Workshop Al Qur’an : Meraih Prestasi Bersama Al Qur’an

STFI Sadra. Sabtu, 20/02. Darul Qur’an Al Mustafa STFI Sadra menyelenggarkaan Workshop Al Qur’an bersama Dr. Ali Akbar Hanifi, Qori Internasional yang telah sukses meraih gelar juara dalam banyak ajang Musabaqoh Tilawatil Qur’an. Hadir dalam Workshop ini puluhan Mahasiswa/i STFI Sadra dan masyarakat umum. Acara ini diadakan di Auditorium Al Mustafa STFI Sadra.

Dr. Hanifi menyinggung ayat Al Qur’an yang berbunyi “Dan bacalah Al-Qur’an dengan tartil”. Tartil yang maksud dalam ayat ini adalah membaca Al-Qur`an sesuai dengan aturan-aturan yang sudah di tentukan. Yakni mengeluarkan dan menyebutkan huruf –huruf Al-Qur`an sesuai dengan makhroj (tempat keluarnya huruf) dan sifat-sifat huruf. Dalam seni tilawah selain tajwid, seorang qori sangat dianjurkan untuk dapat mengidentifikasikan oktaf suara sehingga dengan begitu ia dapat menerapkan keseimbangan suara. Keseimbangan suara inilah yg disebut seni. Dalam latihan1111, anggaplah diri kita sebagai juri bagi diri sendri dengan berpegang pada prinsip-prinsip tajwid dan keseimbangan suara.

Beliau menambahkan, setidaknya ada tiga tingkatan tartil yang dikenal dalam seni murotal yakni “Tartil Shalat, Tartil Am, dan Tartil Takhasus”. Tartil Shalat adalah tartil yang memiliki dua melodi, tinggi dan rendah. Dua jenis melodi ini memungkinkan bagi seorang calon Qori untuk meningkatkan kemampuannya dalam membaca Al Qur’an dengan melodi yang beragama nantinya. Tartil Shalat ini adalah salah satu metode untuk melatih kefasihan dalam pelafalan huruf dan melatih keseimbangan suara. Seni tartil sebenarnya memiliki 10 jenis Irama berdasarkan bacaan yang berdar di masyarakat seperti Huzaifi, Mahmud dan sudais . Cara termudah untuk mempelajarinya adalah dengan mendengarkan bacaan mereka. Ada sebuah website yang bisa menjadi rujukan untuk mendalami hal ini, yakni website Jami’atul Qur’an. Tartil tingkatan kedua adah Tartil Am yg memilki tahrir (gelombang) suara, contoh tartil ini adalah seperti bacaan Syekh Sudais. Tartil ketiga yakni Tartil Takhasusi seperti bacaan Mishari Al Fasy. Tartil yang disebut terakhir inilah yang diperlombakan dalam perlombaan Al Qur’an tingkat internasional.

Menyinggung Tartil shalat yang pertama tadi, beliau mengingatkan bahwa seorang Qori’ harus memperhatikan secara seksama huruf-huruf “Isti’la” yakni cara pengucapan khuruf yang disertai dengan terangkatnya lidah ke langit-langit. Khuruf-khuruf isti’la berjumlah tujuh kh yaitu “ kha,shat,dhat,ghain,tha ,qaf,djat”. Hal ini perlu diperhatikan sekaitan pada kejelasan bunyi huruf dalam tartil.

Mengakhiri sesi teori ini beliau menambahkan bahwa, kita harus mengembangkan tartil sebagai wujud kecintaan kita kepada Al Qur’an yang tidak hanya indah dari sisi ajaran namun juga indah dari sisi bacaan. Dengan tartil inilah keindahan Al Qur’an dapat terungkap kepada masyarakat. Workshop ini dibagi menjadi dua sesi dan setiap sesi terdiri dari teori dan praktek.

Tinggalkan Komentar

Scroll to Top