Sekolah Hikmah Muta’aliyah Angkatan ke III “Irfan dalam Khazanah Pemikiran Islam” INSAN KAMIL (Prof. Dr. Yunasril Ali)

Screenshot_13Kita terlanjur melihat manusia dalam kapling-kapling ilmu, ada yang melihat manusia hanya sebagai anatomi, ada yang melihat manusia hanyalah kumpulan kebiasaan (Psikologi), kita terlanjur tidak melihat manusia sebagai sesuatu yang utuh. Ilmu terus berkembang, suatu ilmu ketika bertemu ilmu yang lain ia memunculkan derivasi, maka lahirlah disiplin ilmu baru, maka orang-orang semakin mereduksi pengetahuan. Ketika manusia tidak menemukan jawaban atas pertanyaannya, mereka kembali pada filsafat. Filsafatpun hanya melahirkan perdebatan yang membuat manusia tambah bingung. Kaum materialis meniadakan jiwa, kaum idealis menolak materi. Demikian filsafat tidak dapat secara holistik melihat manusia. Ditambah lagi dengan munculnya filsafat-filsafat aliran baru yang tadinya mencoba menjadi penengah yang akhirnya malah menambah kebingungan.

Dari sejak manusia pertama, Adam, konsep tentang manusia sesungguhnya telah terkonsep. Kemudian berkembang menurut tradisi dan agama-agama. Dan puncaknya semuanya menempatkan manusia harus terhubung dengan Tuhan, jika tidak, maka mereka akan mengalami kemerosotan. Salah satu konsep ini muncul dalam bentuk tasawuf yang digagas oleh ibnu arabi. Konsep ibnu arabi ini disebut Al-Insan Al-Kamil (Manusia Paripurna), sebenarnya konsep insan kami ini sudah muncul bahkan sebelum ibnu arabi seperti yang diajukan oleh Bayazid Al Bastami yang ia sebut sebagai al Wali al Kamil. Begitu juga dalam risalah ikhawn as-safa yang disebut al insan al fadil. Tidak diketahui apakah Ibnu arabi mengambil konsep insan kamil ini dengan meniru bayazid al bastami atau ikhwan as-saffa, namun Reymon Nicholson seorang orientalis yang banyak meneliti Ibnu Arabi mengatakan bahwa Konsep Insan Al Kamil digunakan pertama kali oleh Ibnu Arabi. 
Mengutip Murtadha Muttahari, Insan Kamil adalah kualitas kemanusiaan yakni kesempurnaan yang berderajat. Lawan dari insan kamil ini adalah insan an-nakis atau kualitas kemanusiaan yang jauh dari kesempurnaan. Dalam hadis dikatakan bahwa Allah menciptakan adam sesuai dengan citraNya (Allah). Surah Allah ini adalah asma’ dan sifat-sifat yang ada pada Tuhan ada pada manusia. Maka hadis ini menceritakan tentang bahwa sebenarnya Allam ini juga sebenarnya menggambarkan kehadiran Tuhan. Dalam al Quran di katakan “sanurihim ayatina fil afaq wa fi anfusihim hatta tatabayana annahul haq” kami Tunjukkan tanda-tanda kami kepada alam semesta ini dan pada diri mereka sendiri (manusia)”. Alam berasal dari kata “alama” yakni pengetahuan, ataupun alama “bendera” yang berarti simbol. Maka Alam ini sesungguhnya adalah simbol dari kehadiran Tuhan.

Alam ini memiliki dua sisi yakni sisi yang tampak dan sisi yang tidak tampak. yang tampak adalah alam material dan yang tidak tampak adalah alam ruhani. Menurut Ibnu Arabi bahwa Alam dan Tuhan tidak dapat terpisahkan, karena jika terpisah maka yang satu akan membatasi yang lain. Tidak boleh ada dua Wujud, inilah yang disebut denga Wahdatul Wujud, adapun jika tampak seperti ada wujud yang lain selain Tuhan, maka wujud tersebut hanyalah wujud Majazi. Dalam Insan Kamil ada sisi ontologis dan ada sisi mistisnya. Secara ontologis Insan kamil adalah manifestasi Tuhanyang paling paripurna. Dalam hadis dikatakan “Kuntu Kanzan Mahfiyan” yakni bahwa Tuhan yang transenden ini menyatakan bahwa dirinya Tunggal, kemudian Tuhan berfirman kembali “Fa ahbabtu Liya’rof”, disini Tuhan mengatakan dalam ketunggalanya ini ia ingin dikenal. Untuk apa? Tuhan ingin melihat dirinya diluar dirinya. Siapakah cerminan Tuhan diluar dirinya, itulah yang disebut dengan insan al-kamil. Ada dua kalimat yang sangat berkesan dalam hadis ini yakni Fa ahbabtu (yakni Cinta) dan yang kedua adalah Ya’rof (diketahui) itulah kenapa dalam tasawuf Cinta menjadi bagian terpenting dalam perjalanan sufistik.

Ketika diciptakan, alam ini tidak bisa mengenal penciptanya, maka akhirnya Allah menciptakan manusia, pada manusia inilah Tuhan dapat melihat cermin dirinya secara utuh. Maka dikatakan bahwa Allah berfirman, langit dan bumi tak dapat menampungku, yang dapat menampungku adalah “hati” seorang mu’min. Manusia adalah makhluk yang dapat menampung asma’-asma’ allah secara sempurna, baik asma yang bersifat jamal (indah) dan asma’ yang berisfat Jalal (keperkasaan). Insan kamil adalah manusia yang dapat mencerap sifat-sifat ini secara seimbang. Secara potensial, seluruh manusia memiliki kemampuan untuk mencerap sifat-sifat dan asma’ Allah, namun secara aktual tidaklah semuanya. Manusia-manusia paripurna inilah yang disebut dalam agama sebagai Para Nabi, Para Rosul dan Para wali (Bersambung)

PROGRAM STUDI

PRODI FILSAFAT

menghasilkan sarjana filosof muda yang memiliki pemahaman luas dan keahlian di bidang filsafat Islam, serta mampu memberikan kontribusi terhadap berbagai persoalan pemikiran Filsafat dan Islam pada masyarakat, baik di tingkat nasional maupun internasional

ALQURAN DAN TAFSIR

menghasilkan para sarjana yang memiliki keahlian dalam bidang Ilmu Al-Quran dan Tafsir, mampu melakukan penelitian fenomena sosial dan keagamaan dan mencari alternatif pemecahanan masalahnya berbasiskan pada Ilmu Al- Quran dan Tafsir.

Jalan. Lebak bulus II no.2 Cilandak Barat, Jakarta Selatan 12430. Call: 021-29446460 Fax: 021-29235438 info@sadra.ac.id

About us

Sekolah Tinggi Filsafat Islam di Indonesia yang fokus pada pengkajian filsafat Islam & Ilmu Alqur’an – Tafsir. Sistem pembelajaran di dasarkan pada perpaduan antara nilai-nilai tekstual (alqur’an & Assunah) dengan pendekatan rasional yang bersumber dari khazanah ilmiah Islam klasik & kontemporer.

diggi.id
STAI SADRA
diggi.id
TUTUP