Pertemuan Mahasiswa STAI Sadra dan Pelajar Hauzah Al Mustafa Dengan Prof. Abbasi

Sadranews-Acara pertemuan mahasiswa/i STAI Sadra dan pelajar Hauzah Al Mustafa dengan Prof. Dr. Ali Abbasi, Rektor Al Mustafa International University (MIU) Iran digelar pukul 8.00 WIB, di Aula Al Mustafa STAI Sadra, Senin (13/06/2022) pagi.

Pertama-tama Prof. Abbasi mengucapkan selamat datang kepada para hadirin dan mengucapkan terimakasih kepada para Pimpinan STAI Sadra dan Perwakilan Al Mustafa di Indonesia beserta jajarannya serta kepada para panitia yang telah bersusah payah untuk penyelenggraan acara ini. Dalam ceramahnya, beliau menyampaikan bahwa salah satu keinginan yang digambarkan oleh berbagai bangsa dan negara adalah membangun peradaban baru Islam dan Indonesia dengan jumlah penduduk muslim terbesar, merupakan bagian dari bangunan peradaban ini. Masa depan cemerlang peradaban baru Islam akan terwujud di tangan generasi muda para mahasiswa/i STAI Sadra dan pelajar Hauzah Al Mustafa. Sejarah kemajuan dan peradaban Islam dahulu dibelenggu oleh hegemoni dan penjajahan kekuatan imperialisme internasional di berbagai belahan dunia. Sebelum empat abad yang lalu, bendera kemajuan dan peradaban Islam berkibar, namun setelahnya hingga kini kaum muslimin mengalami stagnasi.

Di antara faktor kemunduran umat Islam adalah kelemahan kaum muslimin yang tidak mampu mengembangkan ilmu pengetahuan dan adanya kekuatan luar yang sengaja menghalangi kaum muslimin untuk bangkit dan maju. Banyak hal yang dilakukan oleh kekuatan imperialisme internasional untuk menghancurkan kaum muslimin termasuk membuat perpecahan di tengah umat Islam sehingga mereka lemah dan tidak bisa maju. Mereka tidak menginginkan kemajuan kaum muslimin di bidang ilmu pengetahuan sehingga mereka terus berupaya memecah belah kekuatan kaum muslimin baik antar bangsa maupun antar negara. Kini saatnya, kaum muslimin menyadari bahwa tidak ada cara lain untuk mengakhiri kemundurannya kecuali dengan memperdalam ilmu pengetahuan dan mengembangkannya untuk membangun kembali peradaban baru Islam, sebagaimana perkataan Imam Ali bin Abi Thalib as, “ Ilmu adalah kekuatan barang siapa memilikinya akan kuat dan sebaliknya barang siapa yang tidak memilikinya maka ia lemah dan akan berada dalam cengkraman kekuatan lain.”

Para intelektual dan ulama Islam sejak dua abad yang lalu telah memainkan perannya dalam menyadarkan umat Islam untuk kembali seperti pada peradaban Islam di masa lalu dan menumbuhkan rasa percaya diri dalam diri mereka bahwa mereka mampu untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Revolusi Islam Iran merupakan salah satu gerakan kebangkitan menuju peradaban baru. Kaum Imperialis selalu mengklaim bahwa kaum muslimin lemah, tidak bisa berdiri sendiri dan harus dengan bantuan mereka supaya bisa berdiri. Sehingga banyak dari kaum muslimin yang putus asa dan percaya bahwa mereka tidak mampu untuk berdiri tanpa bantuan kaum Imperialis. Revolusi Islam muncul dengan pesan penting Imam Khomeini kepada dunia khususnya dunia Islam untuk mengembalikan kepercayaan diri kaum muslmin bahwa mereka mampu untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta mampu membuat penemuan-penemuan baru sebagaimana yang dilakukan negara lain atau bahkan bisa lebih unggul dari mereka. Karena itu, musuh-musuh Islam berusaha membungkam pesan-pesan Revolusi Islam agar tidak sampai kepada negara-negara Islam dunia sehingga potensi-potensi pengembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak akan terwujud di tengah kaum muslimin. Selain kekuatan militer yang digunakan negara-negara penjajah seperti Sepanyol, Inggris, Belanda, Portugis dan lainnya untuk menjajah dan menjarah hasil  bumi dan sumber daya alam negara-negara lain seperti di Indonesia yang pernah dijajah Belanda, mereka sekarang ini menggunakan kekuatan media yang mampu mempengaruhi pemikirian dunia untuk tunduk kepada pemikiran mereka. Di India antara muslim dan Hindu yang dahulu hidup rukun dan damai, sekarang dengan kekuatan media mereka ciptakan konflik dan sejarah palsu misalnya dahulu ada masjid yang dibangun di tempat candi yang dihancurkan, sehingga terjadi permusuhan dan perpecahan antara keduanya dan hingga kini konflik tersebut terus mereka pelihara. Dengan media mereka leluasa melakukan pembodohan publik, adu domba dan pemalsuan sejarah untuk memecah belah sesama bangsa bahkan sesama agama.

Untuk bisa bangkit dan maju yang harus dilakukan selain persatuan adalah bekerja keras untuk maju dengan menggali potensi yang ada dan mengaktualisasikannya walaupun dengan berbagai rintangan dan acaman. Sebelum revolusi, Iran adalah sebuah negara yang sangat bergantung pada Barat dan Amerika. Kala itu Iran tidak punya prestasi dalam produksi ilmu pengetahuan meskipun mempunyai sumber daya alam berupa minyak yang sangat melimpah. Tapi pasca revolusi, Iran dalam produksi ilmu kira-kira pada dua puluh tahun yang lalu dari peringkat ke-48 di tahun 2002 sepuluh tahun kemudian di tahun 2012 naik menjadi peringkat ke-16 dunia. Bidang teknologi urutan kelima dunia. Bidang luar angkasa urutan kesembilan dunia. Di samping itu, ilmu humaniora yang berangkat dari kearifan lokal dan sedang dikembangkan oleh Al Mustafa juga punya peran penting dalam pembangunan peradaban manusia dan pengembangan ilmu pengetahuan dan tekonologi.

“Al Mustafa adalah sebuah lembaga pendidikan internasional yang memiliki basis kuat dalam ilmu-ilmu keislaman, di sisi lain juga mengembangkan ilmu-ilmu baru yang mampu menjawab tantangan zaman dan memenuhi kebutuhan manusia serta menjadi solusi untuk beragam problematika saat ini. Al Mustafa merupakan anggota Persatuan Universitas Dunia, anggota Ikatan Rektor-Rektor Dunia, dan anggota Asosiasi Universitas-Universitas Islam Dunia. Ada 160 Prodi dan Konsentrasi baik di bidang humaniora, keislaman dan ilmu budaya dari tingkat sarjana sampai doktoral. Sekarang ini terdapat pelajar dari seratus tiga puluh negara di dunia sedang menuntut ilmu di Al Mustafa. Mayoritas mereka muslim dan hidup berdampingan bersama yang non muslim dengan rukun ,” pungkasnya.

 

 

 

Tinggalkan Komentar

Scroll to Top