Diplomasi Keilmuan Lintas Negeri: Muhammadiyah dan MIU Iran Bersatu untuk Kebangkitan Islam Modern

Sadranews- Hubungan akademik dan keumatan antara Indonesia dan Iran semakin erat. Kantor Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah di Jakarta menerima kunjungan kehormatan dari Rektor Al Musthafa International University (MIU) Iran, Prof. Dr. Ali Abbasi. Pertemuan yang berlangsung pada pukul 14.30 WIB tersebut menjadi momentum penting bagi kedua institusi besar dunia Islam untuk memperkuat kolaborasi dalam bidang pendidikan dan pembangunan peradaban Islam modern, Kamis (6/11) siang.

Dalam suasana akrab dan penuh kehangatan, Prof. Abbasi disambut oleh jajaran pimpinan PP Muhammadiyah. Dalam dialog yang berlangsung, kedua pihak membahas sejarah dan visi lembaga masing-masing, serta peluang kerja sama di bidang akademik, sosial, dan kemanusiaan.

Dalam penjelasannya, Prof. Abbasi memaparkan bahwa MIU lahir setahun setelah kemenangan Revolusi Islam Iran pada 1979 atas instruksi langsung Imam Ruhullah Khomeini. Sejak awal, MIU didirikan untuk menjadi pusat pendidikan Islam internasional yang menyebarkan nilai keilmuan, moral, dan spiritualitas Islam melalui pendekatan akademik dan budaya.

Seiring perkembangan zaman, MIU kemudian bertransformasi menjadi universitas internasional atas arahan Pemimpin Tertinggi Republik Islam Iran, Ayatullah Sayyid Ali Khamenei. Kini, MIU menaungi puluhan ribu mahasiswa dari lebih 130 negara dan memiliki cabang di berbagai kawasan dunia — mulai dari Asia Tenggara, Afrika, hingga Amerika Latin.

“Posisi MIU sangat istimewa dalam sistem pendidikan Iran karena rektornya diangkat langsung oleh Pemimpin Tertinggi. Itu menunjukkan tanggung jawab besar kami dalam mewakili wajah intelektual dan spiritual Republik Islam Iran di kancah global,” ujar Prof. Abbasi.

Dalam kesempatan itu, Prof. Abbasi juga menyampaikan apresiasi mendalam terhadap Muhammadiyah yang telah berperan penting dalam kebangkitan Islam di Indonesia selama lebih dari satu abad. “Kami sangat menghargai kiprah Muhammadiyah yang konsisten memadukan ajaran Islam dengan pembangunan sosial dan pendidikan, serta visinya untuk menghidupkan kembali peradaban Islam,” ungkapnya.

Menurut Prof. Abbasi, gagasan Islam Berkemajuan yang diusung Muhammadiyah menggambarkan Islam yang dinamis, rasional, dan terbuka terhadap kemajuan ilmu pengetahuan dan nilai-nilai yang sejalan dengan prinsip pendidikan di MIU.

Baik MIU maupun Muhammadiyah memiliki pandangan serupa: pendidikan bukan hanya transfer ilmu, tetapi juga sarana membentuk manusia berkarakter dan berdaya guna bagi kemanusiaan global. “Pendidikan Islam harus terus diperbarui sesuai tuntutan zaman. Umat Islam harus menjadi bagian dari kemajuan dunia tanpa kehilangan akar moral dan spiritualnya,” tegas Prof. Abbasi.

Ia menambahkan, modernitas dalam Islam bukan berarti meninggalkan tradisi, melainkan menjadikannya sebagai fondasi dalam menjawab tantangan masa kini. Karena itu, MIU terus mengembangkan integrasi antara studi klasik dan riset kontemporer dalam bidang sosial, politik, serta hubungan internasional.

Pertemuan diakhiri dengan pertukaran cenderamata dan sesi foto bersama. Kedua lembaga sepakat melanjutkan komunikasi untuk merancang program konkret, seperti pertukaran dosen dan mahasiswa, penelitian bersama, serta dialog antarperadaban. “Kami berharap kerja sama ini dapat menjadi jembatan ilmu dan persaudaraan antara dua bangsa besar dunia Islam: Iran dan Indonesia,” tutup Prof. Abbasi.

Kunjungan ini tidak hanya menjadi simbol diplomasi pendidikan antara MIU dan Muhammadiyah, tetapi juga menandai semangat baru kebersamaan dunia Islam dalam membangun peradaban yang berakar pada ilmu, etika, dan kemajuan.

 

Tinggalkan Komentar

Scroll to Top