Sadranws-Rektor Universitas Islam Internasional Indonesia, Prof. Dr. Jamhari Makruf, MA. Ph.D dalam acara seminar nasional berjudul “Spirit Mahdiisme Pada Kemenangan Revolusi Islam Iran” menjelaskan bahwa kemenangan Revolusi Islam Iran pada tahun 1979 sebagai inspirasi gerakan Islam yang mampu mengalahkan hegemoni super power yang didominasi Amerika, itu sangat ditakuti oleh Amerika dan Uni Soviet. Mereka takut akan kebangkitan dan persatuan negara-negara Islam yang membentuk sebagai sebuah kekuatan besar. Karena itu mereka mengarahkan Revolusi Islam Iran sebagai gerakan Islam yang radikal sehingga kesuksesan Revolusi Islam Iran dipersempit menjadi konflik Sunnah-Syiah. Sejak tahun 1979 konflik Sunnah-Syiah sengaja dibesar-besarkan untuk mengurangi dampak pengaruh Revolusi Islam Iran.
Ia melanjutkan, terbukti saat itu, sejumlah negara Arab menggelontor dana dengan jumlah besar ke Indonesia dan sejumlah negara lain untuk mendirikan organisasi-organisasi yang programnya untuk melawan pengaruh Revolusi Islam Iran di Indonesia. Mereka melakukan gerakan-gerakan yang mengubah inspirasi Revolusi Islam Iran sebagai gerakan Islam yang mampu mengalahkan hegemoni dominasi Amerika menjadi konflik Sunnah-Syiah. Akibatnya, Revolusi Islam Iran terlupakan dan orang-orang yang tidak mengetahui Syiah atau minim wawasannya tentang Syiah memandang Revolusi Islam Iran sebagai konflik Sunnah-Syiah serta memandang Syiah sesuai dengan definisi negatif yang dibuat. Dari dana besar yang digelontorkan, buku-buku anti Revolusi Islam iran dan anti Syiah dicetak dan disebarkan ke sejumlah negara-negara muslim termasuk Indonesia.
“Kenapa Revolusi Islam Iran digaungkan menjadi konflik Sunnah-Syiah di antaranya karena negara-negara Teluk, terutama yang dikuasai oleh para raja, takut rakyat mereka terinspirasi Iran melakukan pemberontakan terhadap raja-raja mereka. Mahdiisme selama ini dimaknai secara politik yakni umat Islam yang tertindas harus melawan penguasa zalim. Sedangkan Mahdiisme dengan makna baru yaitu gerakan kebangkitan ilmu pengetahuan dan teknologi sebab kaum muslimin sudah sangat tertinggal dalam bidang ini. Contohnya Jepang yang setelah dijatuhi bom atom di kota Herosima dan Nagasaki, melakukan gerakan kebangkitan ilmu pengetahuan dan teknologi yang akhirnya teknologi Jepang mampu menjajah Amerika,” ungkap Prof. Jamhari saat menjelaskan makna modern Mahdiisme, Senin (26/02/2024).
STAI Sadra menggelar acara  seminar nasional berjudul “Spirit Mahdiisme Pada Kemenangan Revolusi Islam Iran” tersebut pukul 10.00 WIB di Aula Al Mustafa dan diikuti para dosen, mahasiswa dan tamu undangan.