STFI Sadra. Selasa 11/05 Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) STFI Sadra dan Jaringan Mahasiswa Lintas Agama mengadakan SEMINAR NASIONAL PANCASILA dengan tema
“Peran Pemuda dalam Mengimplementasikan Nilai-nilai Falsafah Pancasila Sebagai Basis Kebinekaan” . Acara ini bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran berbangsa (Civic Awarness) terutama bagi para pemuda.
Seminar ini menghadirkan Prof. Dr. Franz Magnis Suseno atau yang lebih akrab dikenal Romo Magnis, Dr. Haidar Bagir dan Juga Dr. Naupal dari Universitas Indonesia (UI). Dalam pemaparannya para pembicara menekankan pentingnya membangun kesadaran kehidupan berpancasila sebagai dasar untuk membangun kehidupan berbangsa dan bernegara.
Romo Magnis dalam kesempatan ini pun menekankan bahwa Pancasila adalah pengikat seluruh elemen bangsa yang memiliki kekuatan dahsyat dalam menyatukan bangsa indonesia. Sebagai seorang katolik beliau menekankan bahwa perbedaan agama bukanlah alasan untuk membenturkan masing-masing ajaran. Pluralisme bukanlah terma yang digunakan untuk melunturkan sakralitas setiap agama. Benar bahwa kita harus menerima fakta bahwa agama berbeda-beda. Justru ini malah membuktikan bahwa perbedaan manusia dalam memahami Tuhan memiliki banyak keterbatasan. Hanya Tuhan yang mengetahui diriNya dan oleh karena itu tidak satupun makhluk hidup di dunia ini yang berhak menggantikan perannya dalam menilai ketulusan iman setiap orang. Romo menegaskan kembali bahwa Negara merupakan perangkat pengayom dan pelayan masyarakat yang wilayah kerjanya hanyalah memastikan ketertiban masyarakat dan terpenuhinya unsur-unsur kebutuhan masyarakat sipil. Jadi sesat dan tidaknya sebuah ajaran agama bukan menjadi wewenang negara. Dr. Haidar Bagir dalam kesempatan ini juga menyaampaikan bahwa Tugas negara adalah mengelola sumberdaya sebuah bangsa dan menerapkan sebuah manajemen yang akhirnya dapat mengontrol sebuah masyarakat hingga tercapainya sebuah ketertiban bernegara. Akhir-akhir ini kelompok radikal yang mengatas namakan sebuah agama memiliki ruang yang terlalu luas dalam menyebarkan propagandanya. Mereka menyebarkan sebuah gagasan bahwa tidak ada satupun unsur yang dapat mengikat sebuah masyarakat kecuali agama, celakanya lagi yang mereka maksud hanyalah islam saja, dan lebih celaka lagi islam yang mereka maksud adalah islam dengan cara mereka. Hasil akhir dari gagasan ini adalah sebuah bentrokan sosial yang memang menjadi tujuan mereka atau orang-orang yang berkepentingan dalam mencabik-cabik keutuhan bangsa ini. Dr. Haidar menekankan itulah pentingnya menjadikan pancasila sebagai pusat pandangan dan gagasan bangsa ini.
Acara ini dihadiri oleh para akademisi dan para mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi serta masyarakat umum dari berbagai keyakinan agama. Harapan dari terselenggaranya acara ini adalah tumbuhnya sebuah kesadaran bahwa bangsa indonesia harus dapat merawat keberagaman sebagai modal dasar membangun Negara Kesatuan Republik Indonesia.