Sadra-News. Jum’at 03/06. Sekolah Tinggi Filsafat Islam (STFI) Sadra menyelenggarakan Seminar Internasional yang bertema: “Upaya Menghindarkan Konflik Ummat dan Merajut Persatuan Islam”. Hadir sebagai pembicara Syaikhul Islam Sayyid Abdul Ba’its Qitaliy (Imam Besar Ahlul Sunnah dan Kepala Pesantren Ahlul Sunnah di Iran), Prof. Dr. Mohammad Hasan Zamani (Mantan Atase Kebudayaan Iran di Mesir) dan Dr. KH. Muhaimin Zein, MA (Tokoh Nahdatul Ulama). Seminar ini dimoderatori secara langsung oleh Ketua STFI Sadra, Dr. Kholid Al Walid.
Dalam ulasannya, Sayyid Abdul Ba’its Qitaliy selaku Perwakilan Ahlul Sunnah bermazhab Syafi’i di Iran menyatakan bahwa isu-isu yang berkembang tentang penindasan yang dialami oleh kaum sunni adalah hal yang tidak dapat dipertanggung jawabkan. Muslim Sunni dan Syiah di Iran sudah sejak lama menjalin hubungan yang harmonis dan rukun hidup berdampingan, khususnya sejak terjadinya Revolusi Islam yang dipimpin oleh Ayatullah Khomaeni. Muslim Sunni Iran saat ini dengan bebas menjalankan ritual dan ibadah berdasarkan keyakinannya dibawah perlindungan Republik Islam Iran yang mengayomi seluruh mazhab Islam dalam negaranya. DI Iran Muslim Sunni yang berjumlah 15 % dari total penduduk Iran, memiliki 15.000 masjid yang tersebar diberbagai provinsi, jauh melampaui jumlah masjid yang dimiliki oleh masyarakat Muslim Syiah. Kenyataan ini membuktikan bahwa isu-isu tentang intimidasi yang dialami muslim Sunni oleh pemerintahan Republik Islam Iran adalah tidak benar dan bertujuan untuk memecah belah persatuan Islam.
Menguatkan ulasan pembicara sebelumnya, Prof. Dr. Zamani menegaskan bahwa undang-undang yang diterapkan di Republik Islam Iran berdasarkan nilai-nilai suci al-Qur’an dan As-Sunnah, karenanya Iran melandasi setiap aspek hukumnya dengan ajaran kesucian, kebenaran, dan kasih sayang. Dengan nilai-nilai inilah masyarakat muslim Iran memiliki modal untuk menegakkan persatuan, mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta bergaul dengan masyarakat internasional dengan landasan saling menghormati. Kemajuan-kemajuan yang dialami Iran saat ini banyak diakui oleh masyarakat Islam, khususnya ketika beliau mengajar di Universitas Al-Azhar Kairo. Tokoh-tokoh Universitas dan Mahasiswa Al-Azhar banyak menyampaikan apresiasinya secara langsung kepada beliau atas kemajuan-kemajuan Iran yang mereka ketahui, khususnya dalam perkembangan ilmu pengetahuan. Menurutnya, hanya di Iran yang saat ini memiliki beragam program studi keilmuan baik pada tingkat Sekolah Tinggi, Universitas dan pusat-pusat Pendidikan lainnya yang mensinergikan ilmu pengetahuan modern dengan Al Qur’an. “Di Iran anda akan dengan mudah menemukan program studi Kedokteran & Al-Qur’an, Fisika dan Al-Qur’an, Astronomi dan Al-Qur’an serta beragam konsentrasi keilmuan lainnya”, pungkasnya.
Sementara itu, Dr. KH. Muhaimin Zein, seorang ulama Ahlul Sunnah Indonesia memberikan apresiasi yang tinggi atas seminar Internasional yang diselenggarakan dan bahagia bisa berkontribusi dalam mengusahakan beragam pendekatan untuk membangun persatuan dan kesatuan di dalam Islam. Menurutnya, “Upaya dialogis dan ilmiah sesama muslim harus senantiasa dikembangkan lebih konkrit lagi yang mana hal tersebut telah dimulai oleh para ulama-ulama besar Indonesia sebelum kemerdekaan dan senantiasa berlanjut hingga sekarang.”
Dr. KH. Muhaimin Zen adalah Doktor dalam bidang Ilmu al Qur’an dan Tafsir lulusan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berhasil menerbitkan bukunya yang berjudul “Al Qur’an 100% Asli, Sunni-Syiah Satu Kitab Suci”. Buku beliau ini bersumber dari Disertasi beliau yang meneliti hadis-hadis Tahrif Qur’an yang termaktub dalam kitab-kitab Hadis Ahlul Sunnah dan Syiah. Dengan hadirnya buku ini, terbukti bahwa desas-desus yang beredar di media yang memojokan salah satu mazhab dan memiliki keyakinan Al-Qur’an yang berbeda terbukti jauh dari kebenaran atau tidak valid.
Sementara itu, Dr. Kholid Al-Walid, selaku moderator seminar Internasional menutup acara dengan harapan bahwa melalui seminar Internasional ini kita akan semakin mengenal masing-masing dari kita, walaupun tidak mungkin semuanya bisa disatukan. Muslim Indonesia adalah muslim yang bisa saling memahami satu dan yang lainnya, dengan mengedepankan keterbukaan dan dialog. Baik Muslim Sunni, Muslim Syiah maupun dari para penganut agama lainnya seperti Kristen, Hindu, Budha diberikan ruang untuk bisa berdiskusi dan berdialog dalam ruang yang lebih luas.