Kuliah Umum : Agama dan Koeksistensi

Sadra News. Jumat 15/09, STFI Sadra menyelenggarakan Kuliah Umum yang bertajuk “Agama dan Koeksistensi” Hadir sebagai pembicara ini Prof. Dr. Abdul Hasan Nawab Rektor Universitas Agama dan Mazhab bersama Prof.Dr. Malik Muhammadi yang didampingi oleh Dosen Kehormatan STFI Sadra Dr. Muhammad Jawad Asadi. Dr. Asadi

Dr. Nawab menyampaikan bahwa hendaknya setiap kita menyatukan diri dalam titik temu, sambil mengutip ayat تعالوا الي كلمة سواء (marilah dalam satu kalimat yang sama). Apalagi bahwa populasi kaum muslimin adalah 25% dari seluruh populasi penduduk dunia, karenanya dengan 25 % ini umat harus bisa hidup berdampingan dengan sisa penduduk dunia yang berbeda. Kalaupun di Indonesia mayoritas berpenduduk muslim maka layak menjadi contoh dan teladan bagaimana hidup berdampingan ditengah keragamannya.
Rektor Univ. Agama dan madzhab ini memaparkan beberapa pilihan sikap bagaimana hidup ditengah keragaman, menjawab kemungkinan koeksistensi dalam prespektif Islam. Ada empat kemungkinan pilihan, kemungkinan pertama adalah kita melakukan peperangan terhadap orang yang berbeda, cara ini telah dilakukan oleh banyak golongan dan terbukti destruktif. Kemungkinan kedua adalah kita memutus hubungan dengan kelompok masyarakat lainnya seperti menggunakan produk, fasilitas dan hal-hal yang berhubungan dengan kelompok masyarakat lain. Kemungkinan ketiga adalah pasrah dan menyerahkan sepenuhnya, kesadran dan fikiran kita kepada pihak lain sehingga kita kehilangan identitas dan otensitas diri. Kemungkinan ke empat adalah cara yang ditawarkan oleh al Quran, yaitu kita menerima keberadaan selain kita, kita siap hidup bersama-sama dengan selain kita, kita siap untuk bekerjasama dengan selain kita dan kita mengakui adanya kesamaan dalam masyarakat yang beragam. Ada ayat-ayat dalam al Quran seperti “ta’alaw ila kalimatin sawa”, yang kedua ada anjuran untuk mengajak orang selain kita untuk mengikuti jalan Allah dengan hikmah dan perkataan yang baik juga ada aturan tentang kewajiban berbuat baik dan berbuat adil terhadap orang-orang yang tidak memerangi. Ada pula ayat yang mengandung pengertian yang luas, seperti ayat “inna dinna indallahil islam” islam disini adalah islam dalam makna luas yakni penyerahan diri kepada Allah, karena itu agama-agama abrahmik merupakan agama yang tercangkup dalam kalimat ini. posisi kita sangat jelas sekali, dengan keberagaman, selama tidak terjadi tindakan penyerangan dan perampasan hak serta pengusiran, maka selama itu kita diperintahkan untuk berbuat baik dan dengan keadilan sehingga kita bisa mengambil cara berbicara dengan selain kita dengan santun, tidak ada hak bagi diri kita untuk berlaku congkak dan mendeskriditkan kelompok masyarakat lainnya.

Sementara itu Prof.Dr. Malik Muhammad menyampaikan bahwa Al Quran dengan tegas menyatakan bahwa kaum muslimin harus menjaga persatuan “wa’tasimu bihablillahil jami’ah”. Para pemuda harus bekerja keras dan membersihkan jiwa-jiwa kita. Sebagai mana dalam Al Quran kita diperintahkan untuk mempersipakan segala sesuatu untuk diri kita, dalam waktu yang sama kita diwajibkan untuk bersikap taqwa dalam usaha-usaha tersebut.

Hadir dalam kuliah umum ini para staf, dosen dan para mahasiswa dari berbagai angkatan. Acara ini diselenggarakan di Auditorium Al Mustafa Jakarta.

Scroll to Top