Sadra-News, Senin 29/05. Untuk mengisi kegiatan Ramadahan, Keluarga Besar Sekolah Tinggi Filsafat Islam (STFI) Mengadakan Tadarus Ramadhan dengan kegiatan Tilawah bersama dan mendengarkan Mau’dzotun Hasanah dari Dosen Kehormatan STFI Sadra yaitu Dr. Javad As’adi,
Dalam ceramahnya Dr. As’adi menjelaskan Diakhir bulanSya’ban, Rosululloh SWA mengumandakan Khotbahnya, “telah di undang kalian pada jamuan Allah, dimana Allah akan memuliakan kalian di bulan ini”. Allah adalah raja bagi segala wujud dalam makna bahwa segala wujud bergantung pada Allah. Allah telah mnjadikan segala sesuatu selainnya bersifat fana dan hanya diriNya yang bersifat kekal. Kini kita di undang oleh zat yg maha kekal ini, bukankah ini sebuah kemuliaan?.
Dalam riwayat dikatakan bahwa akibat dari undangan Allah ini adalah membuat setiap helaan nafas menjadi menjadi tasbih. dalam sebuah ayat juga dikatakan bahwa segala sesuatu bertasbih. kedua ungkapan yang berasal dari riwayat dan al Quran ini mengandung pengertian bahwa tasbih adalah aktifitas orisinil dari seluruh kenyataan di alam ini. Tasbih merupakan pensucian yang juga mensucikan orang yang melakukannya, dan di bulan suci ini, tasbih seseorang adalah pengendalian dirinya. Dzikir adalah aktifitas yang mengandung dua pengertian yakni ucapan lisan dan keadaan psikologis. dzikir sejati adalah ketika lisan mengucapkan kalimat suci dan hati hadir dalam kalimat suci tersebut.
Kehadiran hati adalah syarat bagi sempurnanya amal. Dalam sebuah ayat dikatakan bahwa “Allah mengetahui mata yg berkhianat”. Mata yang berkhianat adalah ungkapan hiperbolik bagi, perbuatan yang tidak sesuai dengan pengetahuan. Setiap ibadah yang tanpa kehadiran hati adalah ibadah yang tidak berarti.
Allah juga berfirman, lihatlah manusia dari apa yg ia makan. Ayat ini menjelaskan bahwa ada dua jenis penglihatan, yakni penglihatan mata dan penglihatan batin. ayat ini berbicara ttg dua pnglihatan ini. Reputasi seseorang dapat dilihat darimana makananany berasal. Apakah bersumber dari yang halal atau haram. Begitupun reputasi batinnya, juga dipengaruhi apa yang menjadi makanan batinnya. Puasa adalah memberikan makanan batin bagi jiwa manusia agar jiwa manusia memiliki kesiapan untuk terhubung dengan yang maha suci.
Kehadiran hati adalah syarat bagi sempurnanya amal. Dalam sebuah ayat dikatakan bahwa “Allah mengetahui mata yg berkhianat”. Mata yang berkhianat adalah ungkapan hiperbolik bagi, perbuatan yang tidak sesuai dengan pengetahuan. Setiap ibadah yang tanpa kehadiran hati adalah ibadah yang tidak berarti.
Allah juga berfirman, lihatlah manusia dari apa yg ia makan. Ayat ini menjelaskan bahwa ada dua jenis penglihatan, yakni penglihatan mata dan penglihatan batin. ayat ini berbicara ttg dua pnglihatan ini. Reputasi seseorang dapat dilihat darimana makananany berasal. Apakah bersumber dari yang halal atau haram. Begitupun reputasi batinnya, juga dipengaruhi apa yang menjadi makanan batinnya. Puasa adalah memberikan makanan batin bagi jiwa manusia agar jiwa manusia memiliki kesiapan untuk terhubung dengan yang maha suci.