Sadranews- Dalam rangka menyambut hari besar Solidaritas Internasional Al-Quds yang jatuh pada Jumat 28 Maret mendatang, Seminar Internasional Al Quds dengan tema “Membangun Solidaritas Kemanusiaan Menuju Pembebasan Palestina” digelar secara hybrid di Auditorium Al Mustafa STAI Sadra.
Seminar internasional yang dibuka pukul 15.30 WIB tersebut menghadirkan narasumber, Dr. Umar Sahab, Fakhrudin, S.Fil.I, M.A, M.Ud dan Dr. Abdelaziz Abbaci serta dimoderatori oleh Nano Warna, Ph.D.
Dalam sambutannya, Ketua STAI Sadra, Dr. Otong Sulaeman, M.Hum., mengungkapkan bahwa tema ini tidak hanya berkaitan dengan politik atau konflik internasional, tetapi juga mengajak kita untuk merenungkan makna solidaritas kemanusiaan dan keadilan dalam perspektif nilai-nilai universal yang diajarkan dalam filsafat Islam. Solidaritas yang dibangun bukan hanya sebagai respons terhadap penderitaan fisik rakyat Palestina, tetapi juga sebagai kewajiban moral dan filosofis untuk mengembalikan dunia pada keharmonisan yang seharusnya.
“Membantu Palestina sejatinya adalah upaya untuk mengembalikan keseimbangan yang bukan hanya di level sosial, tetapi juga level eksistensial. Perjuangan pembebasan Palestina adalah bagian dari perjuangan menegakkan martabat kemanusiaan. Karena itu, mendukung kemerdekaan Palestina pada dasarnya adalah membela hak-hak kemanusiaan itu sendiri,” tegasnya.
Sementara Dr. Umar Shahab menjelaskan catatan sejarah kejahatan dan kebiadaban Israel dalam menindas rakyat Palestina selama puluhan tahun sehingga muncul gerakan perlawanan. Subtansi perlawanan itu bukan sekedar mengangkat senjata, tapi penolakan tegas terhadap penindasan, penjajahan, kejahatan dan perampasan negeri Palestina oleh Israel.
“Imam Ali Khamene`i mengatakan bahwa semangat perlawanan harus dipertahankan, tidak boleh dilemahkan, tidak boleh membuat putus asa rakyat Palestina, dan tidak boleh membuat rakayat Palestina kehilangan harapan untuk mendapatkan kemerdekaan,” jelasnya.
Fakhrudin, S.Fil.I, M.A, M.Ud, menyoroti aspek solidaritas dan mengkritisi munculnya kesalahpahaman yang sering kali mengaburkan solidaritas antar umat manusia, terutama terkait dengan isu-isu besar seperti konflik Israel-Palestina. Banyak yang memandangnya sebagai pertempuran agama antara umat Islam dan Yahudi, padahal kenyataannya, banyak orang Yahudi sendiri yang menentang kebijakan Israel. Bahkan, beberapa rabi mereka secara terbuka mengutuk tindakan agresi tersebut dan membakar bendera Israel. Selain itu, muncul pula pertanyaan tentang relevansi Palestina bagi Indonesia, yang dianggap lebih fokus pada masalah dalam negeri.
“Palestina memiliki peran penting dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia, dan hubungan baik antar kedua negara sudah sejak lama terjalin dengan erat. Solidaritas sejati harus melampaui batas geografis dan memandangnya dalam konteks yang lebih luas dan lebih adil. Selain itu, yang terjadi di Palestina adalah genosida. Karena itu isu Palestina bukan terkait agama dan kewilayahan melainkan isu dunia dan kejahatan kemanusiaan,” ungkap Fakhrudin di hadapan para dosen STAI Sadra dan karyawan Yayasan Hikmat Al Mustafa, Kamis (20/3/2025) sore.
Pada kesempatan ini, Dr. Abdelaziz Abbaci yang telah siap menyampaikan materi seminar, sayangnya mengalami kendala teknis yang menghalangi penyampaian materinya sehingga acara seminar langsung beralih ke sesi tanya jawab.
Para peserta yang antusias sejak awal mengikuti pemaparan kedua narasumber memanfaatkan sesi tanya jawab untuk mengajukan berbagai pertanyaan. Kedua narasumber pun menjawab dengan memberikan informasi dan penjelasan yang lebih mendalam, membuat seminar semakin menarik dan bermanfaat.
.
.

