STFI Sadra. Direktur Rumi Institute, Muhammad Nur Jabir, MA yang juga merupakan Dosen STFI Sadra baru-baru ini menggelar launching lembaga yang bernama Rumi Institut pada Hari minggu 21/02. Dalam keterangannya beliau menjelaskan bahwa Rumi Institute adalah lembaga yang dibangun berdasarkan visi dan misi dari pemikiran seorang cendekiawan islam, Maulana Jalaludin Rumi. Dalam press realeasenya beliau menyatakan bahwa Kebutuhan eksistensi manusia kini sebenarnya sejalan dengan prinsip hak-hak asasi manusia yang telah dicatat di PBB. Ada tiga prinsip utama hak-hak asasi manusia diantara prinsip-prinsip yang ada dimana ketiga prinsip tersebut relevan dengan kebutuhan manusia kini. Adapun prinsip-prinsip tersebut adalah penekanan terhadap kemulian manusia dan martabat manusia tanpa membeda-bedakan antara satu dengan lainnya, penekanan terhadap keragaman sebagai sebuah fenomena yang tidak mungkin diingkari, termasuk keragaman atas budaya, tradisi, dan juga penafsiran, kemudian penekanan terhadap toleransi dan meninggalkan fanatisme yang menghancurkan nurani dan kemanusiaan.
Prihal Rumi beliau menjelaskan bahwa Maulana Rumi salah satu mutiara pemikir islam termuka sebagaimana tercatat dalam sejarah pemikiran islam. Rumi bukan saja dikenal di dalam dunia islam namun juga dikenal oleh pemikir barat. Melalui sastranya Rumi mampu menyuguhkan islam yang sejuk, indah, dengan kedalaman muatan makrifat yang agung. kitab Matsnawi Maknawi salah satu kitab terbesar yang memaparkan keagungan manusia dan kemanusiaan. Tak heran jika setiap tahunnya ada saja yang memberikan komentar atau catatan baru terhadap kitab tersebut. Keluasan makna yang terkandung di dalamnya menunjukkan keluasan jiwa yang dimilliki oleh Maulana Jalaluddin Rumi. Ratusan tahun silam Rumi telah berbicara mengenai keterasingan manusia dan manusia yang terasing dari rumpun bambunya. Bait pertama dalam kitab Matsnawi Maknawi berbicara tentang nei atau seruling bambu dan Rumi mengajak seluruh manusia mendengarkan derita keterpisahan seruling bambu dari rumpun bambunya. Nei adalah simbol pengetahuan, makrifat, dan kesadaran atas pengalaman derita keterpisahan. Sebab itulah Rumi mengajak seluruh manusia agar bisa seirama dan senada dengan seruling bambu.
Lebih lanjut beliau. menegaskan bahwa Lembaga Rumi Institute sengaja kami hadirkan melalui program-programnya guna mengingatkan kembali nurani dan kemanusiaan kita yang mulai sirna secara perlahan oleh keangkuhan, egoisme, hasrat kekuasaan, dan segala bentuk keinginan hawa nafsu yang akan mengantarkan manusia kepada kehancuran dan kekerdilan.