Ketika Timur Tengah Menyapa Nusantara: UNISNU dan MIU Iran Satukan Misi Islam Rahmatan lil ‘Alamin

Sadranews- Suasana hangat terasa di ruang Rektorat Universitas Islam Nahdlatul Ulama (UNISNU) Jepara, Senin (3/11). Pimpinan UNISNU menyambut delegasi Al Musthafa International University (MIU) Iran, dalam sebuah pertemuan informal yang berlangsung penuh keakraban. Obrolan santai selama sekitar sepuluh menit itu menjadi pembuka sebelum kedua pihak melanjutkan ke agenda utama, “Visiting Lecturer and Sharing Session”, yang digelar di Gedung Pascasarjana UNISNU Jepara pukul 14.00 WIB.

Mengusung tema “Nurturing Moderate Islam Values and Promoting an Intellectual Culture,” kegiatan ini menjadi ajang pertemuan dua perguruan tinggi Islam yang berkomitmen memperkuat kerja sama akademik sekaligus meneguhkan nilai-nilai keislaman yang moderat dan terbuka.

Rektor Universitas Islam Nahdlatul Ulama (UNISNU) Jepara, Prof. Dr. H. Abdul Djamil, M.A., membuka pertemuan dengan delegasi MIU dengan mengenang hubungan panjang kedua negara, Indonesia dan Iran. “Saya pernah berkunjung ke Iran pada masa kepemimpinan Syeikh A`rafi dan mendapat sambutan yang sangat baik. Saat itu saya datang bersama Amin Rais dan Muhajir Effendi, mantan Menteri di era Presiden Jokowi,” kenangnya.

Dalam kesempatan itu, Prof. Djamil menegaskan pentingnya melanjutkan sinergi antara UNISNU dan MIU. “Saya berharap kerja sama ini tidak berhenti di Jepara saja, tetapi juga dapat diperluas ke kampus-kampus lain di Indonesia,” ujarnya.

Ia turut menyoroti peran KH. Miqdad Turkan (Pengasuh Pesantren Darut Taqrib Jepara) yang selama ini aktif membangun hubungan antara MIU dan organisasi Nahdlatul Ulama melalui berbagai kegiatan keagamaan.

Suasana keakraban tampak ketika Prof. Djamil berbagi pengalaman semasa menjabat sebagai Dirjen Haji. Dengan nada humor, ia mengenang interaksinya dengan jamaah haji asal Iran. “Saya suka dengan jamaah haji Iran. Mereka ramah dan posturnya tinggi-tinggi, jadi saat berziarah kami merasa aman berada di belakang mereka tanpa takut dihadang askar Saudi,” ujarnya disambut tawa hadirin.

Dalam sambutannya, Prof. Djamil juga menekankan pentingnya menjaga kerukunan dalam keberagaman sebagai kekuatan utama Indonesia. “Negeri kita terdiri dari beragam etnis dan agama, namun kerukunan tetap terjaga karena kita mengamalkan nilai-nilai Pancasila,” katanya.

Ia menambahkan, semangat toleransi telah lama berakar di Indonesia, meski sempat diuji oleh berbagai konflik seperti di Poso dan Sampang, Madura. “Saat terjadi penyerangan terhadap komunitas Syiah di Sampang, saya ikut memediasi konflik tersebut dari Kementerian Agama,” ungkapnya. Menutup sambutannya, Rektor UNISNU menyampaikan apresiasi atas jalinan kerja sama dengan MIU. “Semoga kebersamaan ini melahirkan kebaikan bagi umat dan memperkuat semangat Islam yang moderat,” tutupnya.

Dalam sambutannya, Prof. Abbasi menyampaikan apresiasi atas sambutan hangat yang diberikan pihak UNISNU. “Saat berhaji, saya melihat jamaah Indonesia sangat tertib dan tenang dalam beribadah. Ketika kami datang ke Indonesia, termasuk ke Jepara, sambutannya begitu hangat dan penuh persaudaraan,” ujarnya.

Kegiatan dibuka dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya, lagu kebangsaan Iran, serta Yalal Wathon, simbol persahabatan dan semangat kebersamaan kedua negara.

Dalam sesi utama, Prof. Abbasi memaparkan pandangannya mengenai tema besar kegiatan, yakni Islam moderat. “Islam yang sejati pasti moderat, sebagaimana disebut dalam Al-Qur’an. Nabi adalah saksi bagi umat yang moderat,” jelasnya.

Ia menegaskan bahwa seluruh hukum Islam ditegakkan demi kemaslahatan umat. “Ada hukum yang mudah dipahami akal, ada pula yang tidak. Namun semuanya berdiri di atas keadilan,” tambahnya. Sebagai contoh, ia menyinggung hukum qishash yang kerap disalahartikan sebagai bentuk kekerasan. “Sebagian orang menganggap qishash kejam, padahal itu adalah keadilan. Jika pembunuhan dibiarkan, banyak nyawa lain terancam. Menegakkan qishash justru menciptakan rasa aman,” tegasnya di hadapan jajaran pimpinan rektorat dan hampir seluruh dosen UNISNU.

Dalam kesempatan itu, Prof. Abbasi juga menyoroti ajaran Islam yang memuliakan perempuan. “Pada masa jahiliyah, anak perempuan dianggap aib hingga dikubur hidup-hidup. Islam datang membawa hayatan thayyibah_kehidupan yang baik_dan mengangkat derajat perempuan. Siapa pun yang beramal saleh, laki-laki maupun perempuan, memiliki kedudukan yang sama di sisi Allah,” ujarnya menutup paparan.

Selanjutnya dilakukan penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) serta serah terima cendera mata antara Rektor UNISNU, Prof. Dr. H. Abdul Djamil, M.A., dan Prof. Dr.  Ali Abbasi Rektor Al Musthafa International University (MIU) Iran.

Dari Jepara, Indonesia, hingga Qom, Iran, gema pesan yang sama terus bergema: Islam adalah rahmat, ilmu adalah jalan, dan kolaborasi adalah kunci menuju kemaslahatan umat.

Tinggalkan Komentar

Scroll to Top