Sadranews-Dalam rangka memetik hikmah bulan Muharram 1445 H dan tragedi Asyura`, acara kuliah umum terkait perjuangan Imam Husein as dalam menegakkan Islam yang telah diselewengkan Yazid bin Mu`awiyah, digelar di Auditorium Al Mustafa STAI Sadra, Selasa (25/07/2023) sore.
Acara yang dibuka pukul 16.00 WIB tersebut diawali dengan pembacaan kalam ilahi oleh Ustadz Usep Irawan dan dihadiri oleh sejumlah dosen, mahasiswa, karyawan STAI Sadra dan tamu undangan. Turut hadir Dr. Hamid Syahriari (Sekjen Lembaga Internasional Pendekatan Mazhab-Mazhab Islam) berserta rombongan yang sekaligus sebagai pembicara.
Dalam sambutannya Prof. Dr. Hossein Mottaghi selaku Ketua Yayasan Hikmat Al Mustafa Jakarta mengatakan bahwa di antara jabatan sebelumnya Dr. Hamid Syahriari adalah sebagai Direktur Pusat Riset Ilmu-Ilmu Islam An Noor. Apa yang telah beliau hasilkan merupakan program inovatif, spektakuler dan bermanfaat yang tidak pernah dilakukan sebelumnya oleh Hawzah Ilmiah Qom.
Selain itu, beliau menjelaskan tentang fenomena yang terjadi saat ini di Indonesia berupa pemikiran atheis yang berkembang di kalangan pemuda dan akdemisi antara lain dengan diterjemahkannya buku Richard Donkin berjudul “Delusi Tuhan” dan sudah dicetak hingga 9 juta eksemplar. Sangat disayangkan belum ada buku yang ditulis untuk menjawab buku Richard Donkin tersebut. “Di samping pendekatan mazhab juga perlu dilakukan pendekatan agama yang akan mengharmoniskan hubungan antar agama dan menghilangkan dahaga masyarakat akan pandangan tauhid yang mendalam,” tegasnya.
Dalam kesempatan ini Dr. Hamid Syahriari menjelaskan bahwa sesuai janji Allah Islam akan dimenangkan ketika dibela dengan niat karena Allah, kesungguhan, keimanan yang kuat dan patuh terhadap syariat. Segala amal perbuatan manusia merupakan ibadah bila diniatkan karena Allah, sebaliknya tanpa niat karena Allah amal tersebut akan menjadi sia-sia dan hilang. Kecenderungan duniawi biasanya terfokus dalam tiga hal yaitu jabatan, harta dan popularitas. Setan sangat lihai dalam memalingkan manusia dari perbuatan karena Allah, ke arah tiga kecenderungan duniawi tersebut. Pada dasarnya, jabatan, harta dan popularitas itu tidak buruk, bahkan bisa menjadi ibadah ketika digunakan untuk keridhoan Allah. Ketika ada ketergantungan terhadap tiga hal tersebut itu lah yang buruk.
Kita perhatikan sejarah perjuangan Imam Husein as yang saat itu hidup nyaman di Madinah dengan penghormatan yang luar biasa dari masyarakat, harta warisan yang banyak dan dikenal oleh semua kaum muslimin. Meski demikian beliau meninggalkan jabatan, harta dan popularitasnya, lalu pergi bersama keluarganya ke padang yang gersang untuk berjuang di jalan Allah dalam melawan penindasan. Sampai di Karbala` Imam Husien hanya memiliki dua hal. Pertama, anggota keluarganya yang ikut berjuang dan gugur termasuk bayi mungilnya bernama Ali Ashgar yang tak luput dari kebiadapan musuh serta keluarga wanita yang menjadi tawanan musuh. Kedua, nyawanya yang ia persembahkan di jalan Allah dengan penuh keikhlasan. “Allah menunjukkan janjinya dan memenangkan perjuangan Imam Husein karena telah membela agama Allah bersama keluarga dan sahabat dengan ikhlas sehingga nama baik beliau sampai kiamat akan terus dikenang di berbagai negara Islam khususnya pada bulan Muharram. Sebaliknya tak ada satu pun dari musuhnya yang mempunyai nama baik,” terang Dr. Hamid.
Tari Saman yang dipentaskan mahasiswa STAI Sadra turut menyemarakkan berlangsungnya acara kuliah umum ini.