Sadranews-Acara Stadium Generale bertajuk “Pilar-Pilar Peradaban Baru Islam: Perspektif Imam Ali Khamenei” yang dihadiri para dosen, mahasiswa, karyawan dan tamu undangan digelar di aula Al Mustafa STFI Sadra Jakarta, Selasa (29/10). Acara yang dimulai sejak pukul 10:00 WIB ini dibuka dengan Basmalah dan nyanyian lagu Indonesia Raya.
Direktur Perwakilan Universitas Internasional Al Mustafa Indonesia, Dr. Hossein Mottaghi dalam sambutannya mengatakan sangat bergembira atas kedatangan tamu mulia, Ayatullah Ali Reza A`rafi, mantan Rektor Universitas Internasional Al Mustafa Iran yang kini menjabat sebagai Ketua Dewan Pembina Universitas Internasional Al Mustafa, Anggota Dewan Ahli (Khobreghan) Republik Islam Iran, Rektor Hauzah Ilmiah Republik Islam Iran dan Imam Besar Salat Jumat Kota Qom.
Beliau telah mendirikan lembaga-lembaga pendidikan di delapan puluh negara lebih, di luar negeri. Dr. Mottaghi juga mengucapkan terimakasih kepada Dr. Seyyed Mofid Hosseini Kohsari, mantan Direktur Perwakilan Universitas Internasional Al Mustafa Indonesia yang turut hadir dalam acara ini atas upaya dan jerih payahnya dalam mengembangkan kampus ini. “Kalau sekarang, para mahasiswa/i dapat menikmati pendidikan di kampus ini, itu semua berkat usaha dan pemikiran Ayatullah A`rafi. Semoga kita semua dapat memetik berbagai hikmah dari presentasi beliau nanti,” tegasnya.
Sementara itu, dalam presentasinya Ayatullah A`rafi menyampaikan dua poin penting penting. Pertama, hadis Nabi saw, “Jika Allah swt menginginkan kebaikan seorang hamba, kebaikan dalam keluarga dan kebaikan suatu kaum, maka Allah swt akan menunjukkan jalan mengenal agama, menganugerahi anak-anaknya kemudahan dalam memahami agama dan mengirimkan seorang ulama penuh taqwa kepada mereka,” menunjukkan bahwa para pelajar agama hendaknya meningkatkan akhlak, spiritual dan melaksanakan tugas untuk mencerahkan manusia dengan ilmunya, berkontribusi serta menjaga persatuan umat Islam.
Kedua, menguatkan kembali peradaban Islam yang pernah berjaya di zaman Nabi saw. Para ulama, akademisi, aktivis dan mahasiswa harus bersatu, bangkit dan bergandengan tangan dalam mengembangkan ekonomi dan kekuatan Islam. Sebab, lebih dari 60% kekayaan dunia ada di negara-negara Islam. Di dalam negara-negara tersebut selain terdapat beragam suku dan bahasa, ada pula pasar ekonomi, tempat pariwisata, pulau-pulau subur dan samudera. Secara intelektual, negara-negara tersebut juga banyak memiliki SDM unggul dan agama yang kaya akan khazanah keilmuan yang selama berabad-abad pernah menjadi umat berjaya dan berada pada masa keemasan dalam kemajuan keilmuan dan peradaban.
“Kaum muslimin hendaknya bersama-sama menjauhi konflik sesama, memberantas ekstremisme, menguatkan perekonomian Islam, mengutamakan produk internal, menjaga kekayaan alam dari ancaman pihak asing atau penjajah, tidak membiarkan negara Islam bekerja untuk kepentingan asing, menjaga generasi muda dari pengaruh buruk kemajuan teknologi dan budaya Barat dan memiliki kekuatan militer yang tangguh dengan persenjataan super canggih. Kita harus menjadi butiran-butiran tasbih yang diikat dengan tali Islam. Semua itu menjadi visi-misi Imam Khomaini dan sekarang dilanjutkan oleh Imam Ali Khamenei,” paparnya.
..