Sadranews-Ketua Yayasan Muthahhari Bandung K.H. Miftah Fauzi Rakhmat dalam acara seminar nasional berjudul “Mengenang Sosok Syahid Muthahhari dan Peringatan Hari Guru Nasional” menyampaikan bahwa guru adalah sosok yang senantiasa dilihat muridnya kapan dan di mana saja. Guru tak mengenal waktu, kapan saja akan selalu dianggap sebagi guru. Kata seorang dosen, “kalau kalian seorang guru, jadilah seperti tukang kebun yang merawat tanaman yang punya berbagai macam warna”. Ibarat tanaman, para murid juga mempunyai watak dan tingkat pemahaman yang beragam. Karena itu, para murid yang bermacam-macam tersebut harus diperlakukan dan dididik secara bijak.
Ia melanjutkan, bagaimana seorang guru dalam mendidik murid-muridnya itu harus seperti kata Imam Khomeini, “Syahid Muthahhari adalah buah kehidupanku”, perumpamaannya seperti Sayyidina Ali bin Abi Thalib yang merupakan hasil dari kehidupan Nabi Muhammad saw. Sebab, guru menempatkan jiwanya pada setiap anak didiknya. Begitu pentingnya peran guru dalam mendidik, sampai-sampai ketika seorang guru sedang dalam masalah sebaiknya menenangkan diri dahulu sebelum mengajar. Jika tidak, energi negatif dari persoalan yang sedang dihadapi seorang guru akan berpindah ke dalam jiwa muridnya dan memberikan dampak buruk.
“Jadi, guru itu sebagaimana yang diajarkan dan dicontohkan oleh kedua tokoh penting Muthahhari dan Ki Hajar Dewantara utamanya berkaitan dengan spiritual, pembinaan jiwa dan moral murid-muridnya,” terang K.H. Miftah di hadapan para dosen dan mahasiswa.
Hal senada juga disampaikan Dr. Kholid Al Walid dalam sambutannya bahwa dalam momen Hari Guru Nasional, Syahid Mutahhari dan Ki Hajar Dewantara adalah dua sosok yang telah memberikan gagasan untuk pengembangan pendidikan, mencerahkan umat dan membangun peradaban. Karena itu wafatnya Syahid Mutahhari dijadikan sebagai Hari Guru di Iran.
“Seminar ini digelar dalam rangka mengapresiasi para dosen pada momen Hari Guru Nasional. Ki Hajar Dewantara pendiri Taman Siswa juga sosok yang memiliki peran luar biasa dalam mengambangkan dunia pendidikan di Indoensia,” tegasnya.
Sementara Prof. Dr. Hossein Mottaghi menjelaskan Muthahhari berbasis pendidikan tradisional dengan argumentasi yang kuat mampu mengembangkan pemikiran-pemikiran baru yang menarik dunia pendidikan. Syahid Muthahhari dan Ki Hajar Dewantara adalah dua tokoh besar yang melakukan gerakan membangun kesadaran masyarakat. Kesadaran masyarakat yang terbangun akan membawa kepada kemajuan.
Ia menambahkan, muculnya rezim diktator itu karena kebodohan dan ketidaksadaran masyarakat. Semakin rendah kesadaran masyarakat maka kediktatoran akan semakin merajalela. karena itu perang guru sangat signifikan dalam membangun kesadaran dan menghilangkan kebodohan. Acara ini digelar supaya para mahasiswa dan pemuda dapat mengenal dengan baik pemikiran kedua tokoh besar dan gerakannya dalam membangun kesadaran untuk mengembangkan peradaban. “Problem utama dunia Islam disebabkan karena kondisi muslimin itu sendiri dan tentu juga karena pengaruh Barat,” ungkap Prof. Mottaghi.
Seminar ini diselenggrakan dalam rangka mengenang sosok Syahid Muthahhari dan peringatan Hari Guru Nasional di Auditorium Al Mustafa STAI Sadra. Seminar yang dibuka pukul 13.30 WIB diikuti para dosen dan mahasiswa, Rabu (8/5/2024) siang.
Di akhir acara nama-nama dosen terbaik dipanggil untuk mendapatkan hadiah dan penghargaan sebagai bentuk apresiasi atas dedikasi tinggi mereka dalam mengembangkan STAI Sadra dan mendidik mahasiswa.