Sadranews- Wakil Ketua III Bidang Kemahasiswaan STAI Sadra, Dr. Hasyim Adnani menjelaskan kaitan antara kata “tadabbur” atau intropeksi dengan terkuncinya hati manusia dalam Al Quran. Dalam kata perintah “tadabbur” manusia selain diperintahkan untuk memahami makna katanya juga diperintahkan untuk menggali sesuatu di balik makna kata. Al Quran mempunyai tingkatan lahir dan tingkatan batin sedangkan perintah untuk melakukan intropeksi diri merupakan penyingkap batin Al Quran. Karena itu orang yang hanya mengandalkan kemampuan bahasa saja dalam melihat teks-teks lahiriah Al Quran, akan keliru memahaminya. Ayat yang berbunyi, “Maka apakah mereka tidak merenungkan al Quran” (QS. Muhammad : 24) berbicara untuk semua lapisan masyarakat manusia. Orang-orang yang mengikuti petunjuk Al Quran adalah mereka telah merenungkan Al Quran. Sebaliknya orang-orang yang tidak memahami hakikat Al Quran itu karena mereka tidak merenungkan Al Quran.
Ia menambahkan, termasuk rahasia dari perenungan Al Quran adalah supaya setiap individu muslim bergerak sesuai gradasi keimanannya dalam menyingkap hakikat Al Quran. Ini adalah proses perjalanan spiritual manusia yang membutuhkan perjalanan intelektual terlebih dahulu untuk sampai pada tingkatan tersebut. Dalam ayat yang berkenaan dengan kewajiban puasa Allah berseru dengan kata “wahai orang-orang yang beriman” yang menunjukkan seruan kemuliaan atau kesayangan. Seruan ini bertujuan agar keimanan setiap orang yang beriman itu meningkat. Meskipun setiap manusia berbeda-beda dalam kebaikan dan keburukannya, namun seruan kemuliaan kepadanya tersebut supaya orang-orang yang jahat dan berbuat maksiat, berhenti berbuat jahat dan maksiat dan tidak berputus asa untuk berubah menjadi baik.
“Terkait kata perintah untuk kewajiban puasa ini Allah menggunakan kalimat “Kutiba Alikaum” bukan “Furidha Alaikum” menunjukkan bahwa puasa itu merupakan kebutuhan manusia bukan beban bagi manusia. Sebab untuk sesuatu yang menjadi kebutuhan manusia seperti makan dan minum tidak perlu menggunakan kata diwajibkan. Selain itu kewajiban puasa bukan hanya turun untuk umat Nabi Muhammad saw saja tetapi juga sudah turun untuk umat-umat sebelumnya. Sehingga dengan berpuasa orang akan sampai pada kedudukan takwa atau bahkan tingkat penyaksian,” terang Dr. Hasyim pada Senin (18/3/2024) siang.
Acara kajian Ramadhan yang diawali dengan shalat dzuhur berjamaah dan tadarus ini digelar di Masjid Al Mustafa STAI Sadra serta diikuti para mahasiswa, dosen dan karyawan Yayasan Hikmat Al Mustaf.