Assalâmu‘alaykum wr. wb.
Yang kami hormati Prof. Dr. Nasarudin Umar, selaku pembimbing kami, pendamping kami, dan yang selalu memotivasi kami untuk terus berjuang di STFI Sadra, semoga Allah swt. selalu melindungi beliau dan memuliakan beliau di akhirat.
Sebelum saya memulai pelepasan, mari kita memanjatkan doa, khususnya untuk Prof. Dr umar Syihab yang saat ini dalam keadaan sakit, dan guru kita, Dr. Haidar bagir, yang juga dalam keadaan sakit. Semoga Allah memberikan kesembuhan bagi mereka berdua. Amin. ‘Alâ hâdihinniyyah wa ‘alâ kulli niyyatin shâlihah, al-fâtihah.
Anak-anakku, hari kalian menakjubkan kami. Wajah-wajah kalian berubah jauh dari yang biasa kami kenal. Kalian berubah menjadi pemuda-pemuda tampan, gagah dan perkasa. Kalian berubah menjadi gadis-gadis cantik nan menawan. Senyum semringah tak pernah lepas dari wajah kalian. Kebahagiaan kalian hari ini membuat kami, guru-guru kalian bahagia, pun membuat orang tua kalian bahagia. Kalian telah melukis awan dan meraih bintang.
Hanya ingatkah kalian, senyuman hari ini bukanlah senyuman tanpa harga. Enam tahun silam kalian datang ke Jakarta. Dalam perjalanan panjang yang mendebarkan, kekhawatiran akan apa yang orang katakan, “kejamnya ibu tiri tidak sekejam ibu kota” menghampiri pikiran kalian dan orang tua kalian. Kekhawatiran entah akan sampai di mana dan kemana nantinya kalian menuju. Tetapi, dimotivasi oleh dorongan untuk mengubah kehidupan, dorongan untuk melihat Jakarta, dorongan untuk menyaksikan Monas, dorongan untuk lari dari orangtua yang telah menyiapkan perhelatan pernikahan bagi kalian, dorongan untuk terbang di atas awan, semua ini menguatkan tekad kalian.
Kalian menanggung derita demi derita, kesulitan demi kesulitan. Kalian tidak tidur di malam hari hanya untuk menghafal kata-kata “dzahaba, dzahaba, dzahaba…”, dipaksa menghafal Bahasa Inggris, yang dulunya kalian hafal sebatas “i love you”, kalian rela harus bergelantungan di metromini, dari Pondok Indah menuju Pejaten, kalian menangis ketika uang bulanan kalian dipotong bagian kemahawiswaan, hanya karena belum menyetor hafalan. Betapa kurangnya tidur kalian ketika setiap dosen menuntut kalian untuk menulis dan menulis. Dan ingatkah kalian, ketika kalian menangis berjamaah karena tidak diperkenankan pulang kampung di hari raya?
Kalian yang tadinya berada jauh di kampung-kampung, bahkan ada yang sampai harus melintasi hutan untuk sampai ke kampung kalian; kalian yang tadinya terpisah satu sama lain, kemudian sekarang menjadi satu keluarga, mengalami derita dan kesulitan bersama-sama. Bahkan, ada juga di antara kalian yang tidak hanya menjadi saudara, tapi lebih jauh mengikat janji untuk setia sehidup semati.
Beberapa bulan yang lalu, wajah-wajah kalian masih dipenuhi ketegangan dan kekhawatiran. Bahkan di antara kalian ada yang menangis bagai balita di ruang sidang. Sekarang, semuanya menjadi indah. Pelajaran kehidupan yang besar telah kalian lalui, kesuksesan tak pernah dicapai melalui kesenangan. Hari ini, kalian telah membuat orang tua kalian berbahagia dan tersenyum, sekalipun ada beberapa di antara kalian yang tidak lagi bersama orang tua yang kalian cintai. Ada di antara kalian yang berharap hari ini adalah hari persembahan untuk orang tua yang kalian cintai, tetapi Allah telah mengambil terlebih dahulu mereka dari sisi kalian. Tetapi, percayalah, sekalipun mereka tidak hadir di hadapan kalian, mereka pasti sedang tersenyum di balik tirai barzakh alam mereka.
Anak-anakku, berjalanlah terus untuk melukis awan dan meraih bintang! Di sini kami akan terus mendoakan kalian semua. Berdirilah tegak dalam menempuh semua kesulitan hidup! Kokohkanlah perahu kalian untuk sandaran orangtua kalian yang telah sepuh! Persembahkanlah yang terbaik dari diri kalian untuk orangtua dan negeri yang telah memberikan kebaikan yang banyak kepada kalian semua selama ini!
Untuk Bapak dan Ibu, para orang tua mahasiswa-mahasiswi, hari ini kami hantarkan kembali putera-puteri Bapak dan Ibu ke dekapan Bapak dan Ibu. Seperti halnya Bapak dan Ibu, kami pun bahagia dan bangga terhadap putera-puteri Bapak dan Ibu. Doa-doa dan air mata Bapak dan Ibulah yang telah mengantarkan mereka sampai pada saat ini. Kami berterimakasih atas kepercayaan bapak-bapak dan ibu-ibu yang telah menitipkan putera-puteri Bapak dan Ibu kepada kami.
Untuk anak-anakku semua, wisudawan dan wisudawati S1 dan S2, ingatlah, ini adalah rumah kalian. Jenguklah di saat kalian sempat memiliki waktu. Ada guru-guru kalian yang selama ini, dengan segala keikhlasan, dengan ilmu yang mereka miliki, telah bersusah payah mendidik kalian semua. Jangan lupakan mereka; masukkan nama-nama mereka dalam setiap doa yang kalian panjatkan; berjalanlah terus menuju cita-cita anda; lukislah awan dan raihlah bintang! Selamat jalan, “bismillâhi majrîhâ wa mursâhâ, inna rabbî laghafûrurrahîm.”