Sadranews— STAI Sadra Jakarta menerima kunjungan rombongan Program Pascasarjana Prodi Aqidah dan Filsafat Islam (AFI) UIN Raden Intan Lampung pada Kamis (20/11/2025). Kunjungan yang berlangsung sejak pukul 09.00 WIB di Ruang Pertemuan Lantai 4 Kampus STAI Sadra itu menjadi ajang dialog, pertukaran gagasan, implementasi MoA antara STAI Sadra dan UIN Raden Intan Lampung dalam pengembangan keilmuan filsafat Islam.
Dalam sambutannya, Ketua Yayasan Ḥikmat Al Mustafa, Prof. Dr. Hossein Mottaghi, menegaskan bahwa perguruan tinggi memiliki peran strategis sebagai motor penggerak pemikiran di tengah masyarakat, terlebih di era kemajuan teknologi yang bergerak cepat. Ia menyoroti hadirnya kecerdasan buatan (AI) yang secara signifikan mengubah pola pembelajaran dan penelitian. “Perguruan tinggi yang tidak meng-upgrade metodologi pembelajarannya akan tertinggal oleh mahasiswa yang memanfaatkan teknologi AI,” ujarnya.
Prof. Mottaghi juga menekankan pentingnya penguatan jejaring antar-lembaga pendidikan. Menurutnya, kerja sama tidak boleh berhenti pada penandatanganan MoU, melainkan harus dilanjutkan dengan program konkret, termasuk pertukaran dosen, mahasiswa, hingga short course di Iran. Ia menjelaskan bahwa Universitas Internasional Al Mustafa kini memiliki sekitar 400 program studi dan cabang di 60 negara, serta terbuka untuk kolaborasi tanpa memandang mazhab atau latar belakang keagamaan.
Deputi Perguruan Tinggi Al Mustafa, Prof. Dr. Kholid Al Walid, M.Ag, juga menyampaikan harapannya agar kerja sama riset dapat segera terwujud. Ia memaparkan adanya program short course filsafat Islam 10–15 hari di Iran, serta peluang penguatan kajian melalui kerja sama Filsafat Korner. “Semoga langkah ini dapat meningkatkan kualitas bersama, khususnya dalam bidang akidah dan filsafat Islam,” katanya.
Sementara Ketua STAI Sadra, Dr. Otong Sulaeman, M.Hum, dalam sambutannya menyampaikan apresiasi atas kunjungan balasan dari UIN Lampung. Ia menegaskan komitmen STAI Sadra untuk menjadi pusat pengembangan pemikiran Islam, khususnya dalam kajian rasionalitas dan filsafat. Dr. Otong menyinggung pentingnya menghilangkan dikotomi antara akal dan wahyu, sebagaimana tradisi keilmuan yang berkembang subur di Iran dengan tokoh besarnya, Mulla Sadra. “STAI Sadra memandang akal dan wahyu sebagai dua hal yang berkolaborasi dan saling menopang,” ujarnya.
Kaprodi Magister AFI UIN Raden Intan Lampung, Prof. Dr. Sudaman, M.Ag, menyampaikan permohonan maaf atas ketidakhadiran Direktur Pascasarjana. Ia menegaskan bahwa STAI Sadra dipilih sebagai mitra kunjungan karena reputasinya dalam kajian filsafat Islam. “Program studi AFI di sini memberikan landasan berpikir yang kuat untuk melahirkan kearifan. Kami membawa 16 mahasiswa pascasarjana untuk mendapat arahan agar studi filsafat, khususnya filsafat Islam, tidak hilang ditelan zaman,” ujarnya. Prof. Sudaman berharap adanya penandatanganan MoA hari ini merupakan bentuk riil kerja sama antara kedua lembaga untuk menjalankan Tri Dharma Perguruan Tinggi.
Rangkaian acara dilanjutkan dengan sesi presentasi Program Pascasarjana STAI Sadra oleh Dr. Benny Susilo, Ph.D, yang kemudian diikuti dialog akademik dan diskusi dua arah antara mahasiswa STAI Sadra dan UIN Raden Intan Lampung. Keduanya saling berbagi pengalaman riset, hingga peluang joint research.
Di sesi interaksi mahasiswa S2, peserta dari kedua kampus terlibat dalam pertukaran pengalaman penelitian dan memperluas jejaring akademik. Suasana hangat dan antusias menandai komitmen kedua lembaga untuk memperkuat kerja sama dalam pengembangan filsafat Islam kontemporer.
Kunjungan tersebut diakhiri dengan penegasan komitmen bersama untuk membuka kerja sama lanjutan dalam bentuk riset kolaboratif, program pertukaran, dan kegiatan akademik berkelanjutan—sebuah langkah strategis dalam merawat tradisi keilmuan dan menghidupkan kembali studi filsafat Islam di Indonesia.

