Al-Qur’an, Cahaya Abadi yang Menyatukan Umat: Pesan Spiritualitas dari Olimpiade Nasional Al-Qur’an 2025 di STAI Sadra

Sadranews- Darul Qur’an Al-Mustafa Jakarta bekerja sama dengan Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Sadra dan Sadra International Institute (SII) menggelar acara Penutupan Olimpiade Nasional Al-Qur’an dan Launching Buku Terjemahan Karya Ayatullah Sayyid Ali Khamenei, Pemimpin Tertinggi Republik Islam Iran.

Kegiatan bertema “Al-Qur’an: Cahaya Abadi, Panduan Peradaban Umat” ini berlangsung di Auditorium Al-Mustafa STAI Sadra Jakarta, Jumat, 31 Oktober 2025.

Acara tersebut menghadirkan dua tokoh utama sebagai narasumber, yakni KH. Said Aqil Siradj, Ketua Umum PBNU Periode 2010–2021 sekaligus Pengasuh Pesantren Ats-Tsaqafah Ciganjur, dan Prof. Dr. Ali Abbasi, Rektor Universitas Internasional Al-Mustafa.

Dalam sambutannya, Dr. Otong Sulaeman, M.Hum., selaku Ketua STAI Sadra Jakarta, menyampaikan apresiasi kepada panitia atas suksesnya penyelenggaraan Olimpiade Nasional Al-Qur’an dan peluncuran buku terjemahan karya Ayatullah Khamenei tersebut.

Ia mengungkapkan kebahagiaannya atas peningkatan jumlah peserta tahun ini yang mencapai 487 qari dari 85 lembaga pendidikan, jauh lebih banyak dibandingkan tahun sebelumnya.

“Tema ‘Al-Qur’an: Cahaya Abadi, Panduan Peradaban Umat’ menggambarkan peran sentral Al-Qur’an sebagai pelita kehidupan yang menuntun manusia menuju kebenaran hakiki, di tengah arus pandangan dunia materialistik yang kian mendominasi,” ujarnya.

Sementara itu, Prof. Dr. Hossein Mottaghi (Direktur Yayasan Hikmat Al Mustafa) menyampaikan bahwa kehadiran KH. Said Aqil Siradj dan Ayatullah Ali Abbasi merupakan kehormatan besar bagi STAI Sadra.

Ia menjelaskan, olimpiade ini menjadi ajang penting untuk mengidentifikasi potensi generasi muda dalam pengembangan nilai-nilai Al-Qur’an di tengah masyarakat modern.

Dalam paparannya, KH. Said Aqil Siradj menekankan bahwa Al-Qur’an adalah sumber peradaban dan kebudayaan Islam. Ilmu pengetahuan dalam tradisi Islam lahir dari fondasi intelektual yang kokoh. sejarah keilmuan Islam bertumpu pada tiga pilar epistemik utama: bayân, burhân, dan ‘irfân. Ketiganya merupakan cara umat Islam memahami kebenaran wahyu. Tapi semuanya tetap berpangkal pada Al-Qur’an sebagai sumber utama yang memberikan penjelasan tentang peran wahyu dalam pengembangan ilmu pengetahuan.

Ia menuturkan, dalam pandangan Islam, Al-Qur’an tidak hanya dibaca sebagai teks keagamaan, melainkan juga sebagai struktur ilmu yang melahirkan budaya, peradaban, dan kemanusiaan. “Setiap ayat bukan sekadar bacaan yang terlantun, melainkan cermin peradaban yang hidup. Zahirnya tampak di setiap mushaf dan hakikatnya menyala dalam jiwa dan akal,” terangnya.

“Al-Qur’an merupakan mukjizat abadi. Dari masa ke masa, selalu muncul keunikan dan kebaruan di dalamnya. Membaca Al-Qur’an mendatangkan ketenangan. Dan untuk memahami Islam, seseorang harus terlebih dahulu memahami Al-Qur’an,” imbuhnya.

Sementara Prof. Dr. Ali Abbasi menegaskan bahwa Al-Qur’an adalah poros pemersatu umat Islam. Ia menyesalkan masih adanya sebagian kalangan yang percaya pada klaim perbedaan teks Al-Qur’an di antara mazhab, padahal menurutnya hadis-hadis semacam itu lemah dan tidak diakui baik oleh Sunni maupun Syiah.

“Al-Qur’an menegaskan dirinya sebagai pemberi petunjuk menuju jalan yang benar, penjelas bagi umat manusia, dan pembeda antara kebenaran dan kebatilan,” jelasnya.

Ia menambahkan, cahaya Al-Qur’an mampu menerangi kegelapan ideologi materialisme maupun pandangan dunia yang menyimpang dari nilai-nilai ilahi. Sejarah, katanya, telah membuktikan bahwa setiap upaya untuk menjauhkan umat Islam dari Al-Qur’an selalu berujung pada kegagalan.

Sebagai puncak acara, dilangsungkan launching beberapa buku terjemahan karya Ayatullah Ali Khamenei yang turut memeriahkan kegiatan tersebut. Selain itu, panitia juga mengumumkan para pemenang Olimpiade Nasional Al-Qur’an, yang berasal dari berbagai lembaga ternama seperti UIN Syarif Hidayatullah, PTIQ Jakarta, UNIDA Gontor, Assyifaul Jakarta, SMA Assadah Sampurnah Bunga Gresik, IIQ Jakarta, Darus Sunnah, Taajul Hafidzin, STAI Sadra, Ponpes Al-Qur’an Al-Mustafa, dan Siddiqoh Zahra.

Total sebanyak 487 peserta dari 85 lembaga berkompetisi dalam ajang tersebut, menjadikannya salah satu kegiatan Qur’ani terbesar yang pernah digelar STAI Sadra Jakarta.

Tinggalkan Komentar

Scroll to Top