Jakarta, 12 September 2014. Siang hari, pukul 10.00 WIB terselenggara kelas Akhlaq (Etika) yang diikuti oleh seluruh Mahasiswa STFI Sadra. Kelas yang berlangsung di Auditorium ini menghadirkan Nara Sumber Prof. Dr. Sayyed Mofid Hoseini Kouhsari yang juga merupakan direktur yayasan Hikmat Al-Mustafa di Jalan. Lebak bulus II no. 2 Cilandak Barat, Jakarta Selatan. Hadir pula Bpk Hasyim Adnan, MA selaku Kepala departemen Student Affairs serta beberapa Dosen dan Staff STFI Sadra.
Topik yang diangkat pada kelas Akhlaq kali adalah “Pandangan-pandangan Keliru Masyarakat Terhadap Akhlaq”. Mengawali pembicaraannya tentang pengenalan konsep Akhlaq, beliau berkata: untuk mengenal dan memahami konsep Akhlaq harus mengetahui lawan katanya terlebih dahulu. Karena tolak ukur Akhlaq adalah kebiadaban. Seseorang dapat dikatakan berakhlaq ketika dia tidak melakukan kebiadaban.
Ada 12 pandangan keliru masyarakat terhadap Akhlaq, yang akan kami jelaskan beberapa pandangan-pandangan keliru tersebut:
a) Hak terhadap Allah SWT
b) Hak terhadap Masyarakat
c) Hak terhadap Jiwanya sendiri
d) Hak terhadap Lingkungan hidup
Setelah itu banyak terjadi Tanya jawab antara Nara Sumber, Prof. Dr. Sayyed Mofid Hoseini Kouhsari dan Mahasiswa STFI Sadra. Kelas ini berjalan sangat interaktif. Salah satu pertanyaan sangat menarik adalah: Pada cerita Nabi Hidir dan Nabi Musa, mengapa Nabi Hidir membunuh seorang anak yang tidak berdosa? Bukankah perbuatan pembunuhan merupakan hal yang tidak berakhlaq!!
Prof. Dr. Sayyed Mofid Hoseini Kouhsari dalam menjawab pertanyaan ini mengatakan bahwa: Nabi Hidir atas perintah Tuhan merupakan perwakilan dari alam ghoib dan malaikat Izroil. Karena telah diberitahu bahwa anak ini kelak akan berbuat keonaran di muka bumi. Pembunuhan anak ini karena kemaslahatan bagi orang tua anak tersebut yang notabene adalah orang tua yang sholeh. Jadi Nabi Hidir mengetahui Rahasia-rahasia yang tersimpan pada hakikat dunia. Kemudian beliau menyarankan Mahasiswa untuk mengkaji Surat Al-Kahfi agar dapat menyingkap Rahasia-rahasia Al-Quran.
Ada mahasiswa lain yang bertanya mengenai perbedaan adab dan akhlaq, beliau menjawab ciri-ciri Akhlaq jumlahnya banyak yang perlu direnungkan satu per satu. Seperti di Indonesia ketika seseorang ingin lewat dan berjalan dihadapan orang yang sedang duduk maka ia menjatuhkan tangannya untuk menghormati orang tersebut. Hal ini merupakan adab yang baik namun akhlaq adalah sifat yang telah mendarah daging dengan manusia maka dapat disimpulkan bahwa adab adalah bagian dari akhlaq.