Sadranews-Dalam rangka mensyukuri nikmat Allah yang agung berupa kemerdekaan bangsa muslim terbesar ini dan juga ungkapan terimakasih tak terhingga kepada para pejuang dan pahlawan yang telah mengukir jasa bagi terbebasnya Indonesia dari cengkeraman penjajah, STAI Sadra menggelar Upacara Peringatan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia ke-78 yang jatuh pada hari Kamis 17 Agustus 2023 di Kampus STAI Sadra Jakarta.
Upacara yang dimulai pukul 8.00 WIB tersebut, diikuti oleh para pimpinan, dosen, mahasiswa dan karyawan STAI Sadra dan berlangsung dengan lancar dan penuh khidmat. Turut hadir Ketua STAI Sadra Dr. Kholid Al Walid, M.Ag, Kamis (17/08/2023) pagi.
Pada kesempatan ini, PK. IV Bidang Riset STAI Sadra Ammar Fauzi, Ph.D bertindak sebagai pembina upacara dan dalam pidatonya menyampaikan beberapa poin penting sebagai berikut;
Pertama. Mengungkapkan rasa syukur setinggi-tingginya atas karunia kemerdekaan diri dan bangsa negara yang berdaulat. Tidak ada karunia ilahi terbesar bagi manusia lebih tinggi dan lebih berharga dari kemerdekaan. Dengan kemerdekaan, setiap orang jadi manusia, dan tanpa kemerdekaan, manusia tak beda dari binatang dan benda mati.
Kedua. Kemerdekaan ini bukan hadiah, bukan tiba-tiba dan kebetulan. Kemerdekaan ini adalah harga tertinggi yang diupayakan dan diperjuangkan oleh leluhur republik ini dengan seluruh jiwa dan tumpah darah. Para pendiri bangsa ini, sejak merancang negara ini di sidang-sidang BPUPK 1945, justru menolak kemerdekaan hadiah dari bangsa dan negara manapun.
Ketiga. Kemerdekaan ini telah diraih kembali tidak dalam situasi normal. Manakala para ahli peradaban menteorikan pembangunan peradaban suatu bangsa hanya dalam kondisi normal dan situasi kondusif, sebaliknya bangsa ini melalui generasi muda bersama-sama para pendiri bangsa mendeklarasikan kemerdekaan dan memulai peradaban Indonesia dalam kondisi tidak normal situasi serba genting dan serba kacau, yaitu penjajahan di dalam negeri dan perang dunia II di luar negeri.
Terbukti, kita berhasil mencetak sejarah peradaban melalui gerbang kemerdekaan yang meralat teori para ahli sejarah peradaban dunia itu.
Keempat. Dalam perjalanannya, kemerdekaan ini menjalani berbagai ujian dan pengujian. Kini, pancasila sebagai kerangka kemerdekaan kita diuji ketahanan rasionalitasnya, tepatnya pada sila kedua, kemanusiaan yang adil dan beradab.
Beberapa tahun belakangan ini, fenomena dan orientasi ifrath dan tafrith (ekstremisme) menggejala kuat hingga mempolarisasi pemahaman atas Pancasila. Ada yang fokus pada kemanusiaan sebegitu besar hingga mengabaikan ketuhanan di sila pertama. Ada yang sebaliknya fokus pada ketuhanan dan akhirat begitu gigih hingga menihilkan nilai kemanusiaan dan keduniaan.
Kelima. Pancasila adalah satu keutuhan yang sila-silanya berkeseutuhan dan saling mengutuhkan. Karena itu, ketuhanan di sila pertama tidak terceraikan dari kemanusiaan di sila kedua. Manusia Indonesia adalah manusia yang ketuhanannya adalah kemanusiaannya, dan kemanusiaannya adalah ketuhanannya. Tidak ada kontradiksi, tidak ada keterpaksaan memilih antara ketuhanan dan kemanusiaan. Relasi antara dua asas ini adalah identik; di mana ada ketuhanan di situ ada kemanusiaan, dan sebaliknya. Dengan demikian, memahami dan mengamalkan ketuhanan tanpa kemanusiaan adalah sama gagalnya dengan memperjuangkan kemanusiaan tanpa ketuhanan.
Keanam. Selanjutnya, perlu dan sudah semestinya menjelaskan secara benar-benar rasional dan argumentatif relasi dan keidentikan antara ketuhanan dan kemanusiaan itu.
“Kita di sini, di kampus yang kecil ini, di bangunan yang mungil ini, dengan keberadaan para dosen handal dan program-program pendidikan yang unik, yaitu filsafat, tasawuf dan studi Alquran, telah dan senantiasa turut serta berkontribusi dan membangun kemerdekaan ini bersama segenap elemen dan lapisan masyarakat Indonesia,” tegasnya.
“Di sini pula kami selaku pengurus dan pengajar, dengan segenap potensi dan kapasitas kampus berikut keterbatasannya mengajak seluruh mahasiswa untuk menjadikan hari ini sebagai momentum menyegarkan visi dan semangat kita bekerja sama dalam belajar sungguh-sungguh dan mengabdi semaksimal mungkin. Mari kita tuluskan niat, kita tingkatkan kemauan kita untuk membangun tanah air ini dengan potensi dan kapasitas yang kita miliki hingga bersinergi dengan seluruh potensi bangsa besar ini,” pungkasnya dengan penuh semangat.