Sadranews – Pada Kajian Hikmah Bulan Ramadhan keempat, Dr. Mohammad Javad Asadi lebih lanjut menjelaskan bahwa puasa dan tingkatannya erat kaitannya dengan taqwa dan tingkatannya. Terkait tingkatan-tingkatan dalam ibadah, salat pun demikian. Orang yang melakukan gerakan dan bacaan salat dengan benar tanpa khusyu`, sah salatnya, tapi salat seperti itu tidak sampai pada tingkat mencegah perbuatan keji dan mungkar.
Al Quran dan pemahamannya juga bergradasi. Ia mempunyai makna lahir dan batin. Dalam surat Al Fath ayat 10 “Tangan Allah di atas tangan mereka” dan  surat Al Fajr ayat 22 “Dan datanglah Tuhanmu sedangkan malaikat berbaris” kedua ayat ini tidak bisa dimaknai lahiriah. Artinya, makna “Tangan Allah” adalah kekuasaan Allah dan “Datanglah Tuhanmu” ialah perhatian Tuhanmu, bukan perpindahan dari satu tempat ke tempat lain.
Orang berpuasa yang berada pada tingkat menahan lapar dan dahaga saja akan mendapatkan tingkat ketaqwaan yang rendah pula. Begitu juga orang kafir yang mengucapkan dua kalimat Syahadat, maka ia telah menjadi muslim bukan mukmin. Untuk sampai pada tingkat mukmin tidak cukup hanya dengan dua kalimat Syahadat saja tapi harus dengan iman di dalam hati. Dalam Al Quran disebutkan bahwa Allah swt menegur orang-orang Arab Badui yang mengaku sudah beriman dengan berkata, “Kamu belum beriman, tapi katakanlah ‘kami telah menjadi muslim’, karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu”.