STFI Sadra. Kamis, 14/10 Department Riset STFI Sadra menyelenggarakan Diskusi Bulanan yang bertemakan “Perbandingan Filsafat Persia dan Korea”. Diskusi ini menghadirkan Prof. Dr. Muhtasar Samsudin yang merupakan Dekan Fakultas Filsafat UGM yang mempresentasikan ulasan tentang FIlsafat Korea dan Dr. Ammar Fauzi yang merupakan Kepala Departemen Riset STFI Sadra. Diskusi ini diadakan di Auditorium lantai 4 Kampus STFI Sadra.
Mengenai Filsafat Korea Prof. Dr. Muhtasar menyatakan bahwa filsafat Korea merupakan filsafat yang bercorak kosmosentris yang merupakan kombinasi dari kebudayaan konfusianisme, Taoisme, Budhisme dan Shamanisme. Filsafat korea mengandung ajaran tentang keseimbangan dan kehidupan yang berkesadaran. Filsafat ini mendasar tradisi dan budaya masyarakat korea yang terefleksi dalam etika hubungan antara individu dan masyarakat serta negara. Korea sendiri merupakan sebuah bangsa yang terpecah menjadi dua negara yakni “selatan” dan “utara”. Kedua negara ini memiliki corak kehidupan yang berbeda walaupun berasal dari akar yang sama. Kecendrungan untuk memegang nilai-nilai lama lebih dapat dinisbatkan kepada Korea Utara dan kecendrungan untuk lepas dari nilai-nilai lama serta beralih pada kebudayaan modern lebih dapat dinisbatkan kepada Korea Selatan. Korea Utara yang yang sering disebut sebagai negara komunis malah sesungguhnya memiliki tantanan masyarakat dan budaya yang religius dan spiritualis. Ajaran-ajaran tentang kesadaran menjadi tema utama filsafat korea dan dipraktekan dalam kehidupan sehari-hari. Begitu juga pada masyarakat Korea selatan, sekalipun terlihat kapitalis namun ada juga kecendrungan untuk kembali menerapkan nilai-nilai lama dalam kehidupan bermsyarakat dan bernegara. Ketika muncuk gerakan So-Hak yang memiliki kecendrungan meninggalkan nilai-nilai lama dan beralih pada nilai-nilai modern, maka muncul gerakan Tong-hak yang mengajak masyarakat untuk kembali dan memperkuat nilai-nilai lama (oriental wisdom).
Adapun mengenai filsafat persia, Dr. Ammar Fauzi menyatakan bahwa, simpul utama penjelasan menganai tema ini adalah ada pada Syekh Al Maqtul Shihabuddin Suhrawardi. Filsafat Suhrawadi merupakan Filsafat yang bercorak perenial atau dalam bahasa Suhrawardi sendiri disebut dengan “Hikmah al-Kholidiyah”. Hikmah Perenial ini menempati bagian khusus dalam kebudayaan dan filsafat di persia (Iran sekarang). Filsafat ini banyak mengambil kebijaksanaan-kebijaksanaan yang berkembang dalam filsafat-filsafat mistik seperti Filsafat Iluminasi Platonisme dan bahkan filsafat Budha. Intinya Filsafat persia dalah filsafat tentang kebijaksanaan abadi yang bertemu dengan konsep-konsep filsafat kebudayaan lainnya yang hadir berinteraksi dalam wadah kebudayaan sebuah bangsa bernama persia, hingga filsafat ini menjadi lebih menguat dan mengkristal setelah datangnya kebudayaan dan filsafat Islam.
Hadir dalam diskusi ini puluhan peserta yang merupakan Mahasiswa/i STFI Sadra, Akademisi, dan masyarakat umum. Diskusi ini bertujuan untuk menginteraksikan berbagai macam konsep filsafat yang berkembang dikedua kebudayaan.