Sadranews- Waka III Bidang Kemahasiswaan STAI Sadra, Dr. Hasyim Adnani, MA, menegaskan bahwa sholawat kepada Nabi Muhammad saw dan keluarganya bukan sekadar amalan sunnah, tetapi juga merupakan jalan spiritual yang menghubungkan seorang hamba dengan Allah Swt. Bahkan, Allah sendiri bersholawat kepada Nabi saw sebagai bukti kemuliaannya. Imam Syafi’i pun menekankan bahwa salat seseorang tidak akan diterima tanpa menyertakan sholawat kepada Nabi dan keluarganya. Lebih dari itu, Rasulullah saw mengingatkan agar tidak bersholawat secara terputus (batra`), yaitu hanya kepada dirinya tanpa menyebut keluarganya. Hal ini menunjukkan bahwa kesempurnaan sholawat terletak pada penyebutan Nabi dan keluarganya, sebagaimana yang diajarkan oleh Allah melalui Rasul-Nya. Dengan bersholawat secara benar yaitu sholawat kepada Nabi saw dan keluarganya, kita tidak hanya memperoleh keberkahan hidup, tetapi juga semakin dekat dengan rahmat dan syafaat Nabi di hari kiamat.
“Sayangnya, banyak kaum muslimin yang kurang memperhatikan kesempurnaan dalam bersholawat sebagaimana yang diajarkan oleh Rasulullah saw. Mereka sering kali hanya bersholawat kepada Nabi tanpa menyertakan keluarganya, seperti dalam lafaz “Allahumma Shalli Wasallim Alaih” yang merupakan Sholawat Batra`. Padahal, dalam hadis Rasulullah saw dengan tegas menyebutkan bahwa sholawat yang terputus (batra`)- yaitu sholawat yang hanya ditujukan kepada beliau tanpa keluarganya- tidak dianggap sah dan kehilangan maknanya. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya menyempurnakan sholawat dengan menyertakan keluarga Nabi, sebagaimana yang telah diajarkan langsung oleh Rasulullah saw,” tegas Dr. Hasyim saat menyampaikan materi Kajian Ramadhan 1446 H di Masjid Al Mustafa, Kampus STAI Sadra pada Kamis (13/3/2025) .
Ia menambahkan, sebagian orang beranggapan bahwa menyebut keluarga Nabi dalam sholawat identik dengan kelompok muslim tertentu, sehingga mereka memilih membaca sholawat secara terputus (batra`) agar tidak dikaitkan dengan kelompok tersebut. Padahal, membaca sholawat dengan sempurna adalah perintah langsung dari Nabi Muhammad saw dan bukan milik kelompok tertentu. Justru, jika ada sekelompok muslim yang mengamalkan sholawat dengan sempurna, itu karena mereka mengikuti ajaran Rasulullah saw yang melarang sholawat dengan cara batra`. Oleh karena itu, sholawat yang mencakup Nabi dan keluarganya bukan sekadar tradisi kelompok tertentu, melainkan tanda cinta sejati kepada Rasulullah saw dan keluarganya. Dengan bersholawat secara lengkap, seorang Muslim menunjukkan kepatuhan kepada sunnah Nabi dan keluarganya.

