Pembahasan ini terkait filosofi, religi, dan irfan. Dalam teks pertama dijelaskan bahwa manusia secara esensi berbeda dengan hewan, karena secara individu manusia membutuhkan orang lain, bermasyakarat. Selain itu juga, dalam menjalankan lain manusia membutuhkan pada yang lainnya, berbeda halnya dengan hewan. Maka dari sini, akan melahirkan kelaziman seterusnya. Contoh, pemilik lahan dan petani. Dari contoh ini kita bisa melihat bahwa disana terdapat intraksi antara kedua pihak, kemudian terdapat aturan, yang mana aturan ini menjaga satu sama lainnya.
Dari aturan di atas maka kita akan melihat adanya kelaziman pada pembuat aturan dan yang membuat aturan ini memiliki kelebihan karakteristik dari yang lainnya, Allah. Melalui Allah segala aturan dibuat, bahkan adanya aturan dari Nabi dan Rasul-pun dari Allah. Begitupun halnya dengan aturan yang terdapat di parlemen, akan tetapi aturan yang ada dalam parlemen hanyalah contoh kecil saja dan bukan hubungan antara Tuhan dan mahluk, yang layaknya disembah hanyalah Allah semata bukan yang lain. Aturan-aturan yang diberikan nabi dan hal lainnya kita taati. Namun, disini ada pertanyaan yang terkait dengan penyembahan: “Ada pertanyaan dari mana kita mengetahui nabi-nabi tersebut layak untuk disembah?
Selanjutnya kita akan membahas tentang ma`ad, ada orang-orang hanya mementingkan dirinya sendiri sehingga mengharuskan adanya hal yang bersifat adil berdasarkan konsep keadilan. Seperti kita ketahui bahwa yang baik akan mendapatkan pahala dan sebaliknya bagi yang jahat akan mendapatkan siksa. Misalnya ada aturan tidak boleh mencuri, dari sini kita harus mengetahui aturan-aturan mana saja yang tidak boleh dilanggar, maka dari itu kita perlu mengetahuinya dengan mengenal nabi dan Tuhan. Kita tahu bahwa Allah akan memberikan kebaikan kepada orang yang baik. Fungsi ma`ad sendiri untuk membuktikan adanya keadilan secara mutlak.
Dalam kehidupan sehari-hari kita bisa melihat, kita berbuat tidak baik akan mendapatkan hukuman. Allah-pun kelak diakhirat akan berlaku seperti itu untuk menunjukkan keadilan yang hakiki. Ibadah sangat penting untuk senantiasa menyadari realitas Tuhan, realitas hakiki yang sejati, ibadah sebagai pengingat. Berbeda halnya dengan orang fasik yang tidak pernah mendengar nama Tuhan. Ketika kita beribadah selalu mengucapkan maliki yau midin di ingatkan kalau Allah merupakan penguasa hari akhir yang akan memberikan ganjaran dan pahala.
Setelah melihat pemaparan di atas terkait ibadah kira-kira apa gunanya kita mengulangi ibadah? Mengulangi ibadah adalah mengulang tawajuh, maksudnya mengulang kebersamaan kita dengan Allah. Setiap hari kita hasru bertawajuh kepada Allah dan tawajuh ini akan menambah ma`rifat kita. Selai itu, tawajuh menghindarkan diri kita dari kemungkaran, namun ini hanya untuk orang-orang yang benar-benar bertawajuh secara sungguh-sungguh. Maka, dari sini kita bisa menyimpulkan bahwa apabila ibadah kita sedikit, maka sedikit pula kita mengingat Allah, berbeda halnya dengan oranga yang dusta ia khianat terhadap apa yang ia katakan. Tawajuh ini selain menambah ma`rifah kita ia juga mendekatkan kita dengan Allah.
Bila sebagaimana yang kita pahami ternyata ibadah menjaga keadilan, jika manusia dalam beribadah maka keadilan konsisten pada dirinya. Artinya, ibadah menjaga keadilan pada dirinya. Misalnya, dalam solat diisyaratkan jangan ditempat yang gosob atau berwudhu dari air hasil korupsi, dengan begitu kita harus tayamum. Inilah pentingnya aspek ibadah dalam kehidupan sosial, begitupun ibadah memberikan hal yang lain. Namun, perlu kita pahami bahwa tayamum dilakukan hanya pada hal tertentu saja. Semisalkan, perumpamaan yang sudah saya sampaikan di atas, ketika hendak berwudhu namun air yang kita gunakan adalah air hasil korupsi, maka kita diwajibkan untuk bertayamum ketimbang berwudhu dengan air hasil korupsi.
Ibadah mempunyai hubungan sosial dan ukhrowi berupa pahala, dan ini hanya dimiliki kaum arif dengan tawajuh diri, tawajuh merupakan kelezatan tertinggi bagi kaum arif. Hubungan seperti itu hanya bisa dirasakan oleh orang arif saja, sebagaimana yang telah saja jelaskan. Hal demikian bisa kita lihat seperti orang naik haji, hanya yang naik haji saja yang bisa merasakan menangis, terharu, dan sebagainya karena fana. Berbeda halnya dengan orang yang belum pernah naik haji, ia tidak akan merasakan atas apa yang dirasakan oleh naik haji, kecuali ia sendiri melaksanakan ibadah haji.
Hikmah ibadah mempunyai banyak manfaat bagi kehidupan, salah satunya:
Tujuan seorang dalam beribadah hanyalah pada Allah bukan yang lain, jika ada seorang yang beribadah karena surga maka yang ia dapatkan hanyalah surga semata. Berbeda halnya dengan orang yang beribadah karena Allah, ia akan mendapatkan hal yang lebih dari surga.
Di sini Ibnu Sina mengatakan dari ibadah menciptakan adanya hikmah, rahmah dan nikmah. Hikmah: dia memberikan keadilan sosial (manfaat pertama). Rahmat: Allah memberikan pahala untuk manusia (manfaat kedua). Nikmah: pertemuan dengan Allah swt (manfaat ketiga).
(Lutfiah.Mahasiswa STFI Sadra)