“Nurun ala nur” cahaya diatas cahaya….itulah ungkapan metaforis yang terungkap dari pribadi mulia ketua dewan koordinasi antar masjid Republik Islam Iran yang datang menghadiri Seminar Tasawwuf Nusantara sebagai pembicara, merasakan sentuhan spiritual acara bunga rampai tematik tasawuf di Aula Auditorium Al Mustafa Icas-Paramadina, karena menurut beliau hadirnya diacara ini tepat di hari Jum’at sebagai Sayyidul Ayyam, berada di bulan Rajab yang agung dan tepat di hari kelahiran Imamul Muttaqin Ali Bin Abi Thalib as, apalagi diwarnai dengan wahana ilmu, berharap cahaya diatas cahaya ini bisa menjadi penerang yang menyinari langkah-langkah yang hadir menitih menuju manusia sejati meneladini Insan Kamil sang Nabi Muhammad saw dan washinya Ali as. “Betapa bangga dan bahagianya dapat hadir di acara spiritual yang sarat dengan berkah hari ini” kata beliau berkesan.
Hujaatul Islam Wal Muslimin Hajj Ali Akbari dengan tema “Keagungan Irfan dalam Islam” beliau menekankan pembahasannya pada puncak ketinggian derajat manusia yaitu “Insan Kamil”.
Sebelum tampil Direktur Icas – Paramadina Prof.Dr. Mofid Hosseini Kouhsari menyampaikan prolognya mengawali seminar ini, menurut beliau “Insan Kamil” secara definitif memiliki banyak ragam versi sesuai disiplin ilmu, Teolog berbeda mendifinisikannya tidak sebagaimana Mistikus (sufi/Arif), begitu juga sosiolog dan para ahli lainnya, namun sebenarnya lebih dari mereka semua sebenarnya terdapat batasan-batasan yang koprehensif dan universal bagaiamana memahami manusia sempurna yaitu versi quran.
Fenomena Insan Kamil menurut anggota penentu kebijakan para Imam Jumat Republik Islam Iran Prof.Dr. Akbari tidaklah keluar dari sosok manusia suci seperti Nabi Muhammad saw, tapi dengan kedudukan kenabian beliau bukan berarti bahwa jalan kesempurnaan tidak dapat dijalani oleh selainnya bahkan ditegaskan bahwa semua manusia bisa menitihnya. Kesempurnaan adalah puncak tangga yang bisa dilalui oleh siapapun yang menghendakinya. Beliau menguatkan pandangannya dengan eksistensi kepribadian Nabi adalah sebagai idola dan panutan (uswah), apapun yang dilakoni dalam bentuk sepak terjang Nabi sebagai manusia yang hidup dengan aspek induvidual dan sosialnya  pasti dapat dilakoni juga oleh pengidola dan peneladannya.
Ironi menurut beliau kalau Irfan (misticisme) merupakan salah satu jalan menuju sempurna, tapi ternyata banyak yang salah memahaminya dengan bahwa jalan ini ekslusif yang memisahkan tmanusia dari banyak tanggung jawabnya sebagai manusia utamanya dalam perannya sebagai manusia sosial, padahal Nabi sebagai Insan Kamil tampil memasarakat, membaur dengan semua strata didalamnya tampil memukau sebagai idol, sebagaimana Quran cukup gamblang mendiskripsikan bagaimana karakteristiknya.
Antusiasme hadirin nampak dari awal acara karena selain tamu yang terhormat ini sedianya hadir pula Wamen Agama RI Prof. Dr. Nazaruddin Umar MA., tapi karena mendadak ada tugas dari kepresidenan beliau memohon maaf atas ketidak hadirannya untuk berpartisipasi dalam acara yang penuh dengen berkah ini.