STFI Sadra. Minggu, 07/02. Setelah suskses menggelar event Olimpiade Al Qur’an Tingkat Nasional beberapa hari lalu, STFI Sadra menggelar perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW sebagai salah satu rentetan acara yang tertuang dalam agenda Olimpiade. Perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW ini digelar di Auditorium Al Mustafa Lt1 Kampus STFI Sadra.
Dalam sambutannya Ketua STFI Sadra Dr. Kholid Al Walid menyatakan bahwa memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW adalah salah satu ekspresi dari keimanan kepada Nabi SAW. Nabi Muhammad SAW adalah puncak dari keseluruhan kesempurnaan yang tidak pernah dapat didefinisikan oleh manusia. Rosululloh memiliki beberapa mihwar (kedudukan) dihadapan allah diantaranya adalah kedudukan ketaatan, kecintaan dan kemuliaan, sebagaimana sya’ir Sa’di dalam Ghulistan :
“telah sampai kesempurnaan dan keidahan karena kesempurnaan dan keindahan dirinya. Telah tuntas kesempurnaan karena kesempurnaan dirinya maka wahai manusia, sampaikanlah shalawat kepadanya”
-Ghulistan, Sa’di-
Senada dengan Dr. Kholid Al Walid, Prod. Dr. Seyed Mofid Hoseini Kouhsari Direktur Yayasan Hikmat Al Mustafa menyatakan bahwa kecintaan pada Nabi SAW adalah salah satu dari pilar-pilar agama dan cinta kepada Nabi Muhamamad SAW haruslah dibarengi dengan mencintai Al Qur’an. Al Qur’an menjadi mulia karena Nabi Muhammad SAW yang menyampaikannya, maka mendekati Al Qur’an memiliki bobot yang sama dengan mendekat kepada Nabi Muhammad SAW.
Di sesi Tausyiah, Prof. Dr. Raza’i Isfahani menyampaikan bahwa ada beberapa tingkatan manusia dalam memperlakukan Al Qur’an dan kesemuanya memberikan dampak sesuai Marhalahnya. Diantara marhalah inii adalah mereka yang hanya mampu memandang al quran. mereka yang mendengarkan Al Qur’an, mereka yang membaca al quran, mereka yang membaca dengan melejitkan pemahaman terhadapnya, mereka yang bertaaqul ketika membaca Al Qur’an, mereka bertafaqur ketika membaca Al Qur’an dan mereka bertadaburi Al Qur’an. Kita sumua sangat mungkin untuk sampai pada derajat (Marhalah) orang-orang yang mentadabburi Al Qur’an. Yang dimaksud dengan metadaburri adalah melacak pesan inti dari pesan Al Qur’an ( natijah). Ketika seorang muslim sampai pada derajat ini maka ia memiliki derajat yang tinggi dihadapan Allah. oleh karena itu derajat manusia di surga juga bergntung pada sikapnya terhadap Al Qur’an
Senada dengan Prof. Dr. Raza’i Isfahani, Prof. Dr. Reza Pur menekankan bahwa kecintaan kepada Nabi Muhammad SAW haruslah terefleksi dalam sikap seorang muslim kepada Al Qur’an. Beliau menyatakan bahwa hati manusia dapat berkarat maka cara membersihkannya adalah dengan membaca Al Qur’an, menelaah,serta memahaminya. Manusia memiliki dua kondisi eksistensial (شرطين وجودية ) yakni dzahir dan batin. Kondisi batin manusia acapkali terkontaminasi dan al quran adalah pembersihnya. Ibarat jika kekotoran batin adalah virus, maka Al Qur’an adalah antivirusnya. Sebagaimana hadis Nabi SAW “Nawir qulubakum bitilawatil quran”, yang artinya terangi hati kalian dengan Al Qur’an. Nabi SAW juga bersabda Ajari anak kalian dalam tiga hal yakni mencintai Rosulnya, mencintai Ahlulbaitnya dan mencintai Al Qur’an. Dalam dimensi sosial, ada hadis dari Rosululloh yang menyatkaan bahwa “ Sekiranya fitnah menyelimuti kalian laksana kegelapan malam maka hendaknya kalian berepagang teguh pada Al Quran. Al Quran adalah konstitusi (Qonun Azasi) bagi umat islam apapun mazhab dan alirannya. Maka al Quran adalah modal dasar bagi persatuan islam dan penjaga bagi invasi dan konspirasi yg ingin memecah belah umat islam baik dari dalam maupun dari luar. Dalam kesempatan ini pula beliau mengucapkan ucapan selamat kepada para pemuda di indonesia tentang dua hal yakni pertama karena kaum muda indonesia di penuhi kecintaan pada Nabinya dan yg kedua kaum muda indonesia tidak membiarkan musuh memecah belah mereka dengan bersandar pada dokumen ilahi ini yakni Al Quran.
Acara ini di hadiri oleh para dosen dan staf, para mahasiswa STFI Sadra dan tamu undangan. Dalam kesempatan ini juga panitia olimpade Al Qur’an mengungumkan nama-nama para pemenang di setiap cabang lomba.