Ketua STAI Sadra: Buku Iqtishaduna Karya Monumental Bagir Sadr Yang Menggali Visi Ekonomi Islam Secara Mendalam

Sadranews- Ketua STAI Sadra Jakarta, Dr. Otong Sulaeman, M.Hum tampil sebagai pembicara kunci (keynote speaker) dalam acara Bedah Buku Iqtishaduna karya Ayatullah Bagir Sadr. Ia menegaskan bahwa Iqtishaduna bukan hanya sebuah karya akademik, melainkan tawaran paradigma baru dalam memahami ekonomi sebagai bagian dari visi peradaban Islam. Menurutnya, kegagalan ekonomi modern dalam mengangkat rakyat kecil berakar pada paradigma kapitalisme global yang menilai keberhasilan dari angka pertumbuhan semata, sementara keadilan sosial diabaikan.

Dr. Otong menjelaskan tiga pilar utama pemikiran Baqir Sadr: tauhid, khilafah insaniyah, dan keadilan sosial. Tauhid menegaskan bahwa seluruh kekayaan adalah milik Allah, manusia hanya pengelola. Khilafah insaniyah menempatkan manusia sebagai pengelola bumi dengan tanggung jawab sosial. Dan keadilan menjadi inti seluruh bangunan ekonomi Islam, di mana zakat, larangan riba, serta pencegahan monopoli bukan sekadar aturan teknis, melainkan instrumen keadilan struktural.

Pidato tersebut juga menyinggung tragedi Palestina dimana konflik berkepanjangan di Gaza tidak bisa dilepaskan dari keserakahan industri senjata global. “Setiap rudal yang ditembakkan adalah keuntungan miliaran dolar bagi perusahaan-perusahaan besar. Dalam kerangka kapitalisme global, perang bukanlah tragedi, tetapi pasar. Palestina dijadikan komoditas oleh industri senjata,” tegasnya.

Ia menambahkan, jika sistem ekonomi tidak dibangun di atas nilai moral, maka ia akan menjadi alat penindasan. Kapitalisme senjata adalah contoh nyata. Karena itu, Iqtishaduna relevan bukan hanya bagi Indonesia, melainkan juga dunia: menawarkan sistem ekonomi berbasis nilai yang mampu membatasi keserakahan dan menegakkan keadilan.

Menutup pidatonya, Dr. Otong mengajak hadirin untuk menjadikan Iqtishaduna bukan sekadar kajian akademik, tetapi inspirasi nyata untuk membangun sistem ekonomi yang adil dan manusiawi. “Baqir Sadr tidak hanya menulis teori, beliau menawarkan visi peradaban: ekonomi yang berpihak pada yang lemah, melindungi yang rentan, dan menolak keserakahan yang tak terkendali,” terangnya di hadapan para mahasiswa pascasarjana, dosen dan civitas akademika ITB Ahmad Dahlan.

Acara Bedah Buku Iqtishaduna ini digelar secara hybrid melalui kerja sama antara Institut Teknologi dan Bisnis (ITB) Ahmad Dahlan dan Sadra International Institute (SII) Jakarta pada Kamis, 18 September 2025 di Ruang Sjahrir Nurut Lt. 2 Gedung ITB Ahmad Dahlan Kampus Ciputat, Jakarta.

Acara yang dibuka pukul 13.00 WIB tersebut menghadirkan dua narasumber utama, yaitu Wakil Rektor I ITB Ahmad Dahlan, Dr. Eng. Saiful Anwar dan Direktur Sadra International Institute, Dr. Abdelaziz Abbaci.

Direktur Pascasarjana ITB Ahmad Dahlan, Dr. Mukhaer Pakkana dalam sambutannya menekankan relevansi buku Iqtishaduna dengan tantangan ekonomi global saat ini.

Dr. Abdelaziz Abbaci menguraikan posisi Baqir Sadr dalam khazanah intelektual Islam kontemporer, dan secara khusus mengelaborasi sisi filsafat dari buku tersebut. Menurutnya, Baqir Sadr bukanlah seorang ekonom, melainkan pemikir ekonomi Islam, yang memandang kegiatan ekonomi sebagai fenomena filsafat. Beda pandangan hidup, beda pula nilai dari perilaku ekonominya.

Sementara itu, Dr. Eng Saiful Anwar menyatakan bahwa ia telah membaca buku fenomenal tersebut sejak pertengahan tahun 90-an, dan menurutnya, hingga saat ini, buku Iqtishaduna masih sangat relevan dengan situasi zaman sekarang, meskipun ditulis di zaman yang berbeda.

Acara bedah buku ini menegaskan bahwa pemikiran Baqir Sadr tetap relevan dalam menjawab tantangan ekonomi kontemporer, sekaligus memperkuat komitmen STAI Sadra untuk terus mengembangkan ekonomi Islam berbasis nilai dan keadilan sosial.

Tinggalkan Komentar

Scroll to Top