Sadranews-STAI Sadra Jakarta bekerjasama dengan Asosiasi Aqidah dan Filsafat Islam (AAFI) menggelar acara Ekspresi Buku berjudul “Imajinasi Islam-Pikiran-Pikiran Yang Membentuk Masa Depan” sebuah karya persembahan cendikiawan Indonesia atas 70 tahun usia Prof. Dr. Komaruddin Hidayat di Auditorium Al Mustafa, jumat (24/11/2023) siang.
Acara yang dibuka pukul 13.40 WIB tersebut diikuti oleh para mahasiswa dan dosen STAI Sadra serta karyawan Yayasan Hikmat Al Mustafa. Turut hadir Prof. Dr. Komaruddin Hidayat (Rektor UIII), Prof. Dr. Hossein Mottaghi (Ketua Yayasan Hikmat Al Mustaf Jakarta), Prof. Dr. Media Zainul Bahri (Wakil Dekan Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta), Dr. Kholid Al Walid (Ketua STAI Sadra) dan Ahmad Gaus AF (Budayawan dan Penulis).
Dalam sambutannya, Prof Mottaghi menyampaikan rasa bahagia karena menjadi tuan rumah bagi salah satu cendikiawan muslim Indonesia yang punya gagasan menarik. Ada dua ciri khas pemikiran beliau. Pertama, pemikiran yang selalu memberikan solusi bagi problematika masyarakat Indonesia. Kedua pemikiran yang sangat luas dan tidak terbatas pada masyarakat Indonesia saja. Hal ini terbukti bahwa Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII) di bawah kepemimpinan beliau memiliki sekitar dua ratus mahasiswa dari berbagai macam negara. Ini menandakan bahwa pemikiran-pemikiran beliau berskala internasional. Di samping itu banyak pemikir yang ide-ide cemerlangnya tidak bisa sampai kepada masyarakat.
Sementara pemikiran-pemikiran luas beliau dapat dikomukasikan kepada masyarakat. Sehingga murid-murid yang memahami pemikiran-pemikirian beliau menyusunnya dalam sebuah buku tebal. Banyak dari pemikir Barat setelah berusia 70 tahun menulis dua atau tiga buku saja. Tapi dua atau tiga buku ini dapat mewarnai dimamika pemikiran dunia. “Kita saksikan sebuah hasil karya buku yang sangat berharga dan dapat mewarnai pemikiran-pemikiran yang solutif bagi problematika masyarakat setelah usia 70 tahun beliau yang penuh berkah,” ungkapnya.
Selaku Keynote Speaker, Prof. Komaruddin menjelaskan bahwa sebagian ayat al Quran menafsirkan sebagian yang lain, al Quran menafsirkan semesta dan semesta menafsirkan al Quran. Kekayaan Islam itu warisan tekstual dan tidak ada warisan teks yang semelimpah al Quran dan teks al Quran itu kaya akan informasi pengetahuan. Seandainya al Quran tidak tertulis maka akan menjadi dongeng yang bercampur antara mitos dan logos. Karena tertulis al Quran menjadi pondasi utama yang melahirkan banyak tafsiran. Untuk itu tidak ada kitab suci yang melahirkan sekian banyak buku kecuali al Quran. Membangun peradaban dimulai dari pemikiran dan pemikiran harus dbangun dari pusat yaitu dunia kampus. Kalau tidak ada kebebasan pemikiran maka pemikiran tidak akan berkembang.
Islam dapat berkembang tatkala pemeluknya memiliki pemikiran inovatif dan terbuka. Perkembangan pemikiran Islam itu setelah keluar dari Mekkah dan Madinah, ada yang ke Syam, Iran, Mesir dan Indonesia. Karena ekspresi Islam itu beragam, bila di Afganistan yang muncul ayat-ayat perang. Ketika Islam masuk di Jepang maka akan berbeda lagi ekspresinya dan dakwah tentang kebersihan, disiplin dan kerja keras menjadi tidak relevan di Jepang. Ketika Islam berkembang di Nusantara maka ekspresi budayanya jauh lebih kaya di banding di Arab kala itu. Sebab, dari Aceh sampai Papua kaya akan keragaman. “Islam itu bisa dimasuki sebagai bangunan pemikiran yang sangat luas dan terbuka dan boleh saja kelompok tertentu hanya berpegangan dengan apa yang ada. Jadi Islam itu banyak dimensinya,” tegasnya.
Prof. Media mengatakan bahwa Prof. Komaruddin merupakan salah satu cendikiawan muslim di Indonesia yang selalu mendialogkan filsafat Islam denga modernitas. Beliau mengambil posisi adaptasi dan negosiasi kritis terhadap modernitas. Umat Islam jika ingin maju jangan hanya melihat yang historis, partikular, imanen saja tapi juga harus melihat yang metahistoris, universal dan transenden sebagai jangkar spiritualitas. Di samping itu mereka harus memiliki organisasi dan lembaga modern serta merekonstruksi ulang pendidikannya. Selain tuntunan fikih dan ibadah pendidikannya juga harus fokus pada ilmu pengetahuan, filsafat dan demokrasi misalnya. Sebagaimana yang pernah disampaikan Gusdur bahwa umat Islam jangan hanya mempelajari pemikiran Imam Ghazali saja tapi juga harus muncul al Ghazali-al Ghazali baru di era ini.
Dari sisi kurikulum keislaman harusnya diproduksi model keislaman yang tidak melulu berorientasi pada masa lalu, tapi model keislaman yang kekinian khas Islam Nusantara misalnya. Sebab usia Islam di Indonesia sudah lima ratus atau versi lain delapan ratus tahun hampir tidak ada teori-teori baru dalam studi Islam yang bisa dijadikan rujukan. Sementara Islam di Spanyol dan Baghdad yang hanya empat ratus tahun sudah melahirkan teori-teori baru dalam studi islam. “Kita harus melanjutkan tradisi keilmuan dan pemikiran Islam yang dikampanyekan Prof. Komaruddin dengan modifikasi baru. Kelebihan tradisi intelektual semacam ini adalah bisa mengkomunikasikan antara tradisi intelektual Islam di kampus dengan Islam populer di masyarakat,” ujarnya.
Ahmad Gaus AF memulai pembicaraannya dengan pertanyaan yang ada di buku tersebut yaitu mengapa kaum muslimin mundur sedangkan umat lainnya maju. Protestan di Eropa bisa menginspirasi lahirnya industrialisasi. Buddhisme Zen mendorong Jepang menjadi negara industri yang maju. Konfusianisme menjadikan Korea sebagai naga Asia. Sedangkan peradaban apa yang dihasilkan Islam khususnya di Indonesia setelah umatnya memeluk selama delapan ratus tahun. Apalagi jika menggunakan teori Arab, maka sudah tiga belas abad Islam masuk ke Indonesia. Islam masuk ke Baghdad hanya dalam waktu seratus tahun dapat melahirkan peradaban yang begitu besar dan gemanya masih terdengar sampai sekarang yaitu khilafah Abbasiah. Kemudian Islam masuk ke Spanyol hanya dalam waktu 75 tahun dapat melahirkan peradaban yang begitu besar dan gemanya masih terdengar hingga kini seperti Sekolah Sevilla dan Sekolah Cordova.
Ini menandakan orang masih melakukan romantisasi masa lalu bahwa Islam pernah jaya dan melahirkan ilmu pengetahuan. Sayyid Naguib Alatas seorang pemikir Malaysia mengatakan bahwa muslimin sekarang tidak maju karena kehilangan tradisi ilmu pengetahuan. Untuk itu yang harus dilakukan kaum muslimin adalah membangun sekolah-sekolah dan universitas-universitas supaya mereka menjadi orang-orang pintar sehingga dapat membangun peradaban. “Sosok seperti Prof. Komaruddin melakukan terobosan atau imajinasi yang tidak dilakukan oleh para intelektual sebelumnya seperti Gusdur, Buya Syafi`i Maarif, Nurcholis Madjid dan lainnya. Umat Islam di Indonesia tidak maju karena kehilangan imajinasi dan hanya terkungkung dalam aqidah dan syariat,” terangnya.
Dr. Kholid menyampaikan bahwa di antara ciri khas tulisan Prof. Komaruddin adalah menjelaskan pembahasan berat dengan bahasa yang enak dan mudah difahami, jauh berbeda dengan tulisan-tulisan Nurcholis Madjid, Kuntowijoyo dan Dawam Raharjo yang perlu dibaca dengan serius. Selain dikenal sebagai sosok intelektual Prof. Komaruddin juga terjun sebagai aktifis yang pernah aktif sebagai Panwaslu dan tentunya terjadi tarik-menarik politik yang begitu dahsyat, namun beliau tetap tidak kehilangan ketajaman pemikiran keilmuan. Beliau tidak hanya fokus pada ilmu pengetahuan saja tapi juga mampu membaca problematika yang terjadi di masyarakat. Tidak mudah orang berada pada posisi seperti beliau yang aktif dalam politik namun tetap konsisten pada pemikiran-pemikiran akademis.
Terbukti sekarang ini beliau sebagai Rektor UIII dan corak pemikiran keislaman di Indonesia ini dan kekayaan besarnya dalam mengekspresikan Islam perlu ditiru oleh muslimin di Timur Tengah. Menurut Prof. Komaruddin bahwa gagasan keagamaan yaitu bukan agama yang sempit tapi agama yang memelihara tradisi lama dan tetap terbuka. Agama yang terbuka dan plural mampu menyerap nilai-nilai mendalam untuk menjadi nilai bersama. Agama seperti ini lah yang bisa menjadi tawaran bagi solusi kehidupan manusia ke depan. “Ada pemikiran beliau yang tidak ada pada Cak Nur yaitu kecenderungan sufistik misalnya pandangan beliau tentang sikologi kematian dengan cara pandang yang tidak membuat orang takut pada kematian dan ini sangat menarik. Gagasan dan pemikiran beliau yang luas sangat menginspirasi kita semua,” tandasnya.