Di Hadapan Civitas Akademika STAI Sadra, Tuan Guru Bajang: Kecerdasan Buatan Sarana Dakwah, Bukan Lawan Pengkaji Al-Qur’an

Sadranews- Di tengah kemajuan teknologi dan transformasi industri yang makin pesat, Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Sadra menggelar Studium Generale yang menggugah semangat intelektual dan spiritual. Mengangkat tema “Peran Pengkaji Al-Qur’an dalam Menyambut Perkembangan Teknologi dan Industri,” kegiatan ini menghadirkan KH. Dr. Zainul Majdi (Tuan Guru Bajang) sebagai pembicara utama, Kamis (26/6), di kampus STAI Sadra, Jakarta.

Dalam acara yang dibuka pukul 13.00 WIB dengan moderator Dr. Cipta Bakti Gama, Ketua STAI Sadra, Dr. Otong Sulaeman menekankan pentingnya pendekatan holistik dalam ilmu-ilmu Islam. “Kami membangun sinergi antara wahyu, akal, dan intuisi, seperti diajarkan dalam filsafat transenden Mulla Sadra. Karena itu, studi Al-Qur’an dan filsafat berjalan seiring, bukan dipisahkan,” ungkapnya penuh kegembiraan menyambut dengan hangat kehormatan besar atas kehadiran TGB sebagai narasumber.

Dukungan serupa juga disampaikan Ammar Fauzi, Ph.D mewakili Yayasan Hikmat Al-Mustafa. Ia menyambut baik perhatian Sadra terhadap kajian Al-Qur’an, mengingat kampus ini selama ini lebih dikenal sebagai rumah filsafat dan tasawuf. “Kehadiran TGB menjadi titik tembus penting karena beliau adalah tokoh nasional dan figur yang memadukan ketiganya dengan utuh—tafsir, filsafat, dan kepemimpinan,” ujarnya.

Dalam pemaparannya, TGB menyuguhkan lima gagasan kunci yang merefleksikan tantangan pengkaji Al-Qur’an di tengah realitas baru dunia digital:

  1. Dakwah yang Menggugah dan Merangkul

“Umat Islam punya tanggung jawab menyampaikan Islam dengan penuh keindahan,” kata TGB. Ia menekankan pentingnya komunikasi Qur’ani yang santun, menggugah, dan membangkitkan harapan.

  1. Dunia dan Akhirat: Dua Sisi yang Harus Ditegakkan

TGB menolak dikotomi antara dunia dan akhirat. Ia mencontohkan masa kejayaan Islam yang tumbuh karena umat mampu memadukan nilai spiritual dengan kemajuan ilmu dan teknologi.

  1. Meneladani Strategi Nabi dalam Dinamika Sosial

Merujuk pada Perjanjian Hudaibiyah, TGB menekankan pentingnya berpikir strategis. “Kadang kita harus berlapang dada dalam simbol, demi kemenangan besar di masa depan,” tuturnya.

  1. Teknologi dan AI: Ancaman atau Peluang?

Menjawab keresahan atas hadirnya AI, TGB menyatakan bahwa para pengkaji Al-Qur`an tidak perlu takut karena teknologi hanyalah alat atau buku besar pengetahuan. “AI tidak menyentuh ruh, nilai, dan kesadaran. Justru kita harus memanfaatkannya sebagai sarana dakwah,” tegasnya.

  1. STAI Sadra sebagai Hamzah Washl (penghubung) Umat Islam

TGB berharap STAI Sadra dapat menjadi ‘hamzah washl’—penghubung antara kelompok-kelompok umat yang tercerai oleh perbedaan mazhab dan politik. Ia mengutip pernyataan Syaikh Al-Azhar: “Sunni dan Syiah adalah dua sayap Islam; kita hanya bisa terbang jika keduanya kuat dan bersatu.”

TGB juga menyinggung konflik geopolitik dunia, khususnya soal Iran dan Palestina. Ia menyatakan, “Ketika Iran membela Palestina, itu bentuk nyata fardhu kifayah. Harusnya seluruh umat mendukung, bukan malah ragu atau bahkan sinis karena perbedaan mazhab.”

Acara ditutup dengan pembacaan doa oleh Dr. Hasyim Adnani, yang juga mengutarakan harapannya agar TGB mendampingi STAI Sadra sebagai jembatan dalam membangun ukhuwah lintas mazhab dan kontribusi intelektual umat. “Kami percaya, dengan tokoh sekelas TGB, STAI Sadra bisa menjadi poros pemersatu dan pelopor kemajuan Islam yang rahmatan lil ‘alamin,” pungkasnya.

Tinggalkan Komentar

Scroll to Top