SEMINAR INTERNASIONAL STFI SADRA DAN STF DRIYAKARA dengan Tema: “Modernisme dan Post-Modernisme”

stfd 1Jakarta 10/03/2014. Dosen Tamu STFI Sadra Prof. Dr. Muhammad Hadi Abd. Khodai berkesempatan memberikan materi dalam seminar internasional yang bertajuk “Modernisme dan Postmodernisme “ di Sekolah Tinggi Filsafat  (STF) Driyarkara pada Senin 10/03/2014. Hadir sebagai peserta dalam seminar ini para dosen, mahasiswa dan aktivis.

Prof. Dr. Moh. Abd. Khodaei mengetengahkan konsep mengenai modernisme  sebagai  sebuah gejala sosial yang ditandai dengan masifnya jumlah produktifitas dan meningkatnya daya konsumsi manusia. Faktor yang paling berperan dalam gejala modernisme ini adalah pesatnya kemajuan sains dan teknologi dan semakin terbatasnya kebutuhan terhadap tenaga manusia. Hal ini membuat manusia semakin berfikir kreatif untuk menciptakan kemajuan-kemajuan yang berorientasi pada kemudahan hidup manusia melalui sarana-sarana hidup seperti alat-alat yang menunjang efiktifitas dan efisiensi pekerjan.

Era modernisme yang ditandai dengan Co Gito Ergosum Rene Descartes ini telah membalik sebuah peta keadaan sosio-historis masyarakat eropa yang berpengaruh pada masyarakat dunia lainnya. Kegelapan Agama yang menjadi batu sandungan kini telah ditaklukan oleh kaum yang tercerahkan dari kalangan para saintis. Geliat penjelajahan saintifik memunculkan beragam efek yang semakin hari semakin memberikan dampak bagi kemajuan umat manusia yang di ukur dari sarana-sarana yang memudahkan kebutuhan hidup. Untuk dapat bahagia, manusia tidak lagi butuh agama, agama telah terlempar jauh dari pusaran jalan terang yang diinginkan manusia. Kini manusia memulai sebuah kebahagiaan baru, kemajuan saintifik dan teknologi mekanis.IMG_1863

Pada awalnya, dalam gelaja modernisme ini manusia berharap untuk mencapai puncak kemajuan sehingga membawa kebahagiaan bagi umat manusia, tapi sayangnya hal ini tidak menjadi sebuah kenyataan yang diinginkan dikemudian hari. Manusia mulai bertanya-tanya apakah alasan paling mendasar dari semua kemajuan ini dan apakah puncak dari keseluruhan kemajuan ini, dan apakah setiap kreatifitas dan kemajuan manusia berupa sarana-sarana hidup ini telah  menjadi tolak ukur dari keseluruhan kemajuan yang di inginkan.

Intinya, orang mulai bertanya-tanya tentang apa akhir dari kemajuan-kemajuan ini. Munculah beragam pandangan tentang arti tujuan dari eksistensi manusia yang berpengaruh pada pandangan dunia terhadap realitas, basis epistemologi dan pandangan moral. Realitas yang menjadi objek bagi rasionalisme di era modern telah kehilangan objektivitasnya.

stfd 2Realitas mengembang hingga kepada kawasan-kawasan yang sebelumnya tidak dikenal yang menyempal menjadi aspek-aspek artifisial dari kebudayaan, ekonomi dan politik. Umat manusia bertanya tentang sebuah akhir yang tidak akan bisa dijawab oleh teorema-teorema rumit para ilmuwan modern. Manusia terjebak dalam sebuah lembah mengerikan bernama absurditas yang melenyapkan makna-makna. Manusia membutuhkan sebuah jawaban yang melampau kekerdilan positivistik. Manusia kembali menyadari, bahwa mereka butuh kepada agama. Dan kecenderungan itu semakin mengeliat pada beberapa dekade belakang ini dan akan terus bergerak dinamis karena agama memberikan ruang yang luas akan nilai-nilai universal.

 

 

Tinggalkan Komentar

Scroll to Top