Sadra-News, Perayaan HUT Kemerdekaan RI ke-72, pada Kamis 17 Agustus 2017 berlangsung meriah diseluruh wilayah Negara kesatuan indonesia . Selain upacara resmi yang digelar di Istana Negara dan kantor-kantor pemerintah, para pelajar, mahasiswa dan warga sipil biasa turut ambil bagian dalam memperingati momen penting dan bersejarah ini. Upacara pengeringatan hari kemerdekaan Republik Indonesia ini juga dikenal dengan Upacara Peringatan Detik-detik Proklamasi yang merupakan moment inti yang menjadi dasar kemerdekaan Indonesia.
Sekolah Tinggi Filsafat Islam (STFI) Sadra juga turut memeriahkan hari bersejarah ini dengan mengadakan Upacara Pengibaran Bendera dalam Rangka memperingati HUT-RI Ke 72 dihalaman Gedung STFI Sadra yang dihadiri oleh seluruh Jajaran Pimpinan STFI Sadra beserta seluruh Mahasiswa/i. Hadir dalam Upacara ini Ketua STFI Sadra, Dr. Kholid Al-Walid sekaligus sebagai Inspektur Upacara. Turut hadir pula mengikuti upacara dan mengikuti pembacaan teks Pancasila Dr. Muhammad Javad Asadi yang merupakan Dosen Kehormatan STFI Sadra dari Universitas Internasional Al Mustafa.
Dalam Upacara ini Dr. Kholid Al-Walid menyampaikan amanat Inspektur Upacara seabgai berikut, “Alhamdulillah kita memperingati 72 tahun kemerdekaan indonesia.kemerdekaan yang dihasilkan melalui tetes-tetes darah para syuhada, 350 tahun kita mengalami penjajahan dan penindasan, berada dalam keadaan yang menggenaskan, terjebak dalam kehidupan yang tidak layak, nenek moyang kita mengorbankan jiwa dan raga mereka untuk membebaskan negeri ini dari penjajahan. Kita ketahui bahwa Indonesia adalah negara yang menentang segala bentuk penjajahan, apa itu penjajahan? Penjajahan adalah ketika suatu kaum melakukan penindasan terhadap kaum yang lain, menindas dan menginjak-injak harkat kemanusiaan. Kita bersyukur kepada Allah swt, bahwa bangsa kita dapat membebaskan diri dari penjajahan dan berdiri sejajar dengan bangsa-bangsa lain. Kita ketahui bersama bahwa saudara kita di Palestina hingga saat ini berada dalam penindasan dan penjajahan, mereka hidup ditanah mereka tapi mereka tapi mereka tidak memiliki kemerdekaan. Merdeka bermakna kita lepas dari penjajahan, intimidasi dan penginjakan harkat kemanusiaan. Kemerdekaan juga bermakna yakni kebebasan seorang hamba dari seluruh bentuk perbudakan dan penyembahan terhadap sesama manusia. Sebagaimana Ali Karamallah Wajha berkata, “wahai manusia, sesungguhnya adam tidak lahir sebagai Budak melainakan dalam keadaan merdeka” maka dari itu tidak satupun dapat merampas kemerdekaan manusia. Hari ini kita mencapai 72 Tahun kemerdekaan. Untuk memerdekaan diri butuh upaya yang luar biasa, tapi memepertahana kan kemerdekaan jauh lebih berat. Kita harus menyadari bahwa 360 tahun sebenarnya kita bukan dijajah oleh bangsa lain, namun kita dijajah oleh sikap kita yang menghamba kepada para imperealis. Ada beberapa faktor kenapa kita dijajah, yang pertama adalah kebodohan yang menyebabkan kita mudah di tindas dan diadu domba, yang kedua adalah pengkhianatan, kita ketahui bahwa bangsa yang menjajah kita adalah bangsa yang kecil dan menguasai bangsa yang besar seperti kita, hal ini terjadi karena ada sebagian orang yang ingin menikmati remah-remah roti dengan menghamba pada para penjajah dan menghancurkan bangsanya sendiri, hal ini terjadi hingga saat ini, ada sekelompok kecil orang yang ingin menjual diri dan rela saudara sebangsanya dihina dan diinjak-injak demi kepentingan sesaatnya, yang ketiga adalah kurangnya iman kita kepada Allah swt dan memandang kecil diri kita sendiri padahal Allah SWT Berfirman, “Wahai manusia telah kami jadikan kalian sebagai sebaik-baik ciptaan”. Kita tidak yakin kepada Allah padahal Allah sudah berjanji “barang siapa yang berjuang dijalan kami, maka ia akan menemukan keberhasilan”. Karena itu Murtadha Mutahari menyatakan bahwa kemerdekaan sosial tidak akan terjadi tanpa kemerdekaan Spiritual, inilah yang perlu kita bentuk dalam diri kita. Semoga kita sebagai pemuda bangsa ini dapat mengubah keadaan negeri ini untuk merdeka secara Spiritual dan merdeka secara sosial.
Upacara ini ditutup dengan penampilan paduan suara yang menyanyikan lagu-lagu Nasional, serta diakhiri dengan pembacaan Doa.
menghasilkan sarjana filosof muda yang memiliki pemahaman luas dan keahlian di bidang filsafat Islam, serta mampu memberikan kontribusi terhadap berbagai persoalan pemikiran Filsafat dan Islam pada masyarakat, baik di tingkat nasional maupun internasional
menghasilkan para sarjana yang memiliki keahlian dalam bidang Ilmu Al-Quran dan Tafsir, mampu melakukan penelitian fenomena sosial dan keagamaan dan mencari alternatif pemecahanan masalahnya berbasiskan pada Ilmu Al- Quran dan Tafsir.
Sekolah Tinggi Filsafat Islam di Indonesia yang fokus pada pengkajian filsafat Islam & Ilmu Alqur’an – Tafsir. Sistem pembelajaran di dasarkan pada perpaduan antara nilai-nilai tekstual (alqur’an & Assunah) dengan pendekatan rasional yang bersumber dari khazanah ilmiah Islam klasik & kontemporer.