Sadranews-STAI Sadra menggelar acara Webinar Memperingati Kesyahidan Jenderal Qassem Soleimani dengan judul “Jenderal Qassem Soleimani; Simbol Penjaga Perdamaian Dunia” secara online, Rabu (11/01/2023) siang.
Dalam acara webinar yang dibuka pukul 13.30 WIB tersebut, Dr. M. Subhi Ibrahim, M.hum dalam presentasinya mengatakan bahwa ntuk memahami perjuangan dan visi hidup Jenderal Qassem harus dengan pendekatan yang komprehensif meta historis. Kita harus mengenal dengan perspektif dunia baru kita bisa memahami mengapa beliau muncul dan menyumbangkan seluruh hidupnya untuk kesyahidan. Qassem soleimani adalah figur meta historis yang di balik sosoknya ada pandangan dunia ilahi dan pesan-pesan yang melampaui sejarah dan perlu dikenang terutama dalam konteks keindonesiaan. Keteladanan yang bisa kita ambil adalah bahwa kekuatan besar itu bisa dilawan dengan keimanan yang kuat.
Jenderal Qassem Soleimani muncul untuk memutus mata rantai pembajakan simbol-simbol Islam sebagaimana yang dilakukan kelompok-kelompok yang mengatasnamakan Islam tapi melanggar aturan-aturan Islam. Misalnya Kelompok Isis yang mengatasnamakan Islam merusak tempat-tempat ibadah dan menyerang orang-orang lemah baik orang tua maupun anak-anak. Padahal jelas bahwa hal tersebut dilarang dalam Islam, meskipun dalam kondisi perang.
Noam Chomsky seorang pemikir Amerika yang sering mengkritik pemerintahannya mengatakan salah satu soft power yang paling diandalkan dalam konteks politik internasional adalah penciptaan semacam istilah-istilah yang diproduksi para politikus Amerika yang lahir dari kebijakan luar negeri Amerika untuk mengontrol pikiran publik dunia. Ketika muncul satu istilah maknanya harus diambil dari kamus Amerika tersebut. Seperti istilah teroris yang disematkan pada Jenderal Qassem Soleimani oleh media-media Barat. Karena media-media Barat menguasai dunia maka ketika istilah teroris disebutkan yang terbayang adalah kelompok atau individu muslim.
“Terkait peperangan dan konflik di dunia khususnya di Timur Tengah, tepat sebagaimana Kritik Sayyid Ali Khamene`i dalam Sidang Umum PBB ke-42 pada 22 september 1987 bahwa selama ada dua kanker di PBB yaitu keanggotaan tetap dan hak veto, maka dunia akan terus bermasalah dan tidak akan damai. Untuk itu, Jenderal Qassem Soleimani melakukan gerakan-gerakan mendukung gerakan-gerakan perlawanan terhadap negara-negara penindas,” ujarnya.
Dalam filsafat politik Emanuel Kant, Sosok Qassem Soleimani dapat diibaratkan sebagai individu yang dipakai oleh kekuatan di balik alam untuk melakukan penyeimbangan kekuatan dan kehidupan. Dalam konteks Hinduisme, Qassem Soleimani seorang dapat digambarkan jenderal berjiwa ksatria yang sampai pada pencapaian tertingginya yaitu kesyahidan dan berakhirnya dharma kehidupannya. Dharma berupa membela kemanusiaan, menegakkan keadilan dan bergerak menjadi penyeimbang kekuatan dunia. Bisa dikatakan Ini adalah peristiwa khatamnya tugas penciptaan atau dharma seorang Qassem Soleimani. Sebagaimana tercatat pada 30 November 2017, Jenderal Qassem Soleimani mengumumkan bahwa pemerintahan kelompok teroris Isis sudah berakhir yang ditandai dengan penurunan bendera Isis di kota Albu Kamal Suriah.
Sementara itu, Dr. Kholid al Walid, M.Ag dalam penyampaiannya, mengutip ayat al Quran “…Barangsiapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai ke tempat yang dituju), maka sungguh telah tetap pahalanya di sisi Allah. Dan Allah Maha adalah Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. An Nisa : 100). Dalam kitab Arba`una Hadis, Imam Khomeini menjelaskan maksud rumah dalam ayat tersebut adalah ego dan diri kita yang sempit yang menjauhkan kit dari kesadaran ruhaniah. Rumah sempit itu sangat gelap sehingga menyebabkan manusia-manusia jatuh pada padangan pluralitas.
Ketika orang itu keluar dari keegoan sempitnya dan di saat melakukan perjalanan spiritual menuju Allah dan RasulNya ia mati maka ganjarannya hanya pada Allah. Dalam kitab tersebut ayat ini dieksplorasi debagai gambaran sesorang yang melakukan proses ruhaniah dan melepaskan keterikatan mereka kepada alam materi. Tapi pada saat yang sama zahir ayat tersebut juga menjelaskan untuk mereka yang melakukan proses jihad, keluar dari rumah mereka untuk berjihad menuju Allah ketika menemui kematian maka ganjarannya hanya pada Allah bukan diganjar surga dan kenikmatan-kenikmatan lain.
Jenderal Qassem Solerimani memiliki dimensi ruhaniah yang luar bisa. Hubungan dengan Allah selalu terjaga dan harapan menjadi syahid tampak menjelang kesyahidannya. Diceritakan bahwa Qasem Soleimani tidak meninggalkan shalat malamnya meskipun dalam kondisi sulit di medan perang. Kehadirannya di baris terdepan medan perang memberikan semangat kepada para pejuang lain yang sebagian mereka sudah di ambang keputusasaan. Beliau digambarkan sebagai seorang mukmin yang menjadi rahib di malam hari, yang menggantungkan segala urusannya kepada Allah dan menjadi singa di siang hari yang berjuang di medan laga.
“Pengorbanan demi nilai-nilai ruhaniah tidak akan pernah sia sia, akan muncul kesadaran akan nilai-nilai tersebut dan merubah manusia. Pendidikan yang dapat melahirkan sosok seperti Qassem Soleimani adalah pendidikan yang mengutamakan aspek ruhaniah dan keterhubungan selalu kepada Allah dan di sisi lain sebagai hamba Allah kita memiliki amanah untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang dihadapi bersama dan berada di pusat persoalan tersebut. Sebagaimana yang diajarkan oleh Madrasah Karbala` bahwa Imam Husein tetap sibuk dengan ibadah tatkala tiba waktu shalat dan menjadi komando dan penyemangat pasukan dalam berperang. Kalau Jenderal Qassem Soleimani telah mempersembahkan tenaga, pikiran dan bahkan nyawanya di jalan Allah, maka kita juga harus mengambil bagian untuk memperkaya diri dengan ilmu pengetahuan dan berperang melawan kebodohan dengan pengetahuan,” tegasnya.