SEMINAR NASIONAL SYA’BANIYAH : “Konsep Juru Selamat dalam Islam dan Bible”

DSC05313Jakarta.13/06/2014. Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Sekolah Tinggi Filsafat Islam (STFI) Sadra   mengadakan Seminar Nasional Sya’baniyah dengan Tema “Konsep Juru Selamat Dalam Islam dan Bible” yang diadakan di Auditorium al Mustafa STFI Sadra.  Kuliah ini juga di hadiri oleh Ketua STFI Sadra Dr. Kholid Al Walid dan pembicara utama yakni seorang Kristolog kondang Ustadz Mushodiq Marhaban. Seminar ini dihadiri oleh lebih dari 300 mahasiswa, para undangan dan staff.

Dalam sesi pertama Dr. Kholid Al Walid menjelaskan bahwa peradaban umat manusia ditandai dengan kemampuan manusia untuk membuat inkripsi-inkripsi  untuk melakukan rekam jejak sejarah, kemajuan teknologi serta membentuk tatanan-tatanan sosial baru. Manusia membentuk suatu kolase besar masyarakat yang bergantung pada sistem tertentu baik secara pola kehidupan sosial maupun kepercayaan-kepercayaan yang mengikat. Dari sinilah terbentuk sistem ikatan-ikatan sosial seperti bangsa, kerajaan, kekhilafaan, dan lain sebagainya. Seiring dengan gerak zaman dan kecendrungan manusia itu sendiri untuk melakukan upaya progresi dalam kehidupan, terjadilah lompatan-lompatan kemajuan yang kadangkala tidak dapat dikendalikan. Pada abad ke 20, Revolusi industri di inggris mempengaruhi hampir sebagian kawasan di eropa yang berimbas pada pola dan bentuk-bentuk kolonialisme di negara dunia ke-3.  Pada dekade selanjutnya yang juga merupakan buntut dari rentetan revolusi industri ini, kemajuan-kemajuan teknologi manusia mulai mengalami percepatan khususnya dalam proses telekomunikasi dan jejaring sosial. Manusia mulai dapat berkomunikasi antar waktu dan antar ruang dengan karakternya yang lebih efisien sehingga menghemat jarak dan waktu itu sendiri. Pemampatan ruang dan waktu yang terjadi akibat percepatan ini mengakibatkan mengecilnya ruang gerak manusia dan meningkatnya kebutuhan-kebutuhan. Arus besar dunia yang menekankan mobilisasi modal dan akumulasi profit telah menjadikan zaman bergerak tanpa kendali. Seluruh aspek kehidupan terlibat dalam peremajaan-peremajaan yang berujung eksploitasi sumberdaya-sumberdaya. Kejadian-kejadian ini akan berjalan tanpa kendali dan menuju sebuah proses desktruksi. Pelan-pelan, namun pasti. Dengan kenyataan ini, maka hasrat dasar manusia yang menginginkan kesempurnaan dan keteraturan hanya akan tercapai jika terealisasinya citra ideal dalam sosok manusia yang menghimpun beragam kesempuranaan serta memiliki kemampuan untuk mengendalikan semangat zaman berikut alam semesta. Citra ideal inilah yang dalam bahasa agama disebut dengan “Sang Mesiah” atau juru selamat.

Disesi selanjutnya, Ust. Musadiq Marhaban menjelaskan bahwa, konsep Mesianisme adalah konsep yang menjadi puncak atau isu utama yang disampaikan oleh setiap agama. Agama-agama samawi atau ajaran yang berpangkal kepada figur Ibrahim seperti Yahudi, Kristen dan Islam juga meyakini akan datangnya seorang Mesiah. Umat Yahudi, melalui ajaran Tanakh mempercayai akan datangnya seorang Mesiah Tuhan untuk mene­gakkan agama, kerajaan Tuhan dan keadilan di muka bumi. Demikian pula halnya dengan umat Kristen. Dalam ajaran Bibel, mereka mempercayai kedatangan Yesus yang kedua untuk menegakkan “The Heavenly Kingdom on earth” atau Kerajaan Surga di bumi dengan kebenaran dan keadilan.

Umat Islam melalui ajaran Kitab Suci Al-Qur’an dan hadis-hadis Baginda Rasulullah saw, juga meyakini akan datangnya seorang manusia yang bergelar al-Mahdi menjelang akhir zaman untuk mene­gakkan ajaran Islam dan kebenaran, menuai kebatilan serta menabur keadilan. Banyak riwayat hadis-hadis Nabi saw yang telah dicatat oleh para perawi hadis kelas pertama Suni dan Syiah tentang keda­tangan al-Mahdi untuk menyelamatkan Islam dan pengikutnya dari keterpurukan dan kehancuran.

 

Tinggalkan Komentar

Scroll to Top