Forum Temu Pakar : Studi Kritis Identitas Pikiran Otak Mario Bunge Perspektif Neo-Sadrian

sabarrrrSadra-News. Jumat, 9/6. Sekolah Tinggi Filsafat Islam (STFI) Sadra menyelenggarakan kembali Forum Temu Pakar yang kali ini bertema “ Studi Kritis Identitas Pikiran Otak Mario Bunge Perspektif Neo-Sadrian”. Kali ini menghadirkan Cipta Bakti Gama, MA, Dr. Hadi Kharisman dan Afrizal Ms. Hadir sebagai moderator dalam acara ini Wa Ode Zainab, MA.

Cipta memaparkan bahwa, Mario bunge berpendapat bahwa  filosofi of mind  memiliki dua sudut pandang, yang pertama Monisme dan dualisme. Mullla sadra dan filosof islam kontemporer memiliki pandangan tengah yang disebut interaksionalisme.  Bagi para filosof sadrian, jiwa atau fikiran adalah aktulisasi primer dari tubuh fisikal yang memiliki potensi untuk hidup atau dzatnya berwujud ruhani yang beraktualisasi secara jasmani. Dari definisi mengenai jiwa ini kita berusaha menemukan titik temu antara teori Mario Bunge dan Ne-Sadrian ini. Misdaq bagi mental bagi Mario Bunge adalah Psikon (hubungan antar neuron) dalam proposisi hipotetis Jika M = N, jika ada status mental maka ada status Psikon.  Neo-Sadrian  menyatakan bahwa,  kejadian jiwa manusia dapat difahami melalui “Tajarrud Nafs” yang bersifat non-fisis. Ada sebuah premis yang menyatakan “jiwa selalu hadir dalam kesadaran”, premis ke dua “jiwa tidak degeneratif atau mengalami kemusnahan”, premis ketiga “fisik tidak selalu hadir dalam kesadaran”, premis ke empat “Fisik selalu degeneratif, Musnah”.  Kesimpulan dari premis-premis ini  adalah “Jiwa tidak sama dengan Fisik”. Namun dari teori bunge, Psikon disebut status mental (mind) atau sama dengan Jiwa, tapi kita menemukan adanya pertentangan dengan premis neo-sadrian.  Namun sekali lagi Mario Bunge adalah seorang tokoh neouroscience yang monisme (non-dualisme) dan memandang bahwa teori dualisme bertentangan dengan Science.

Menanggapi uraian diatas, Dr. Ammar Fauzi menyatakan bahwa, Ada sebuah teori meta-psikologi  yang fokusnya adalah tentang pengalaman kesadaran diluar dari perangkat-perangkat sensorik yang berurusan dengan hal-hal empirik. Umumnya  teori meta-psikologi tidak percaya dengan teori M=N tadi.

Melanjutkan sesi ulasan Dr. Hadi Kharisman menjelaskan bahwa, dalam teori quantum dimensi ruang tidak bisa dilepaskan dari waktu, jadi waktu bukan satu dimensi sendiri. Kehadiran ruang persis dalam kerangka waktu. Dalam teori quantum dikatakan bahwa,  setiap elektron yang runtuh dan tumbuh memiliki perhitungan Quantum tersendiri yang khas sehingga tidak pernah satu partikel hadir dalam ruang dan waktu tanpa pergerakan. Pergerakan ini menandai perubahan-perubahan yang terjadi dalam alam makro. Ketika filsafat modern di kokohkan oleh Descartes yang melihat alam melalui dua subtansi yang bertentangan yakni Jiwa dan materi yang bersifat kontradiktif. Tidak pernah ada penjelaskan yang komprehensif untuk menjelaskan koneksi dualitas kesadaran dan Materi ini. kemudian muncullah aliran-aliran idealisme dan monisme yang menekankan hanya ada satu kenyataaan yang muncul dalam banyak fenomena-fenomena. Muncul lagi monisme yang bersifat lebih ekstrim dan materialistik mencoba mengukur fenomena-fenomena kesadaran dengan kuantifikasi. Muncullah dari sana teori tentang otak yang memandang bahwa kesadaran adalah  epi-fenomena atau kejadian yang muncul dari interaksi dari materi. Tapi teori ini sangat tidak positivistik atau keluar dari  kaidah sains sendiri, karena itu teori ini hanya bisa menggunakan asumsi-asumsi terselubung.

Di sesi terakhir, Afriza turut memberikan ulasan diantaranya bahwa, permasalahan yang harus diselesaikan disini adalah dulisme antara jasad dan ruh. Jasad berisfat degeneratif (mutaghayir) sedang Jiwa  bersifat permanen.  Semua menerima bahwa eksistensi Tuhan bersifat tunggal (mujjarad). Lalu bagaimana yang bersifat tunggal ini bisa berinteraksi dengan yang berubah-ubah ini.  ada satu aspek materi yang bersifat tetap dan tidak berubah, yakni energi, kadang beberapa ahli menyebutnya ruh. Mungkin saja titik pertemuan antara Tuhan alam materi ini ada pada energi  atau ruh ini.

Hadir dalam acara ini para Mahasiswa, Dosen, Staf dan para akademisi dari berbagai latar belakang. Acara ini merupakan program Departemen Riset STFI Sadra.

PROGRAM STUDI

PRODI FILSAFAT

menghasilkan sarjana filosof muda yang memiliki pemahaman luas dan keahlian di bidang filsafat Islam, serta mampu memberikan kontribusi terhadap berbagai persoalan pemikiran Filsafat dan Islam pada masyarakat, baik di tingkat nasional maupun internasional

ALQURAN DAN TAFSIR

menghasilkan para sarjana yang memiliki keahlian dalam bidang Ilmu Al-Quran dan Tafsir, mampu melakukan penelitian fenomena sosial dan keagamaan dan mencari alternatif pemecahanan masalahnya berbasiskan pada Ilmu Al- Quran dan Tafsir.

Jalan. Lebak bulus II no.2 Cilandak Barat, Jakarta Selatan 12430. Call: 021-29446460 Fax: 021-29235438 info@sadra.ac.id

About us

Sekolah Tinggi Filsafat Islam di Indonesia yang fokus pada pengkajian filsafat Islam & Ilmu Alqur’an – Tafsir. Sistem pembelajaran di dasarkan pada perpaduan antara nilai-nilai tekstual (alqur’an & Assunah) dengan pendekatan rasional yang bersumber dari khazanah ilmiah Islam klasik & kontemporer.

diggi.id
STAI SADRA
diggi.id
TUTUP