SEMINAR FILSAFAT ISLAM ICAS-UP “MADINAH AL FADILAH”, AL FARABI

DSC09507Jakarta ICAS-UP 11/10/2013. Seminar Filasafat Islam yang di adakan oleh ICAS-UP Jakarta bekerjasama dengan Sekolah Tinggi Filsafat Islam (STFI) Sadra kali ini membahas magnum opus al-Farabi yang berjudul Madinah Al Fadilah. Bertindak sebagai pembicara utama kali ini adalah praktisi filsafat dari Universitas Islam Negeri  (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Dr. Zainun Kamal. Sesi pertama seminar di buka langsung oleh Deputy Direktur Bidang Pendidikan ICAS-UP Jakarta Dr. Kholid Al Walid yang juga bertindak sebagai moderator.

Problem filsafat adalah bagaimana menurunkan kaidah-kaidah filosofis yang abstrak sehingga menjadi aplikatif, untuk ini Al farabi jauh melampaui zamannya lewat karyanya yang melintasi batas dan sangat fundamental bagi kehidupan manusia, karyanya telah menjadi jalan utama menuju ranah praktis bagi filsafat. Dalam hal ini Dr. Kholid al walid menyatakan bahwa Al Farabi adalah salah satu tokoh filsafat yang menjadi kebanggan bagi peradaban Islam melalui karya-karya utamanya terutama kitab Al Madinah Al Fadilah yang mewakili totalitas prinsip-prinsip teoritis dan praktis dari filsafatnya.

Dr. Zinun Kamal dalam presentasinya menyinggung beberapa hal yang menjadi pokok-pokok pemikiran al farabi. Beliau menyatakan bahwa  beberapa filosof memandang kehidupan dengan prinsip-prinsip yang sangat pesimis dan pandangan ini memposisikan kehidupan dalam prisma yang mengandung irisan-irisan berlawanan yang akhirnya menyuburkan asketisme yang keterlaluan. Hal ini berbeda dalam pandangan plato dann para filosof yang sejalan dengannya, termasuk al farabi. Beliau memandang kehidupan dalam pandangan kosmologisnya yang begitu optimistik, bahwa manusia memiliki kapasitas untuk mencapai kebahagiaan. Ia meletakkan ketentuan-ketentuan ideal dalam kehidupan individu-individu manusia hingga negara. ia percaya bahwa keberhasilan manusia terletak pada usahanya untuk menggapai kebahagiaan di dunia ini.

Sebagaimana disebutkan diatas bahwa titik puncak pencapaian manusia adalah kebahagiaan yang bersifat spiritual, maka sebenarnya bagian terbesar dalam buku madinah al fadilah lebih banyak mengenai ketuhanan dan bukan permasalahan politik. Hal ini dikarenakan buku ini merupakan kesimpulan dari teori filsafat al fari tentang akal, alam, lanet dan proses kemunculan semua wujud dari pencipta serta relasi-relasi alam atara satu dan lainnya. Jadi buku al madinah al fadilah ini merupakan sebuah ringkasan dari koleksi filsafat dari mulai teori emanasi, jiwa, ikhtiar, wahyu, dan kenabian. Bagian perenungan ontologis inilah yang menjadi basis pemikiran politik al farabi.

Negara utama menurut al farabi adlah sebuah negara yang mencapai titik idealitasnya dimana masyarakatnya secara individual dan komunal di ukur berdasarkan berdasarkan capaian-capaian yang menjadi inti dari esensi manusia yakni terhubung secara spiritual dengan akal aktif. Karena adalah intensitas yang berbeda bagi setiap manusia dalam berhubungan secara spiritual dengan akal aktif ini, maka puncak dari kepemimpinan bagi sebuah masyarakat haruslah berporos pada sosok yang telah mencapai taraf ini.

Inilah posisi yang hanya dimiliki oleh para nabi dan penerusnya yakni para filosof. Melalui jalan pencapaian spiritual inilah jiwa-jiwa dari akal potensial mencapai kebahagiaan sehingga kekal setelah kematian fisiknya. Artinya jiwa-jiwa yang telah lepas dari ikatan jasmani ini dapat terjadi bahkan ketika ia masih berinteraksi dengan jasmani. Negara yang dapat mewujudkan kualitas manusia seperti inilah yang disebut negara ideal. Pungkas Dr. Zanun Kamal dalam kesempatan seminar nasional ICAS-UP Kali ini.

Tinggalkan Komentar

Scroll to Top