Sadranews-Puluhan mahasiswa beserta dosen dan karyawan STFI Sadra berkumpul dalam rangka mengikuti acara Seminar Internasional Asyura` bertema “Peran Cendikiawan Muslim Dalam Membangun Masyarakat Modern” di aula Al Mustafa STFI Sadra pada Kamis (12/09/2019).
Sebagaimana diketahui bahwa pada tanggal sepuluh bulan Muharram yang dikenal dengan Asyura` cucu Nabi Muhammad yang bernama Husein bin Ali bin Abi Thalib berserta keluarga dan para sahabatnya gugur sebagai syuhada` di Karbala, Irak dalam rangka menyelamatkan ajaran yang dibawa kakeknya. Sebab, bila Imam Husein tidak membawa keluarga dalam melawan kezaliman Yazid bin Mu`awiyah, maka kisah hikmah perjuangannya tidak akan sampai pada zaman sekarang.
Acara yang dimulai sejak pukul 09:00 WIB tersebut, selain dihadiri beberapa tamu undangan, juga dihadiri seorang ulama Ayatollah Mohsen Qommi yang sekaligus menjadi pemateri.
Setelah lagu kebangsaan Indonesia Raya dinyanyikan, Direktur Perwakilan Jamiah Al Mustafa Al Alamiah, Dr. Hossein Mottaghi dalam sambutannya mengucapkan terimakasih kepada seluruh hadirin khususnya kepada para tamu undangan. “Kali ini kita mendapat kehormatan lantaran kedatangan tamu seorang ulama besar. Semoga para mahasiswa bisa menimba ilmu dan mendapat keberkahan dengan memanfaatkan keberadaan beliau di momen Asyura` ini,” ungkapnya.
Sementara itu terkait tema seminar yang diusung, Ayatollah Qommi mengatakan bahwa modernitas memiliki sejumlah unsur di antaranya ialah ilmu pengetahuan atau sains. Pada abad kedua puluh ini manusia mengalami kemajuan yang sangat pesat dalam ilmu pengetahuan seperti temuan-temuan baru di bidang kedokteran berupa pencakokan jantung, hati, paru-paru dan lainnya. Bidang teknologi komunikasi suara juga mengalami kemajuan yang begitu pesat. Meski demikian, kecanggihan sains dan teknologi ibarat satu sayap saja bagi manusia dan bukan segalanya. Sebab, untuk terbang manusia tidak cukup dengan satu sayap, tapi membutuhkan sayap lain yaitu agama, spiritual dan akhlak.
Unsur modernitas lainnya ialah demokrasi. Demokrasi ialah kekuasaan rakyat atas rakyat. Kekuasaan seluruh atau mayoritas rakyat atas seluruh atau minoritas rakyat sulit terwujud dan rentan diskriminasi serta ketidakadilan. Lalu, demokrasi diubah menjadi berdasarkan Undang-undang. Pertanyaannya, bila mayoritas rakyat yang membuat undang-undang tersebut untuk kepentingan mereka maka minoritas rakyat akan dirugikan dan terjadi kezaliman.
Dewasa ini, demokrasi faktanya berjalan sesuai Dollar dan media bukan aspirasi dan suara rakyat. Orang yang tidak memiliki banyak Dollar tidak bisa mencalonkan diri dalam Pemilu. Barat yang mengaku modern pun mengabaikan prinsip demokrasi yang sesungguhnya. “Di Al Jazair pemenang Pemilu secara sah pun tidak diakui karena tidak sesuai kepentingan mereka,” tegasnya.
Para mahasiswa sebagai generasi muda muslim penerus misi ulama dan para cendikiawan muslim diharapkan dapat mempelajari banyak hal dari para ulama, dosen dan cendikiawan sehingga mampu berkontribusi dan melakukan hal-hal positif demi kemajuan masyarakat Islam dan bangsa secara umum di berbagai bidang.
Acara ini juga dimeriahkan dengan pertunjukan drama pilu kesyahidan Al Husein yang mengingatkan kembali kepada sejarah duka mendalam keluarga Al Mustafa dan pertunjukan tari saman yang unik dan menakjubkan menambah semarak suasana acara.