Juru Selamat dalam Perspektif Agama-Agama

Sadranews-Seminar Nasional berjudul “Penantian Sang Juru Selamat dalam Perspektif Agama-Agama” dalam rangka memperingati hari kelahiran Imam Mahdi atau sang juru selamat pada pertengahan bulan Sya`ban yang bertepatan dengan tanggal 8 Maret digelar di Auditorium STAI Sadra Jakarta, Jumat (10/03/2023) pagi.

Acara seminar yang dimulai pukul 9.00 WIB tersebut, dimoderatori oleh Zaenal Abidin, M.Ud dan diikuti oleh para dosen, mahasiswa dan karyawan STAI Sadra. Turut hadir Prof. Dr. Hossein Mottaghi, Direktur Perwakilan Al Mustafa International University di Indonesia, Dr. Matius Ali, Dosen Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, Drs. Ida Ketut Ananta, MM, Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PDHI) dan Sugianto, S.Ag, M.Pd, Wakil Ketua III Sekolah Tinggi Agama Buddha Negeri (STABN) Sriwijaya.

Ketua STAI Sadra Dr. Kholid Al Walid dalam sambutannya pertama-tama mengucapkan banyak terimakasih kepada seluruh hadirin, khususnya kepada para narasumber yang telah meluangkan waktu untuk hadir dan menyampaikan materi. Tema seminar hari ini tentang sang juru selamat yang dalam Jawa disebut Ratu Adil, di Kristen disebut Mesias dan di Islam disebut al Mahdi yang akan muncul di akhir zaman untuk menegakkan dunia dengan keadilan setelah dipenuhi kezaliman.

“Meskipun sekarang ini konflik antar agama dan antar mazhab sering terjadi, namun suatu saat dunia akan mengalami perubahan menjadi damai dan penuh keadilan dengan hadirnya juru selamat tersebut,” tegasnya.

Dalam seminar ini beragam pandangan dari perspektif agama Islam, Kristen, Hindu dan Buddha terkait kemunculan juru selamat di akhir zaman disampaikan oleh para narasumber dari Islam, Kristen, Hindu dan Buddha.

Prof. Mottaghi menyampaikan bahwa ada banyak kesamaan pandangan tentang juru selamat yang akan muncul di akhir zaman dalam agama-agama. Dalam perspketif Islam keyakinan terhadap juru selamat di akhir zaman berhubungan dengan pandangan monoteistik. Dalam pandangan monoteistik, manusia bersaudara dan punya kesamaan satu sama lain. Konsep penantian sang juru selamat dalam Islam tidak berbasis pada bangsa, suku dan etnis tapi berpijak pada teologis dan keadilan.

Di antara kesamaan pandangan kaum muslimin tentang Imam Mahdi atau juru selamat di akhir zaman adalah sama-sama meyakini Imam Mahdi ada akan muncul sebagai juru selamat, beliau keturunan dari keluarga Nabi saw, julukannya al Mahdi, kemaksiatan dan kezaliman yang merajalela merupakan tanda-tanda kemunculannya di akhir zaman dan akan mengisi dunia dengan keadilan setelah dipenuhi kezaliman. Hanya saja terkait penentuan sosok Imam Mahdi, Sunni dan Syiah berbeda pendapat.

“Di dalam Kristen dan Yahudi juga ada kesamaan keyakinan dengan keyakinan Islam tentang Imam Mahdi, begitu pula dalam Hindu dan Buddha lantaran mereka sama-sama meyakini adanya keselamatan di dunia dan akhirat. Kelompok Syiah meyakini Imam Mahdi lahir pada 15 Sya`ban 255 H dan hidup sampai sekarang dalam kegaiban. Sementara, kelompok Sunni meyakini Imam Mahdi akan dilahirkan di akhir zaman dan setelah itu mendeklarasikan keberadaannya,” jelasnya.

Dr. Matius sehubungan dengan juru selamat di akhir zaman, menjelaskan tentang kedatangan kembali Yesus Kristus dari surga ke bumi yang dalam bahasa Yunani disebut Parousia. Kata “Parousia” ini digunakan lantaran Injil yang pertama diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani, Latin, Jerman dan Inggris. Dalam kutipan Kisah Para Rasul 1 ayat 11 dikatakan,“ Empat puluh hari setelah kebangkitannya Yesus Kristus dan para Rasulnya berkumpul di bukit Zaitun. Waktunya bagi Yesus untuk meninggalkan dunia setelah menyelesaikan semua tugas-tugasnya. Dia harus kembali kepada Bapak Surgawi sampai kedatangannya kedua.”

Dalam Perjanjian Baru versi Inggris banyak dipakai untuk menunjukkan kedatangan kedua atau kembalinya Yesus Kristus. Kedatangan pertama sudah selesai ketika dia turun sebagai manusia menjalani kehidupan menebus dosa-dosa manusia. Kemudian dia bangkit dan naik ke surga. Sebelum pergi Yesus berjanji akan kembali lagi untuk mengumpulkan umat-umatnya dan menghakimi dunia.

“Adanya pengadilan di dunia dalam Kristen ini mirip dengan konsep Raj`ah dalam Syiah. Parousia menjadi kabar gembira karena memunculkan harapan di kalangan umat Kristen akan kembalinya Yesus. Adanya harapan merupakan fungsi agama menurut Hegel,” ujarnya.

Drs. Ketut Ananta berkaitan dengan juru selamat atau avatar menerangkan ayat yang berbunyi, “Walaupun aku tidak dilahirkan dan badan ruhaniku tidak pernah merosot dan walaupun aku penguasa semua makhluk hidup aku masih muncul pada setiap zaman dalam bentuk ruhaniku yang asli.” Ketika dharma berada di titik terrendah, sang juru selamat akan datang. Dari ayat tersebut dapat disimpulkan bahwa Tuhan sendirilah yang akan ke dunia pada setiap zaman. Dalam ayat lain dikatan, “Kapan pun dan dimana pun pelaksanaan dharma merosot dan hal-hal yang bertentangan dengan dharma merajalela pada waktu itulah aku sendiri menjelma.” Juru selamat tidak saja Tuhan menjelma di dunia tapi ada wakilNya yaitu Nabi dan utusanNya.

Tuhan hadir ke dunia untuk menyelamatkan orang saleh dan membinasakan orang jahat serta menegakkan kembali prinsip-prinsip dharma. Jadi dalam Hindu juru selamat akan datang ketika dunia ini sudah hancur lebur dan nilai-nilai etika moral sudah tidak dijadikan ukuran. “Penyelamatan dalam Hindu tidak hanya datang dari Tuhan tapi juga dari ajaranNya kepada manusia untuk melakukan usaha dalam meraih kebahagiaan. Di antara jalan usahanya dengan beribadah dan beribadah dengan ilmu pengetahuan lebih bernilai dari ibadah dengan materi,” paparnya.

Sugianto, S.Ag, M.Pd memaparkan bahwa juru selamat dalam Buddha adalah pembebasan dan pembebasan bisa dianggap ketika seseorang sudah sampai tingkat Nibbana atau Nirwana. Artinya ia sudah suci dan tidak memiliki kotoran batin seperti keserakahan, kebencian dan kebodohan. Nibbana adalah kebahagiaan tertinggi yang tidak seperti di alam manusia. Kebahagiaan yang kekal dan tidak bisa dijelaskan dengan bahasa manusia.

Dalam Buddha untuk sampai pada keselamatan adalah pertama memiliki pandangan yang benar. Dari pandangan yang benar itu akan muncul yang kedua yaitu pikiran benar. Dari pikiran yang benar akan memunculkan ucapan-ucapan yang benar. Dari ucapan yang benar akan muncul perbuatan yang benar yaitu perbuatan yang dilandasi cinta kasih. Dari perbuatan yang benar akan tercipta kehidupan yang benar dan berkembang menjadi usaha yang benar dengan mengurangi atau menghilangkan sifat-sifat negatif. Dalam Buddha juru selamat tidak hanya ditentukan oleh Buddha sebagai guru agung tapi juga oleh ajaran beliau dan yang terpenting adalah usaha dari orang-orang yang mempratikkan ajaran Buddha.

“Keselamatan dalam Buddha tidak harus menunggu sampai akhir dunia. Hancurnya bumi bukan penyebab kehidupan manusia berakhir, sebab selama manusia masih dikuasai kotoran batin maka dia akan berada dalam kesengsaraan dan setelah mengalami pembebasan dia akan sampai pada kebahagiaan tertinggi,” ungkapnya.

Pada sesi tanya jawab, para mahasiswa yang sejak awal antusias menyimak pemaparan luar biasa dari para pemateri, mereka tidak menyia-nyiakan kesempatan dan langsung memanfaatkan kesempatan tersebut dengan menanyakan berbagai hal yang ingin mereka ketahui lebih dalam dari para pemateri.

Di akhir acara, sebagai bentuk apresiasi STAI Sadra memberikan penghargaan cinderamata kepada para narasumber dan kemudian dilanjutkan dengan foto bersama.

 

Tinggalkan Komentar

Scroll to Top