STAI Sadra Gelar Acara Orientasi Pengenalan dan Sosialisasi Pedoman Akademik MAFI 2025 dengan Gagasan Besar

Sadranews- Dalam rangka menyambut mahasiswa baru pascasarjana, STAI Sadra menggelar acara Orientasi Pengenalan Akademik Program Magister Aqidah dan Filsafat Islam (MAFI) serta Sosialisasi Pedoman Akademik, Sabtu (13/9/2025). Acara yang diselenggarakan secara daring melalui Zoom ini mengusung tema penting dan reflektif: “Filsafat Islam: Tradisi, Inovasi, dan Relevansi.”

Acara dibuka pukul 09.00 WIB dan dihadiri oleh mahasiswa baru pascasarjana serta para dosen MAFI STAI Sadra. Tujuannya adalah memberikan pemahaman menyeluruh mengenai sistem akademik, kurikulum, tata tertib perkuliahan, serta prosedur administratif di Program Studi Magister Aqidah dan Filsafat Islam.

Dr. Benny Susilo, Ph.D., selaku Ketua Prodi MAFI, dalam sambutannya memaparkan visi, misi, serta strategi pengembangan program studi. Ia menekankan pentingnya mencetak lulusan yang tak sekadar menjadi mahasiswa pasif, namun berkembang menjadi pemikir, peneliti, analis, hingga pendidik di bidang aqidah dan filsafat Islam.

“Proses ini ditargetkan berlangsung selama empat semester, dengan kurikulum dan pedoman akademik yang disusun secara sistematis,” ujar Dr. Benny. Ia juga menjelaskan struktur kurikulum, tata tertib kuliah, serta mekanisme ujian dan penilaian.

Dalam sambutannya, Ketua STAI Sadra, Dr. Otong Sulaeman, M.Hum., menegaskan bahwa tema acara ini bukan sekadar retorika akademik. Menurutnya, tradisi, inovasi, dan relevansi adalah tiga pilar penting dalam merumuskan peran filsafat Islam di era modern.

“Tradisi adalah warisan pemikiran dari para filsuf besar seperti Al-Kindi dan Al-Farabi. Tanpa tradisi, filsafat Islam hanyalah bangunan kosong,” ujarnya. Namun, ia juga mengingatkan bahwa tradisi saja tidak cukup. “Inovasi dibutuhkan untuk menjawab persoalan-persoalan baru yang terus bermunculan. Dan relevansi adalah tantangan sesungguhnya bagaimana filsafat Islam bisa menyentuh dan memberi dampak nyata dalam kehidupan sosial, budaya, politik, bahkan global,” terangnya.

“Filsafat Islam harus menjadi amal yang turun ke masyarakat, membimbing etika, memberi inspirasi budaya, dan menawarkan solusi-solusi sosial, pesan Dr. Otong dalam sambutannya yang sekaligus membuka acara ini.

Wakil Ketua I Bidang Akademik, Ammar Fauzi, Ph.D., memberikan wawasan menarik tentang peta pemikiran filsafat, baik Barat maupun Islam. Ia memetakan perkembangan pemikiran dari era klasik hingga kontemporer, serta menjelaskan beragam aliran filsafat Islam: peripatetisme, iluminasionisme, Sadrianisme, hingga neo-Sadrianisme.

“Fokus STAI Sadra adalah pengembangan ilmu berbasis filsafat Sadrian. Tafsir kita bersifat filosofis, dan jurusan psikologinya pun diperkuat dan diperkaya dengan filsafat Sadrian,” jelasnya.

Basrir Hamdani, Ph.D., selaku Wakil Ketua III Bidang Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, memberikan arahan teknis seputar proses akademik, mulai dari seminar proposal, bimbingan tesis, ujian tesis, hingga tahap akhir yaitu yudisium—sebuah rangkaian yang wajib dilalui untuk menyelesaikan studi magister.

Keterlambatan dalam penyelesaian tugas akhir merupakan isu krusial yang perlu diantisipasi dan diperhatikan secara serius, karena berdampak langsung pada penilaian akreditasi. “Tugas akhir bukanlah sesuatu yang dikerjakan di akhir, melainkan disiapkan sejak awal agar dapat selesai tepat waktu,”tegasnya dengan penuh penekanan.

Sementara itu, Dr. Kholid Al Walid, M.Ag., Deputi Perguruan Tinggi Al-Mustafa, turut menyampaikan wawasan mendalam tentang “kesadraan” serta ciri khas STAI Sadra sebagai sekolah tinggi berbasis filsafat Islam. Dalam paparannya, Ia menguraikan sejumlah prinsip utama filsafat Sadrian seperti gradasi eksistensi, ketunggalan dalam pluralitas, gerak substansial dan lainnya yang memantik rasa ingin tahu mahasiswa baru pascasarjana untuk berdiskusi lebih jauh. Melalui pemahaman tersebut, para mahasiswa diharapkan semakin mengenali keunikan STAI Sadra dalam lanskap keilmuan Islam kontemporer.

Penjelasan teknis juga disampaikan oleh Wahyudi Tianotak, MA dari Biro Administrasi Akademik Pascasarjana, yang menguraikan hak dan kewajiban mahasiswa, termasuk etika akademik, kode etik mahasiswa, serta layanan akademik dan administrasi yang tersedia.

Acara ini tidak hanya menjadi agenda formal penyambutan mahasiswa baru, tapi juga ruang kontemplasi dan orientasi ulang bagi seluruh civitas akademika. Melalui tema “Filsafat Islam: Tradisi, Inovasi, dan Relevansi,” STAI Sadra menegaskan komitmennya dalam membina generasi filosof Muslim yang berpijak pada akar keilmuan, namun tetap responsif terhadap zaman.

Filsafat bukan sekadar bahan renungan, ia harus dihayati, disuarakan, dan dihidupkan dalam keseharian. Semangat inilah yang mengalir kuat sepanjang acara. STAI Sadra menyatakan bahwa di tengah derasnya arus globalisasi dan krisis makna, filsafat Islam tetap hadir sebagai lentera yang menyinari jalan hidup manusia modern yang kerap kehilangan arah.

 

 

Tinggalkan Komentar

Scroll to Top