Sadranews- Dalam upaya memperluas jejaring akademik dan memperkaya perspektif keilmuan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Brawijaya (FISIP UB) melakukan kunjungan resmi ke Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Sadra Jakarta, Selasa (21/10/2025) siang. Kunjungan ini bertujuan menjajaki kerja sama di bidang pendidikan, penelitian, serta pengembangan kurikulum berbasis integrasi ilmu sosial dan keislaman.
Rombongan FISIP UB dipimpin oleh Dr. Drs. Moch. Fauzie Said, M.Si (Sekretaris Senat Akademik FISIP UB), didampingi oleh Novi Setia Yunas, MA (Staf Ahli Wakil Dekan I Bidang Akademik), dan Abdullah, S.Sos., M.Hub.Int. (Dosen Program Studi Hubungan Internasional). Mereka disambut hangat oleh jajaran pimpinan STAI Sadra, termasuk Ketua STAI Sadra Dr. Otong Sulaeman, M.Hum, serta Direktur Yayasan Hikmat Al Mustafa, Prof. Dr. Hossein Mottaghi.
Dalam sambutannya, Prof. Mottaghi menegaskan pentingnya integrasi antara ilmu humaniora, ilmu sosial, dan nilai-nilai keislaman untuk membangun peradaban Islam modern. Ia menyoroti peran filsafat dan irfan (mistisisme Islam) sebagai fondasi spiritual dan intelektual yang dapat memperkaya pendekatan dalam ilmu sosial dan politik.
“Ilmu filsafat mengasah akal, ilmu irfan membentuk jiwa. Tanpa keduanya, ilmu sosial akan kehilangan ruhnya. Maka, integrasi ini sangat penting dalam membangun peradaban yang utuh,” ujar Prof. Mottaghi.
Senada, Deputi Perguruan Tinggi Al Mustafa, Dr. Kholid Al Walid, M.Ag, turut menekankan posisi unik STAI Sadra yang menjadi satu-satunya sekolah tinggi di Indonesia dengan fokus utama pada studi filsafat Islam. Ia menilai pentingnya menggali kembali khazanah pemikiran Islam, khususnya dalam bidang politik Islam yang selama ini kurang mendapat perhatian di banyak fakultas sosial dan politik di Indonesia.
Sementara itu, Dr. Otong Sulaeman menyoroti pentingnya kolaborasi, baik dari sisi formal institusi maupun substansi keilmuan.
“Humaniora, psikologi, dan sosiologi selama ini banyak berkembang lewat pendekatan Barat. Dengan perspektif filsafat Islam, seperti pemikiran Mulla Sadra, kita bisa melihat persoalan dengan sudut pandang yang lebih dalam dan menemukan solusi yang lebih kontekstual,” jelasnya.
Pihak STAI Sadra, lanjut Otong, siap berkolaborasi dalam penelitian, penulisan jurnal ilmiah, hingga pengembangan kurikulum bersama FISIP UB.
Dari pihak FISIP UB, Dr. Fauzie Said menyatakan bahwa kunjungan ini merupakan langkah awal untuk membuka ruang dialog dan kolaborasi akademik lintas pendekatan. Ia menegaskan bahwa meskipun Universitas Brawijaya termasuk dalam lima besar kampus terbaik di Indonesia, tetap ada banyak hal yang bisa dipelajari dari pendekatan keilmuan STAI Sadra.
“Kami ingin belajar lebih dalam, terutama dalam bidang politik Islam dan juga kriminologi dari perspektif hukum Islam. Iran, misalnya, berhasil menekan angka kriminalitas dengan pendekatan berbasis nilai keislaman,” ujar Dr. Fauzie.
Hal tersebut diamini oleh Abdullah yang juga menyampaikan bahwa FISIP UB berencana membuka program studi kriminologi dan tertarik menggali perspektif hukum pidana Islam dalam penanganan kejahatan. Ia juga menekankan pentingnya menyusun kurikulum yang mengintegrasikan pandangan Islam dalam ilmu sosial dan politik.
“Ilmu tidak boleh dilepaskan dari nilai. Dalam Islam, ilmu digunakan untuk membangun peradaban, bukan menghancurkannya seperti yang terjadi pada pengembangan senjata nuklir oleh negara-negara Barat,” pungkasnya.
Kunjungan ini diakhiri dengan diskusi terbuka dan rencana penjajakan lebih lanjut untuk kerja sama dalam bidang pendidikan, penelitian, serta pertukaran keilmuan antara STAI Sadra dan FISIP UB.

