Sadranews-Lembaga Riset Sadra International Institute (SII) Jakarta bekerjasama dengan STAI Sadra menggelar Acara Seminar Tasawuf berjudul “Tafsir Sufistik Imam Khomeini” dengan narasumber Dr. Muhsin Labib dan Dr. Abdelaziz Abbaci dan Keynote Speaker Prof. Dr. Mulyadhi Kartanegara di Auditorium Al Mustafa STAI Sadra Jakarta, Jum`at (09/06/2023) pagi.
Acara seminar yang dimoderatori oleh Dr. Muhammad Shodiq dibuka pukul 9.50 WIB dengan pembacaan kalam ilahi dan dilanjutkan dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya yang diikuti seluruh hadirin dengan khidmat.
Dalam sambutannya Syamsul Arif, Ph.D selaku ketua panitia acara mengatakan bahwa penyelenggaraan seminar ini untuk mengenang sosok Imam Khomeini dan mengkaji pemikiirannya tentang tafsir sufistik serta memberikan hadiah kepada sepuluh nama terpilih dari para peserta Lomba Karya Ilmiah Pemikiran Al Quran Sayyid Ali Khamene`i.
Prof. Mulyadhi dalam menceritakan kesannya terhadap sosok Imam Khomeini mengatakan kagum terhadap sosok pemimpin yang berkuasa karena kekuatan intelektual dan moralnya bukan karena hartanya. Tentu saja pemimpin seperti beliau tidak akan ditemukan di negara manapun apalagi pada zaman sekarang ini. Beliau seorang ulama, sufi dan filosof yang mampu mendirikan negara Islam dan konsisten mengamalkan ajaran tasawuf sehingga dalam kondisi sakit parah di akhir hayatnya pun tidak meninggalkan solat. Saat hawa dingin di Prancis beliau menolak alat pemanas dipasangkan di rumahnya agar dapat merasakan kehidupan rakyat Iran di bawah penderitaan.
Setelah Syah Pahlevi terguling dan memegang kekuasaan, beliau memilih untuk tinggal di rumah kontrakan yang sangat sederhana sehingga membuat B.J. Habibi meneteskan air mata menyaksikan kesederhanaan yang luar biasa tatkala berkunjung ke sana. Imam Khomeini berkata, “Saya tidak mau tinggal di tempat yang dibangun atas nama kezaliman sebab saya datang untuk memerangi kezaliman dan jika saya tinggal di sana sama saja dengan menyetujui kezaliman.” Berbeda dengan banyak pemimpin dan pejabat yang ketika berkuasa mengutamakan fasilitas kemewahan, beliau memilih untuk hidup dengan penuh kesederhanaan mencontoh kehidupan Nabi Muhammad saw.
“Barangkali itu juga cara beliau untuk menjauhkan diri dari fitnah dunia dan godaan korupsi. Orang yang patuh mengikuti jalan Allah pasti punya jalan keluar dan sosok Imam Khomeini merupakan janji Allah untuk memancarkan cahaya ilahi di muka bumi,” tandasnya.
Sementara Dr. Abbaci menjelaskan sosok Imam Khomeini dengan prinsip-prinsip pemahaman yang mendalam dan penafsiran terhadap Al Quran merupakan rahasia yang menjadikannya sebagai Imam Khomeini yang mengubah wajah dunia secara keseluruhan. Beliau adalah sosok yang mampu merealisasikan impian para nabi yaitu mendirikan sebuah pemerintahan yang berdasarkan hukum Allah dan menjalankan agamaNya. Dengan memahami dan mengamalkan Al Quran, beliau tampil dengan kesederhanaan yang mampu mengguncang dunia. Dalam kajian tasawuf dijelaskan bahwa orang yang mencapai tingkat kesederhanaan ( dalam spiritual, intelektual dan level kehidupan lainnya) maka ia meliputi seluruh alam. Ini adalah keteladanan yang sangat sulit ditiru dari sosok Imam Khomeini.
Prinsip-prinsip Al Quran menurut beliau adalah kalam ilahi, tidak bisa dirubah, universal, zahir Al Quran atau teks Al Quran adalah hujjah (bukti) perintah atau larangan Allah meluli teks tersebut dan makna Al Quran yang bertingkat-tingkat. Nabi Muhammad saw meskipun dikenal sebagai sosok penyabar dalam berbagai gangguan, namun beliau mengeluh terkait dengan Al Quran yang diabaikan umatnya, sebab pengabaian Al Quran merupakan hal yang sangat krusial. Menurut Imam Khomeini, Orang yang sudah mempelajari bacaan, tajwid, tahsin dan tafsir Al Quran secara umum pun masih bisa tergolong sebagai orang yang mengabaikan Al Quran karena tidak memahami dengan baik inti dan tujuan Al Quran. Inti dan tujuan Al Quran adalah menghubungkan manusia dengan Allah dan menjadikan manusia sebagai manusia ilahi.
Hal senada juga disampaikan Dr. Labib bahwa Imam Khomeini bisa dilhatdalam tiga dimensi. Pertama, dimensi Iran, kedua dimensi dunia Islam dan ketiga, dimensi global. Lantaran beliau dengan basis pemahan Al Qurannya dan Al Quran sebagai petunjuk untuk semua manusia yang karena itu semua orang bisa memahami Al Quran. Petunjuk untuk semua manusia itu harus dalam koridor petunjuk untuk orang-orang bertaqwa. Hal ini menggambarkan bahwa beliau membangun reformasi dalam dunia Syiah. Meskipun banyak tokoh dan ulama besar lainnya, tapi Imam Khomeini melakukan hal yang berbeda yaitu membangun gerakan reformasi dalam pemikiran Islam dalam masyarakat Syiah. Beliau menghadirkan konsep wilayatul faqih yang semula sebagai otoritas keagamaan menjadi otorias kenegaraan.
Imam Khomeini bukan sekedar menulis buku tapi juga mendirikan sistem yang menjadi tandingan sistem demokrasi. Beliau menggabungkan legitimasi dengan akseptabilitas publik. Kalau dalam sistem demokrasi seorang berhak karena diterima publik tapi bagi Imam Khomeini berhak itu bersifat ketuhanan dan akseptabilitas itu bersifat kemanusiaan. Inilah konsep wilayatul faqih yang beliau hadirkan dan menjawab bahwa agama tidak hanya berlaku pada zaman Nabi dan Imam saja tapi berlaku dan relevan pada sepanjang zaman. Wilayatul faqih bila dihadirkan dalam rupa otoritas akan muncul dalam dua dimensi yang berbeda.
“Ketika Wilayatul Faqih diinstitusikan dalam sebuah negara maka menjadi institusi negara yang memgang supremasi tertinggi di tangan seorang rahbar (ulama yang wali faqih dan memimpin negara). Hal ini jauh berbeda dengan sistem yang mengatasnamakan demokrasi namun faktanya bersifat oligarki,” terangnya.
Di penghujung acara, sepuluh nama terpilih dari lima puluh nama peserta Lomba Karya Ilmiah Pemikiran Al Quran Sayyid Ali Khamene`i yang dijuarai oleh Nurul Khair, MA, dipanggil untuk maju ke depan dan menerima hadiah.