia tak satupun di dunia yang dapat memahami apa dan bagaimana sejatinya , apalagi terhadap wujud Muhammad saw dengan keseluruhan dimensinya, akan tetapi meskipun demikian tetaplah bahwa masih ada nilai-nilai universal yang nampak darinya untuk dijadikan teladan.
Dengan tujuan mengenal lebih jauh nilai-nilai universal kenabian ini dan demi menteladaninya, pada 17-18 Rabi’ul Awwal tahun 1434 Hijriah tahun ini segenap civitas sekolah tinggi filsafat Islam Sadra tak seperti biasanya tampak sibuk dan ramai menggelar olimpiade nasional Al-Quran bekerjasama dengan Universitas Internasional Al-Mustafa Qom Iran disela-sela bulan peringatan hari kelahiran sang idola ini.
Di dalam sambutan acara peringatan ini Direktur Perwakilan Almusthafa untuk Indonesia Dr. Mofid Hosseini Kouhsari  menegaskan bahwa, Ummat Islam kini barada dalam tantangan besar ditengah pergolakan peradaban-peradaban besar dunia, namun karena ummat Islam memiliki Nabi Muhammad saw sebagai idola dan teladan dengan segala keistimewaanya, seharusnya dapat meneladaninya, bagaimana pelajaran sukses beliau mengubah sebuah tatanan masarakat yang bodoh dan terkebelakang serta  tak berperadaban. Beliau bangkit dan melakukan revolusi kemanusiaan secara menyeluruh meski dalam 23 tahun tugasnya, namun revolusi ini spektakuler mencengangkan sehingga darinya muncul sebuah model peradaban humanistik tampil melawan hegemoni dua peradaban besar disekitarnya yaitu Persia dan Roma. Tidak kurang dari seabad berikutnya dua peradaban besar tersebut menjadi peadaban alternatif bahkan tidak lebih dari dua abad hegemoni peradaban ini tak tertandingi hingga kini.
Dr. Hosseini lebih jauh menguraikan kesuksesan Nabi Muhammad saw ini adalah berkat adanya beberapa faktor mendasar bersamanya yaitu:
Di hari kedua di acara penutupan dan penyerahan menjadi bergengsi karena hadir ditengahnya menyampaikan sambutan dan penyerahan piala dan hadiah Wakil Mentri Kebudayaan dan Bimbingan Islam Republik Islam Iran Dr. Hamid Muhammadi beserta jajarannya atase kebudayaan Republik Islam Iran untuk Indonesia Mr. Ali Rabbani dan staff.
Dr. Hamid Muhammadi, dalam sambutannya menjelaskan tentang keagungan al-Quran, dalam Surat Arrahman Allah swt menegaskan bahwa sifat agungnya “Rahman” disandingkan dengan aktifitas-Nya mengajarkan al-Quran dan aktifitas inilah yang menjadi ni’mat paling besar, manusia sebelum lahir kedunia sebagai ciptaan-Nya sebenarnya telah menjadi murid-Nya, fitrah manusia adalah ajaran-ajaran qurani yang telah diajarkan sebagai nilai-nilai universal yang manusiawi, karena ketika manusia sudah berada di dunia dan melupakan ajaran-ajaran ini, kembali manusia akan di ingatkan dengan nilai-nilai ini realistis kalau al-Quran dinamai dengan al-Dzikr karena kembali manusia diingatkan dengan ajaran-ajaran fitrahnya. Yang mengajarkan Quran adalah mereka yang memanifestasikan sifat Allah swt , dengan demikian manusia yang belajar dan mengajarkan Al-Quran adalah manusia yang paling mulia, dan inilah kebanggaan kita sebagai pengajar dan pelajar Alquran.
Beliau juga menegaskan bahwa, “Alquran adalah tali kuat yang menjulur dari Allah saw ke manusia untuk sarana naik kepada-Nya, derajat menusia tinggi dengan terus menapaki dengan berpegang teguh kepadanya, atau bahkan bisa saja sebaliknya bila orientasinya adalah kepada selain-Nya, maka demikian ini pasti malah justru merendahkan derajat manusia. Secara langsung bahwa Allah swt telah mengajarkan kepada manusia ajaran-ajaran Alquran, tapi ketika manusia berada dibumi Allah menjadikan khalifah-Nya yang disebut Ahlu al-Dzikr untuk kembali mengajarkannya, dengan ini jelas bahwa antar Al-Quran dan Ahlul al-Dzikr tidak akan terpisah sampai hari kiamat sebagimana yang telah disabdakan oleh Nabi Muhaammad saw”
Olimpiade nasional Al-Quran dan Hadis ini terselenggara atas kerjasama antara StF Sadra dengan Universitas Internasional Al-Mustafa Qom Iran, dengan berbagai cabang perlombaan seperti Tilawah, Tahfiz, tartil dan Tafsir melibatkan sekolah tinggi, pesantren dan rumah quran mitra, hadir sebagai dewan juri didalam acara ini Dr.KH. Ahsin Sakho Pimpinan IIQ dan Ketua Devisi Keilmuan Jam’iyyah Qurra wal Khuffadz NU beserta teamnya begitu juga para dosen pengajar dibidangnya.