KULIAH UMUM “Tantangan Dan Masa Depan Dunia Islam” PROF. DR. MAHDI MOSTAFAVI

DSC04697Jakarta. 28/02/20114. Sekolah Tinggi Filsafat Islam (STFI) Sadra  bekerjasama dengan PMIAI-ICAS-UP Jakarta dan Universitas Internasional Al Mustafa mengadakan Kuliah Umum dengan Tema “Tantangan dan Masa Depan Dunia Islam”. Hadir sebagai pembicara dalam Kuliah Umum ini, Prof. Dr. Mahdi Mostafavi, seorang pakar hubungan internasional dan futurolog dunia islam. Kuliah ini juga di hadiri oleh Ketua STFI Sadra Dr. Kholid Al Walid dan Ketua Yayasan Hikmat Al Mustafa Prof. Dr. Sayyed Mofid Hoseini Kauhsari.

Dalam sambutannya dalam kuliah umum ini Prof.Dr. Sayyed Mofid Hoseini Kauhsari menyampaikan beberapa nasehat diantaranya bahwa setiap tindakan yang kita lakukan haruslah berdasarkan kesadaran tentang hakikat dari realitas ini sebagaimana Al Quran telah mendeskripsikan bahwa keseluruhan realitas ini sesungguhnya bersifat ilahi. Al Quran menandaskan “ Huwa Awwalu Huwa Akhiruhu”, Dialah yang Awal dan Dialah yang Akhir. Sehingga dapat dipahami bahwa segala sesuatu berdiri atas kebergantungan kepadaNya. Itulah kenapa kita harus memulai segala sesuatu dengan menambatkan perhatian kita kepadaNya apalagi di bulan-bulan suci seperti Rajab tahun ini. Dalam kalender islam, Rajab diidentikan sebagai bulan yang mengandung dimensi spiritual yang menandai titik tolak perjalanan ruhani bagi siapa saja yang ingin memulainya. Atas dasar ini, setidaknya setiap kita dibulan ini memulai sebuah kesadaran baru pada nilai-nilai ilahi.

Dalam kuliah umum ini Prof. Mahdi Mostafavi menjelaskan bahwa jika saja setiap manusia itu menyadari keadaan dirinya dan zaman yang melingkupinya atau Kalau saja setiap manusia ini menyadari keadaan dirinya maka tentu ia akan mengetahui segala dimensi kewajiban dirinya dihadapan Allah swt. Kalau seseorang itu tidak mengetahui dirinya tentu ia tidak akan tahu kewajiban atau orientasi-orientasi hidupnya.

Setiap kita pasti mempunyai spesifikasi-spesifikasi sehingga menjadi penting bagi kita untuk menyadari dan memprogram kehidupan kita ini sehingga sesuai dengan apa-apa yang pantas bagi diri kita dan ketika kita mengetahui kehidupan kita tersebut, kita dapat menentukan jalan kehidupan dalam konteks akhlak, pemikiran dan kebudayaan. Dalam keaadaan inilah setiap manusia akan menyadari bahwa ia membutuhkan sebuah upaya untuk merealisasikan orientasi-orientasinya.

Sebagai muslim yang memahami hakikat dari kejadian kita dalam kehidupan ini tentu saja harus lebih menyadari hal ini. Pertama. Kita harus melakukan proses pencapaian atau progresifitas dalam pengetahuan yang merupakan dasar dari segala tindakan kita. Seseorang yang mendasarkan dirinya dengan dasar pengetahuan yang rasional, maka akan dapat menjawab semua problematika yang dipandang rumit oleh umat manusia. Kalangan manusia yang  berpengetahuan ini akan dapat menemukan akar dari persoalan-persoalan kemanusiaan dan memberikan jawabanya. Tidak pernah sekalipun gagasan yang berangkat dari irasionalitas akan menemui dirinya menjadi solusi. Kedua, dengan segala kemampuan, seharusnya setiap muslim mampu menangkap realitas maknawi dari semua realitas tanda-tanda dalam kehidupan ini. Masyarakat modern menjadi terpuruk karena melupakan aspek paling penting dari semua tindakan ini yakni memhami aspke maknawiah dari alam semesta dan tabiat-tabiatnya. Kita semua mengetahui bahwa umat manusia saat ini sudah mencapai tingkat kemajuan teknologi yang memuaskan, tapi apakah dengan semua ini problematika-problematika kemanusiaan dan kebutuhan hakiki manusia tersebut terpenuhi? Apakah manusia dengan modernitas ini memberikan sebuah makna dari kemanusiaan itu sendiri atau bahkan meminggirkan hakikat-hakikat dasar manusia?. Jawabnya adalah, tidak mungkin problematika-problematika kemanusiaan itu bisa teratasi jika kita meminggirkan makna-makna.

Dengan kemampuan-kemampuan ini, kaum muslimin dapat mendudukan posisinya dalam masyarakat dunia. Kita dengan cermat akan memahami struktur penindasan yang menjadi katalisator utama bencana kemanusiaan di muka bumi ini. Kita harus membangun hubungan baik dengan masyarakat dunia dari agama atau mazhab apapun  yang menyadari nilai-nilai yang sama ini. Itulah kenapa setiap kita harus menyadari bahwa dirinya memiliki misi untuk menjadi perekat semua potensi-potensi kebaikan. Dalam konteks aktivitas kita sehari-hari sebagai Mahasiswa, perlu disadari bahwa kesadaran terhadap kewajiban-kewajiban individual, masyarakat dan kebudayaan membutuhkan usaha dan kesadaran yang maksimal.

PROGRAM STUDI

PRODI FILSAFAT

menghasilkan sarjana filosof muda yang memiliki pemahaman luas dan keahlian di bidang filsafat Islam, serta mampu memberikan kontribusi terhadap berbagai persoalan pemikiran Filsafat dan Islam pada masyarakat, baik di tingkat nasional maupun internasional

ALQURAN DAN TAFSIR

menghasilkan para sarjana yang memiliki keahlian dalam bidang Ilmu Al-Quran dan Tafsir, mampu melakukan penelitian fenomena sosial dan keagamaan dan mencari alternatif pemecahanan masalahnya berbasiskan pada Ilmu Al- Quran dan Tafsir.

Jalan. Lebak bulus II no.2 Cilandak Barat, Jakarta Selatan 12430. Call: 021-29446460 Fax: 021-29235438 info@sadra.ac.id

About us

Sekolah Tinggi Filsafat Islam di Indonesia yang fokus pada pengkajian filsafat Islam & Ilmu Alqur’an – Tafsir. Sistem pembelajaran di dasarkan pada perpaduan antara nilai-nilai tekstual (alqur’an & Assunah) dengan pendekatan rasional yang bersumber dari khazanah ilmiah Islam klasik & kontemporer.

diggi.id
STAI SADRA
diggi.id
TUTUP