SEMINAR NASIONAL FILSAFAT ISLAM DAN TASAWUF PMIAI-ICAS-UP JAKARTA

Seminar FisafatIslamic College for Advanced Study (ICAS) Jakarta bekerja sama dengan STFI Sadra bertempat di Auditorium Al Mustafa,  mengadakan kegiatan yang bertajuk “Seminar Nasional Filsafat Islam dan Tasawuf “. Bertindak sebagai pembicara dalam seminar ini Dr. Kholid Al Walid, seorang peneliti filsafat dan tasawuf yang juga menjabat sebagai Deputy Direktur Department Bidang Pendidikan ICAS Jakarta. Kegiatan ini adalah implementasi dari Tridarma Perguruan tinggi yang mencakup aktifitas Pendidikan, Penelitian dan pengabdian masyarakat yang wajib dipenuhi oleh institusi perguruan tinggi. Kegiatan ini menurut rencana akan berlangsung intensif setiap minggunya sebagai program kuliah umum yang dalam kesempatan pembukaan kali ini dihadiri oleh para mahasiswa, akademisi, praktisi dan para peminat filsafat dari kalangan umum.

“Seminar ini mengetengahkan kekayaan khazanah intelektual klasik yang menjadi basis bagi pengetahuan islam dan pengetahuan modern, gagasan-gagasan rasional dan juga pengalaman-pengalaman ruhani yang unik”, demikian komentar moderator dalam seminar ini, ir. Ahmad Jubaili ketua biro akademik program Magister ICAS Jakarta dalam pembukaan acara.

Filsafat dan irfan adalah literatur dan kekayaan intelektual yang sesungguhnya telah menjadi bagian utama bagi sejarah perkembangan islam. Keduanya telah menjadi faktor penggerak utama peradaban yang menempatkan noktah-noktah pemikiran ini sebagai anasir utama terbentuknya peradaban yang gemilang. Khazanah islam berupa literatur-literatur klasik dengan tema-temanya yang begitu kaya ini menandai gerakan intelektual para ilmuan dan filosof islam dimasa-masa awal. Sebut saja Al-Farabi yang merupakan penubuh epistemologi rasional yang juga di juliki sebagai Mualim Tsani atau guru kedua setelah Aristoteles yang di juluki dalam tradisi filsafat islam sebagai Mualim awal. Karya-karya al farabi seperti  al madinatul fadilah memiliki tempat yang sangat khusus dalam penelitian-penelitian filsafat dimasa-masa perkebangan filsafat hingga era kontemporer seperti masa-masa ini. beliau tidak hanya dikenal mumpuni hanya dalam spesifikasi disiplin ilmu tertentu, melainkan juga menguasi cabang-cabang ilmu yang begitu banyak seperti matematika, musik dan pemerintahan.

Tradisi filsafat ini terus berlanjut hingga generasi al Ikhwan As-shafa yang keberadaannya terdeteksi melalui karya-karya mereka yang terkumpul dalam jilid yang berjudul Rosa’il Ikhwan as-shafa. Dalam risalah ini terdapat berbagai macam tema-tema yang terkait dengan beberapa disiplin ilmu seperti astronomi, matematika, fisika (Thabi’iyat) dan beberapa pembahasan sufistik.

Dari ikhwan as-shafa, keberlangsungan tradisi intelektual dilanjutkan oleh pemikir-pemikir gemilang yang patut untuk diketahui. Penerus al Farabi yang sangat terkenal adalah Abu Ali Husein ibn Sina atau yang lebih dikenal dengan Ibnu sina. Karya beliau yang paling masyhur dan juga merupakan magnum opus beliau adalah al Isyarat wa al-tambihat (pernyataan dan pembuktian). Karya ini meliputi tema-tema seperti Logika, Psikologi (Jiwa/Nafs), ontologi dan eskatologi. Ibnu sina juga digolongkan sebagai filosof paripatetik (masya’iyah) karena konsistensinya dalam menggunakan metode penalaran rasional yang bersumber dari logika aristotelian. Selain isyarat wa tambihat  karya ibn sina yang paling masyhur di antaranya adalah al ilahiyat asyifa  yang isinya mencakup pembahasan jiwa (nafs), dan pembahsan mengenai eskatologi secara mendalam. Selain sebagai filosof, ibnu sina juga terkenal sebagai penubuh kaidah-kaidah kedokteran klasik. Bukunya yang paling terkenal dalam bidang ini adalah Qonun Fi At-Thib yang berisikann tetang metode-metoda dan kode etik kedokteran.

Setelah masa ibnu sina, muncullah perubahan mendadak yang di tandai dengan munculnya al Ghazali dengan kitabnya yang berjudul Tahafut al falasifah  (Kritik kepada para filosof) yang di dalamnya terdapat banyak sekali kritikan-kritikan kepada pemikiran para filosof yang menurut al Ghazali menyelisihi teks-teks dari kitab suci dan hadis-hadis Nabi Saw. Tapi karya al Ghazali ini mendapat jawaban yang setara oleh Ibnu Rusyd atau Avereose dengan kitabnya Tahafut at Tahafut (Kritikan kepada si pengkritik). Namun dengan lahirnya karya ibnu rusyd ini tidak memberikan dampak signifikan untuk mengcounter pemikiran al Ghazali sehingga akhirnya tradisi filsafat dalam kalangan Islam Mainstream menjadi redup dan akhirnya hilang secara perlahan. Tapi tentu saja ini bukan akhir dari sejarah perjalanan filsafat. Di suatu tempat yang sangat asing dan jarang terdengar ditelinga, filsafat islam mendapatkan rumahnya yang baru. Tempat itu bernama persia, dan tokoh yang brilian ini bernama Muhamad Sadr ad-din as syirazi atau yang terknal juga dengan nama Mulla sadra.

Kitab Mulla sadra yang terkenal ini berjudul “Al Hikmah Al Muta’aliah” (Filsafat transendensi) yang menekankan keswabuktian dan unitas Wujud. Ada tiga tema inti dalam mazhab filsafat yang satu ini yakni, Al Mabda (asal usul), dan al Ma’ad  (Perjalanan akhir) yang merupakan realitas Takwini (Natural). Pemikiran mula sadra berkisar tentang kswabuktian Wujud, Al Harokat Al Jauhariah yang merupakan konsekwensi dari hirarki eksistensi baik karena ke intensifanya (siddat) maupun ke ekstensifannya (do’f). Penerus mazhab sadra ini diantaranya adalah Sabzewari dengan kitabnya al Mahzumah, Alamah Thaba’tabai dengan karyanya Bidayat al Hikmah. Mulla sadra juga banyak mengutip diantaranya Ibnu arabi melalui kitabnya yang terkenal yakni Fusus Al Hikam dan Futuhat al makiyat. Kedua judul karya Ibnu arabi ini merupakan penafsiran dari pengalaman spiritual yang dirasakan secara pribadi dan di sampaikan melalui konsistensi penalaran. Disinilah titik dimana batas antara filsafat dan tasawuf menjadi kabur yang akhirnya melahirkan tradisi irfan yang merupakan rasionalisme tradisi tasawuf. Karya-karya klasik lainnya dalam bidang tasawuf adalah Risalah Qusairiyah al kusairi, Manazilus Sa’irin karya Abdullah Khojah al Ansori, Tabqot Sufiyah Assyalani, Banyan A Shodiq al Kalabadzi. Karya-karya intelektual klasik para filosof dan tokoh-tokoh linuhung sufisme ini akan dibahas dalam Seminar Nasional Filsafat Islam Dan Tasawuf  PMIAI-ICAS-UP JAKARTA secara bergantian yang insyaallah akan disampaikan oleh para pembicara yang berkonsentrasi dalam beberapa karya-karya klasik tersebut.

PROGRAM STUDI

PRODI FILSAFAT

menghasilkan sarjana filosof muda yang memiliki pemahaman luas dan keahlian di bidang filsafat Islam, serta mampu memberikan kontribusi terhadap berbagai persoalan pemikiran Filsafat dan Islam pada masyarakat, baik di tingkat nasional maupun internasional

ALQURAN DAN TAFSIR

menghasilkan para sarjana yang memiliki keahlian dalam bidang Ilmu Al-Quran dan Tafsir, mampu melakukan penelitian fenomena sosial dan keagamaan dan mencari alternatif pemecahanan masalahnya berbasiskan pada Ilmu Al- Quran dan Tafsir.

Jalan. Lebak bulus II no.2 Cilandak Barat, Jakarta Selatan 12430. Call: 021-29446460 Fax: 021-29235438 info@sadra.ac.id

About us

Sekolah Tinggi Filsafat Islam di Indonesia yang fokus pada pengkajian filsafat Islam & Ilmu Alqur’an – Tafsir. Sistem pembelajaran di dasarkan pada perpaduan antara nilai-nilai tekstual (alqur’an & Assunah) dengan pendekatan rasional yang bersumber dari khazanah ilmiah Islam klasik & kontemporer.

STAI SADRA
TUTUP